Pesan Sunyi

477 Words
Entah berapa lama Aksara terlentang di ruang tengah, merasakan perut dan hatinya yang sakit. Antara sadar dan setengah terlelap kembali, dia melihat bayangan perempuan yang begitu dirindukannya, mendekatinya. Diam, tidak bicara, berkelebat antara kamar, dapur dan entah kemana lagi. Aksara merasakan dadanya bergetar hebat. Rindunya membuncah. Sekuat tenaga dia memanggil perempuan yang dirasanya tersenyum manis dan menatapnya lembut penuh rindu. Jauh dan tak tergapai. Hellena. "Hellena...Kemarilah," panggilnya lirih penuh harap. "Kapan pulang? Aku, rindu...." "Aku, kangen. Elle." Suara Aksara tercekat di kerongkongan. Elle adalah panggilan kesayangan Aksara. Entah berapa puluh kali Aksara memanggil nama Hellena. Sampai napas dan suaranya habis. " Den, Den Aksara! " Seseorang menggoyang tubuh Aksara. "Ketindihan ya? waduh, panas badanmu, Den." Aksara membuka mata. Bi Sumi berdiri dengan wajah cemas. 'Hellena mana, Bi?" "Non Hellena?" Bi Sumi celingukan. "Tadi dia ada di sini, Bi." Aksara bersikukuh. "Bukankah Aden sudah menyuruhnya pergi sepuluh hari yang lalu? " Dengan polosnya Bi Sumi balik bertanya. Aksara mencelos. Mulutnya dan bibirnya terasa kelu. Kehilangan seseorang yang dicintai itu sakit, tapi kehilangan seseorang yang dicintai karena ketololan dan kebodohan jauh lebih sakit. Nyerinya tuh di sini. "Bi, Mama belum pulang ya?" Aksara akhirnya menanyakan keberadaan Mamanya yang pergi semenjak dia pergi ke luar kota. "kemarin telephon, katanya masih jalan-jalan sama non Friska. Besok pulang." Aksara melengos, semangatnya untuk merayakan kepergian Hellena bersama Mama menguap entah kemana. Aksara bangkit terhuyung ke kamar, hari ini dia tidak berangkat kerja. **** Rumah lengang, sepertinya Bi Sumi sudah pulang. Setelah hari beranjak siang, Aksara merasakan tubuhnya yang sedikit enakan. Tulang nya tidak lagi ngilu dengan perut dan kepala yang terasa lebih nyaman. Aksara meraih gawainya, memeriksa deretan pesan yang masuk sejak semalam. Matanya terpaku pada deretan pesan, dari nomor yang tidak dikenalnya. Pesan dari nomor asing dan tanpa photo profil. Perlahan dia membaca pesan yang berderat rapi, seketika matanya terbelalak dan terasa panas. Hatinya, bergetar hebat. [ Apa kabar, Mas? Semoga setelah kepergianku, hari-hari Mas lebih baik dan menyenangkan.] Hellene membetulkan posisi duduknya. Dadanya mulai deg-degan. [ Mas, aku baik-baik saja. Cellia juga baik-baik saja. Jangan kuatirkan kami, Ada Allah yang menjaga aku dan Cellia.] Serr....Ada yang mulai menggerimit di lubuk hatinya. [ Aku tidak bermaksud bersembunyi dari siapapun, aku hanya butuh sendiri untuk merenda hatiku yang terkoyak. Aku hanya butuh waktu agar bisa menata kembali jiwaku yang berkeping-keping.] Aksara terpaku, matanya mulai terasa panas. [Jangan tanya perasaanku padamu, diantara kita sudah tidak terjalin ikatan. Kalaupun masih ada rindu dan cinta di hatiku, Aku sudah tidak pantas memilikinya.] [ Satu-satunya yang mengikatkanku dengan dirimu hanyalah kenangan masa lalu, yang akan musnah seiring waktu.] Aksara berkaca. [ Seandainya, masih ada kata yang pantas kau dengar dariku yang hanya seorang mantan, carilah penggantiku dengan gadis pilihan Mama. Semoga kalian bahagia. ] Aksara menyeka sudut matanya. Ada yang basah di sudut hatinya. Entah mengapa, ada luka yang berkeping-keping, saat menyadari Hellena telah pergi begitu jauh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD