Sembilan

627 Words
"Tolong, kasih tahu ke gue siapa yang hamilin lo, Setan!" Air mata Shireen benar-benar tumpah, dia bukan seorang yang cengeng tapi keadaan yang menimpanya benar-benar membuatnya tidak tahan lagi. Bagaimana bisa Shireen menjawab tanya Dilla tersebut jika jawabannya hanya akan melukai Dilla. Mendapatkan kebencian Dilla adalah hal terakhir yang Shireen inginkan. Sungguh, Shireen benar-benar berharap jika ini hanyalah sebuah mimpi buruk semata yang akan menghilang saat dia membuka mata nantinya. Shireen memang sempat menginginkan Andika, tapi itu dulu, dulu sebelum malam mengerikan itu terjadi dan mendapati betapa buruknya Andika dalam memperlakukannya. Pria itu egois yang bahkan berkata maaf saja tidak sementara pria itu tahu jika dia adalah pria pertama untuk Shireen, seorang yang merenggut paksa kehormatan Shireen, pemerkos4 tidak tahu malu tanpa rasa bersalah. Shireen hancur, bayang-bayang Andika yang mabuk dan bergerak di atasnya dengan sangat menyakitkan terlebih saat nama Dilla-lah yang disebut Andika dalam pelepasannya membuat Shireen marah dengan ketidakberdayaannya dalam melawan. Seharusnya saat itu Shireen membunuh saja Andika sekalian. Rasa kagum atas sosok Andika seketika hancur, hilang musnah tidak berbekas. Beberapa waktu Shireen bahkan kesulitan untuk menghadapi harinya, dia tidak bisa tidur nyenyak, meratapi nasib buruk yang menimpanya. Ingin mengadu namun pada akhirnya dialah yang akan disalahkan, di negeri ini sekalipun wanita korban tetap saja kesalahan akan melekat pada diri Shireen, sampai akhirnya di satu waktu saat mendengar Andika masih bisa tertawa dengan Dilla usai menghancurkan hidupnya, kekecewaan dan kemarahan itu membuat hati Shireen membatu, tidak adil rasany jika Shireen gila sendirian sementara penjahatnya masih hidup dengan tenang dan akhirnya Shireen memilih untuk tetap berpikir waras. Alih-alih mengemis maaf dan pertanggungjawaban atas kesuciannya yang terenggut dengan cara yang menyedihkan, Shireen menjalani hidupnya kembali dengan normal. Shireen sadar tidak ada yang akan menolong hidupnya selain dirinya sendiri, aib itu dikuburnya rapat-rapat seakan tidak pernah terjadi apapun. Dan sekarang, aib, dosa, dan segala hal yang ingin Shireen buang justru meninggalkan jejak. "Dilla, aku nggak mau bayi ini, Dill. Buang.... Buang aku nggak mau bayi ini." Semakin keras Dilla bersuara mendesak Shireen berbicara semakin histeris pula Shireen menangis. Dipukulnya kuat-kuat perut ratanya seakan ingin menghancurkan nyawa yang berjuang untuk hidup di dalam sana, air mata wanita cantik yang kerudungnya sudah berhamburan tersebut jatuh dengan sangat menyedihkan. Seumur hidupnya ini adalah kali pertama Dilla menangis sehisteris ini, pemandangan yang ada di depan Dilla begitu menyayat hatinya, terlalu menyedihkan hingga tanpa Dilla sadari dia mundur menjauh dari Shireen. Rasa sakit yang dirasakan oleh Shireen benar-benar sampai di ulu hati Dilla hingga membuatnya sesak. "Tolong, Dill. Buang bayi ini, aku nggak mau ada bayi laki-laki jahat ini di perutku, aku nggak mau....." Trenyuh mendengar permohonan dari Shireen membuat Dilla perlahan mendekat, pada akhirnya Dilla pun luluh. Di raihnya adik sepupunya tersebut ke dalam pelukannya, berusaha menenangkannya yang masih histeris tidak karuan. "Tolong jangan lukai bayi ini, Reen. Nggak semua orang dikasih kepercayaan sama Allah buat jadi seorang Ibu. Lo salah satu yang beruntung, tebus kesalahan lo dengan cara jaga dia. Ya?" "Aku nggak mau, Reen." Shireen memeluk Dilla erat-erat, menahan sakitnya kenyataan yang menimpanya. "Aku nggak siap. Aku nggak mau bayi ini. Aku nggak sudi punya anak laki-laki jahat kayak dia. Aku nggak mau." Sebanyak apapun Dilla menasihati namun pada akhirnya alasan Shireen tidak menginginkan bayi ini adalah karena pria yang seharusnya bertanggungjawab. Demi apapun, Dilla benar-benar penasaran siapa yang sudah membuat sepupunya menjadi seperti ini. "Laki-laki itu harus tanggung jawab buat kehamilan lo ini, Reen. Bilang ke gue dan gue akan urus segalanya. Dia nggak bisa ninggalin lo dalam keadaan bunting kayak gini, nggak cuma lo yang bakal mati, gue juga." Ditengah kekalutan yang menimpa dua wanita sepersepupuan ini untuk menyelesaikan masalah mereka lupa jika Dilla sudah meminta orangtua Shireen untuk datang, dan tepat saat keduanya berdebat, dua orangtua tersebut dibuat terkejut bukan kepalang. "Apa kalian bilang? Kamu hamil, Reen?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD