Beishan, I’m Coming!

3345 Words
Sitting alone in the cold of the night You're trying to find what you need to survive You're so afraid You can't go on Left in the silence that tears at your heart They only remind you how broken you are You've lost your way But hope is not gone 'Cause the sun always sets The moon always falls It feels like the end Just pay no mind at all Keep on rolling, rolling Life must go on…. --Life must go on, Alter Bridge-- **** Kenyataanya tak peduli seberapa pedih luka yang kita rasakan tak peduli seberapa lelah kita akan kehidupan dan ingin berhenti, waktu tak pernah menunggu, ia akan terus berputar mengikat kaki-kaki kita dalam roda waktu agar ikut tetap berjalan bersamanya, sanggup tak sanggup, kuat tak kuat, mau tak mau. Bersama putaran rodanya waktu bisa memberikan kita kebahagiaan, bisa juga kesedihan. Roda waktu tak bisa dikendalikan, tapi kemudi hidup kita ada ditangan kita sendiri. takut atau berani, yakin atau ragu, tawa atau tangis, membenci atau mencinta, pilihan ada di tanganmu. **** Hari dimana Shi Hui berangkat ke Beishan akhirnya tiba. Pagi-pagi sekali Shi Hui sudah bersiap untuk berangkat ke Beishan, ia sengaja membeli tiket kereta paling pagi agar tak kemalaman saat tiba di Beishan. Di lehernya melingkar sebuah syal berwarna merah muda pemberian dari bibi Wang, sebuah syal cantik yang di rajut sendiri oleh bibi Wang sejak beberapa hari yang lalu. Semalam saat sedang berberes bibi Wang datang mengetuk pintu kamarnya sembari membawa syal itu. *** “Shi Hui apakah kau sudah yakin akan ke Beishan?” “Tentu saja Ayi.” Mata wanita itu nampak berkaca-kaca “Ayi kenapa?” Shi Hui bangkit dari duduknya dan mendekati wanita tua itu. Wanita itu hanya terdiam, namun tanpa ia berkata apapun Shi Hui mengerti apa yang ada di dalam hati wanita itu. Shi Hui memeluk bibi Wang, Ayi, percayala aku akan baik-baik saja “Aku percaya kau akan baik-baik saja nak, kau harus menjaga dirimu baik-baik.” Sembari berkata Bibi Wang melingkarkan sebuah syal yang sangat lembut di leher Shi Hui. “Shi Hui, kunci ini adalah kunci apartemen bekas tempat tinggal An Na di Beishan, Barang-barang An Na masih ada di sana kupikir akan lebih baik jika kau yang menyimpannya.” Kata Li Hua pagi tadi saat ia mengantarkan Shi Hui ke stasiun. “Aku mengerti Jie.” Jawabnya dengan segera. “jangan lupa kau harus jaga kesehatan di sana.” “Baik Lihua Jie jie ku sayang, makan teratur, jangan begadang, tidur tepat waktu, benar kan.” “Betul sekali.” Jawabnya sambil tertawa kecil. *** Pagi-pagi Shi Hui sudah berada di peron stasiun, telapak tangannya tangannya membolak balik memainkan sebuah kunci dengan gantungan berbentuk kucing, tak banyak barang yang ia bawa ke Beishan, saat hendak akan berangkat Bibi Wang dan Lihua sangat bersemangat ingin membawakannya banyak barang seperti makanan mulai dari beras, s**u, snack hingga berbagai makanan instan dan tak lupa beberapa selimut tebal dan pakaian hangat. Bibi Wang benar-benar bersemangat ingin Shi Hui membawa ini itu, takut kalau-kalau SHi Hui akan keselitan di kota baru. Bibi Wang lupa bahwa bertahun-tahun Shi Hui telah menjalani kehidupan yangkeras seorang diri. Barang bawaan Shi Hui kali ini kurang lebih sama seperti saat ia kembali dari Sydney beberapa hari lalu sebuah koper abu-abu berukuran sedang dan sebuah tas punggung ditambah sebuah kantong berukuran besar pemberian Bibi Wang. Tak butuh waktu lama, tak sampai tiga puluh menit sebuah rangkaian kereta jurusan Xianhu - Beishan datang, Suasana gerbong siang itu tidak terlalu ramai, jadi Shi Hui bisa dengan mudah mencari space untuk menaruh barang-barangnya. kereta pun segera melesat menuju Kota Beishan, hari ini ia akan menempuh perjalanan kurang lebih delapan jam perjalanan yang cukup panjang, karenanya ia sudah menyiapkan sebuah bantal leher empuk untuk menemani perjalananya hari ini. Shi Hui sengaja menggunakan kereta agar bisa menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Kereta melaju dengan kecepatan tinggi, Sepanjang perjalanan Shi Hui sama sekali tak memejamkan matanya, ia fokus melihat pemandangan dari dalam jendela kereta, di awal perjalanan matanya dimanjakan dengan pemandangan garis pantai yang membentang panjang di sepanjang kota Xianhu, beberapa jam kemudian kereta melewati hamparan pegunungan dan persawahan di sepanjang kanan kiri jalan, rangkaian gerbong itu sesekali melesat menembus perut bukit dan jembatan-jembatan yang menjulang tinggi di atas sungai,semakin dekat dengan kota Beishan pemandangan berganti dengan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggis seakan menembus awan. Setelah beberapa tahun meninggalkan negara ini semuanya nampak banyak berubah. Dulu terakhir ia pergi ke kota Beishan saat usianya tujuh tahun, saat itu ibu panti memeberikan hadia utuk siapapun yang mendapat peringkat kelas sepuluh besar akan mendapatkan hadiah jalan-jalan ke kota beishan untuk mengunjungi taman hiburan. Shi Hui sebenarnya bukanlah gadis yang sangat pintar, nilainya pas-pasan, hanya saja demi hadiah itu, yang serasa jackpot baginya dan anak-anak panti lain Shi Hui dan An Na mati-matian belajar siang malam, dan hasilnya tidak sia-sia mereka berdua sama-sama mendapat peringkat sepuluh besar, dan akhirnya seperti yang dijanjikan ibu panti saat itu mereka diajak jalan-jalan ke taman Hiburan dan menaiki wahana impian mereka Biang lala dan komedi putar. Ia berusaha menyibukkan pikirannya dengan pemandangan-pemandangan di luar sana. namun semakin mendekati Beishan pikiran-pikiran itu kembali muncul. Apa karena masalah pekerjaan? Ah ini sepertinya tak mungkin, meskipun masih bekerja sebagai seorang jurnalis kontrak, namun An Na sangat menyukai pekerjaannya , cerita-cerita dari An Na pulalah yang pada akhirnya membuat An Na dan dirinya sepakat untuk meniti karir bersama sebagai jurnalis di Beishan suatu saat nanti. Berbeda dengan dirinya, An Na adalah sosok yang ceria dan mudah bergaul. Karena masalah cinta? Shi Hui, samar-samar teringat cerita An Na beberapa bulan lalu, An Na sedang tertarik pada seorang pria dan berkata kalau ia sangat menyukai pria itu. “Sudah berapa kali kau berkata menyukai seorang pria dan mengatakan kalau dia adalah takdirmu?” sahut Shi Hui melalui sambungan telepon beberapa bulan yang lalu, saat sahabatnya itu lagi-lagi membicarakan tentang seorang pria “Kali ini aku serius Shi Hui, pria ini berbeda dari laki-laki yang kukenal sebelumnya, Saat aku bertemu dengannya jantungku langsung berdegup kencang.” “Oke oke, aku percaya An Na Xiaojie akhirnya telah bertemu dengan belahan jiwanya, aku Wen Shi Hui turut berbahagia.” jawab Shi Hui sambil tertawa. “Makannya kau lekaslah ke Beishan, nanti kau bisa melihat sendiri kalau kali ini aku tidak salah.” “Wah rasanya ingin detik ini juga aku ingin melihat pria seperti apa yang berhasil memihak An Na Xiaojie, tunggu aku ya aku akan segera melesat kesana.” “Aku tunggu ya, awas kalau kau tidak segera datang.” Itu adalah salah satu percakapannya yang terakhir dengan An Na, ia tak terlalu menanggapi serius cerita An Na, pasalnya bukan hanya sekali dua kali itu saja sahabatnya itu bercerita kalau ia jatuh hati kepada seorang pria, Shi Hui terkadang berpikir apakah di dalam hati gadis itu ada seekor siluman katak yang bersemayam, kalau tidak kenapa perasaanya dan hatinya mudah sekali melompat-lompat, hari ini ia bercerita jatuh hati pada pandangan pertama pada pria A beberapa kemudian ia akan bercerita bahwa ia telah menemukan takdirnya si pria B, dan beberapa hari kemudian pria-pria lain telah singgah ke hatinya, An Na bukan seorang playgirl yang suka bergonta-ganti pacar, tapi memang sahabatnya yang satu itu memang sangat mudah jatuh hati, jelas kontras dengan dirinya yang seumur hidup tak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Shi Hui sadar kalau dia tidak ahli dalam hubungan antara pria dan wanita, meskipun begitu Shi Hui sering sekali menjadi tempat curahan teman-temannya soal urusan cinta, aneh memang meminta saran dari orang yang justru sama sekali tak memiliki pengalaman soal cinta. Tapi konon katanya orang-orang seperti itu memang seringkali akan dijadikan tempat mencari saran karena pikiran mereka masih lebih waras dan masih bisa menggunakan logika jika dibandingkan mereka yang sedang dimabuk asmara dan melihat semuanya seakan penuh warna-warni yang kadang menipu **** Setelah menempuh perjalanan jauh selama delapan jam kereta akhirnya tiba di stasiun pemberhentian terakhir di kota Beishan. Pukul tiga sore ketika ia sampai di stasiun Beishan. Beishan dengan sejuta kemegahannya,, ini adalah kali pertama Shi Hui menginjakkan kaki di kota ini lagi setelah beberapa tahun, namun entah mengapa ia rasanya sudah sangat familiar, entah sudah seberapa sering An Na bercerita betapa indahnya Beishan, sehingga secara tidak langsung gambaran-gambaran mengenai kota ini sudah terukit jelas di kepalanya. An Na, aku sudah ada di Beishan. Suasana di sekitar Stasiun Beishan sangat ramai, orang-orang bersliweran berlalu lalang dengan koper-koper di tangan mereka, beberapa berjalan santai sementara beberapa lain berlarian berkejaran dengan waktu, mingkin mengejar jam kereta yang hampir tiba. Sembari menyeret koper besarnya SHi Hui mengikuti penunjuk jalan keluar dari bangunan stasiun, stasiun itu ukurannya sangat besar, jauh lebih besar daripada stasiun yang ada di kotanya. Ia menghabiskan waktu beberapa menit untuk mencari exit door. Shi Hui membuka ponselnya mencari alat transportasi tercepat menuju ke tempat tujuannya selanjutnya. “Nona ada yang bisa kubantu?” Seorang petugas keamanan stasiun berjalan mendekatinya, mungkin sangat kelihatan kalau Shi Hui seperti sedang mencari-cari tempat. “saya sedang mencari alat transportasi menuju ke kantor polisi Yuhua.” “Ah kantor polisi beishan ya, kau bisa naik kereta bawah tanah dari sini dan turun di stasiun Anwu, dari sana kau tinggal berjalan tiga ratus meter.” Polisi itu kemudian melihat ka arah barang bawaan Shi Hui yang cukup banyak kemudian menambahkan,” tapi jika kau ingin lebih praktis kau sarankan kau naik taksi saja nona.” “Iya sepertinya aku akan naik taksi saja agar tidak terlalu repot dengan barang-barang ini.” “Kalau begitu kau bisa berjalan ke arah sana nona, di depan stasiun akan banyak taksi yang berjajar menunggu penumpang.” Kata Petugas itu sambil menunjukkan ke arah pintu keluar. “Wah terima kasih paman.” Jawan Shi Hui dengan sopan. Shi Hui berjalan mengikuti arah yang ditunjukkan oleh petugas keamanan barusan, benar saja begitu tiba di luar bangunan stasiun ia bisa melihat taksi-taksi berwarna kuning berjajar di sepanjang jalan stasiun. Tak berlama-lama Shi Hui segera berjalan dan menaiki salah satu taksi yang berada tak jauh darinya. “Nona, kau mau kemana?” tanya sopir taksi itu begitu Shi Hui masuk kedalam. “Paman tolong antar aku ke kantor polisi beishan ya” “Kantor polisi?” Sopir taksi itu bertanya untuk memastikan kalau ia tidak salah dengar sambil melihat sosok penumpangnya dari kaca spion mobil, sopir taksi itu sedang menebak-nebak untuk apa gadis muda dengan koper besar ini menuju ke kantor polisi, namun sopir itu urung bertanya dan menyimpulkan sendiri mungkin ia hendak menjenguk kerabatnya di tahanan. Ketika gadis muda di belakangnya mengangguk, Supir taksi itu dengan segera menjalankan kendaraanya menembus keramaian kota Beishan. jalanan sore itu cukup ramai, maklum saja sekarang sedang jam sibuk, beberapa kali taksi yang di kendarainya terjebak kemacetan, SHi Hui berkali-kali melirik jam tangannya, khawatir kalau kantor polisi itu sudah tutup mengingat jam sudah menunjukkan hampir pukul empat sore, tiga puluh menit kemudian taksi itu sudah sampai di depan di sebuah kantor polisi, kantor polisi ini adalah salah satu kantor polisi cabang di kota Beishan.Shi Hui menarik napas lega melihat gerbang kantor polisi itu masih terbuka lebar. Sebenarnya SHi Hui bisa saja datang ketempat ini esok hari, toh kedepannya ia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di kota ini. Namun sejak awal Tempat ini adalah tempat pertama yang ia ingin segera ia datangi begitu sampai di Beishan, kantor polisi Yuhua, adalah yang menangani kasus bunuh diri An Na, di tempat ini ia berharap bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang selalu mengganjal di hatinya, entah mengapa ia merasa yang dikatakan oleh Lihua Jie jie tempo hari belumlah semuanya, ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Beberapa hari lalu sebelum berangkat ke kota ini Shi Hui sempat bertanya kepada Lihua mengenai detail kasus An Na, Namun meskipun begitu entah mengapa Shi Hui merasa masih ada yang mengganjal meskipun ia sendiri tak tahu alasannya kenapa. Shi Hui bergegas turun, masih dengan sebuah koper di tangannya, koper besarnya ia tinggalkan di halaman depan kantor, siapa juga yang mau bertingkah konyol mencuri sebuah koper di kantor polisi. Seorang petugas polisi yang berjaga di gerbang memintanya menunjukkan kartu identitasnya dan menunjukkan kepada Shi Hui ruangan yang harus ia datangi. **** Ia memasuki sebuah ruangan di bangunan kantor polisi itu, ini kali pertama Shi Hui berada di kantor polisi sehingga ia merasa agak awkward, untungnya semua yang ada disana bersikap sangat ramah kepada Shi Hui. Awalnya petugas polisi yang menemui SHi Hui menolak untuk membuka beberapa hal mengenai kasus itu karena Shi Hui dianggap tak memiliki hubungan kekerabatan apapun dengan An Na. namun setelah Shi Hui meyakinkan kepada mereka mengenai identitasnya dan hubungannya dengan An Na akhirnya petugas tersebut bersedia untuk berbicara dengannya mengenai detail kasus An Na. **** Sekitar setengah jam Shi Hui berada di dalam kantor polisi, Saat keluar dari dalam kantor polisi sama sekali tak nampak raut lega yang nampak di wajah gadis itu, yang ada justru wajah pucat yang nampak semakin muram dengan langkah yang gontai, entah sudah berapa kali sejak menginjakkan kaki di negara ini ia harus menerima kenyataan demi kenyataan yang sulit diterima. Petugas polisi itu membenarkan alasan kematian An Na karena murni bunuh diri, tak ada indikasi maupun kejanggalan terkait penyebab kematiannya, namun ada informasi lain yang membuat An Na semakin terpukul dan sulit menerima kenyataan. Narkoba. An Na menggunakan n*****a. Polisi itu menjelaskan padanya bahwa berdasarkan hasil otopsi di dalam tubuh An Na ditemukan n*****a dalam dosis tinggi, An Na di duga mengalami depresi karena kecanduan n*****a, dan hal itulah yang menyebabkan akhirnya ia mengambil keputusan nekat untuk mengakhiri hidupnya sendiri. An Na kecanduan? Shi Hui tersenyum getir.. lelucon macam apa ini? mengapa semakin ia mencari kenyataan justru segalanya semakin tak masuk akal baginya. Shi Hui mengenal betul siapa An Na dan bagaiaman karakter gadis itu, Gadis itu bukanlah gadis yang akan dengan mudah terjerumus oleh dunia hitam seperti itu, An Na adalah gadis baik-baik. Bahkan dalam percakapan-percakapan mereka sebelumnya saat Shi Hui masih tinggal di Sydney, An Na adalah orang yang selalu mewanti-wantinya untuk selalu hidup dengan baik dan jangan sampai terjerumus dengan pergaulan bebas dan kehidupan gelap. Terkadang SHi Hui merasa kalau An Na sudah seperti ibunya sendiri, menasehatinya ini itu, mengoceh ini itu, tapi Shi Hui tahun kalau itu semua demi kebaikannya. Ada apa dengan semua ini? Apakah An Na menghadapi masalah rumit dalam hidupnya? tapi mengapa? dia tak pernah menceritakan kepadaku mengenai masalahnya, dia selalu nampak bahagia, apakah sebagai sahabat aku kurang peka? untuk kesekian kalinya Shi Hui menyalahkan dirinya lagi. ======== Shi Hui duduk di tepi sungai kota Beishan sembari memandangi kerlap-kerlip lampu malam yang ada di kota itu, dahulu saat masih berada di Sydney ia sangat suka sekali menghabiskan waktu luangnya selepas kerja untuk sekedar duduk-duduk menghabiskan waktu di taman-taman yang ada di setiap sudut kota Sydney ia sibuk dalam lamunannya sendiri. Jika bukan karena suaraperutnya yang keroncongan minta diisi entah akan berapa lama lagi Shi Hui duduk disana dengan sebuah kopor besar di sampingnya mirip seperti seorang gadis yang baru saja minggat dari rumahnya. Shi Hui membeli semangkok mie yang berada di kedai tak jauh dari tempatnya duduk tadi setelah kenyang ia baru mulai berpikir dengan jernih. Apa saja yang kulakukan tadi dengan menyeret kopor kesana kemari? Wen Shi Hui…When Shi Hui kau bukan ke Beishan untuk menjadi gelandangan. kata Shi Hui kepada dirinya sendiri. Shi Hui akhirnya teringat pada secarik kertas yang sudah ia siapkan beberapa hari lalu sebelum ia berangkat, kertas berisi alamat dorm yang akan ia sewa selama di Beishan, menurit ibu pemilik kedai, dorm yang ada di dalam alamat itu letaknya tidak terlalu jauh hanya dua kilo meter dari tempatnya berada saat ini. tak jauh namun akan sangat menyulitkan jika harus berjalan sejauh itu bersama dengan barang-barang yang ia bawa sepanjang hari ini. karenanya Shi Hui memesan sebuah taksi menuju alamat itu. Tak sampai lima menit taksi yang membawanya sudah sampai di depan dorm empat lantai. Shi Hui beruntung tak harus mencari-cari tempat tinggal begitu sampai di Beishan, Dorm tersebut di rekomendasikan oleh salah satu kenalan Bibi Wang, selain harganya murah tempatnya juga tidak terlalu jauh dari pusat kota. Ia menekan sebuah nomor untuk mengirimkan pesan, tak lama kemudian seorang wakita paruh baya keluar dari dalam dorm, Dia adalah Bibi Hui, salah satu penjaga sekaligus pengurus dorm yang akan ia tinggali nantinya. “Kau Shi Hui?” “Benar Ayi, aku Shi Hui.” “Haiyaaa, kemana saja kau, aku sudah menunggumu sejak tadi, Bibimu bibi Wang mengabariku sejak tadi pagi kalau keretamu akan tiba sore tadi, tapi hingga malam kau tak juga muncul, aku sudah khawatir kalau-kalau kau tersesat.” “Tersesat? mana mungkin Ayi aku yang sudah sebesar ini bisa tersesat, aku tadi hanya jalan-jalan sebentar menikmati pemandangan sekitar, maaf membuatmu khawatir Ayi…”jawab Shi Hui dengan merasa bersalah. “Haole haole tak usah dipikirkan yang penting sekarang kau sudah tiba dengan selamat, kau pasti lelah ayo kuantarkan kau ke kamarmu.” “Oke Ayi.” Wanita itu membawa Shi Hui menapaki satu persatu tangga dorm. “Tadinya aku ingin mencarikanmu kamar sewa di lantai satu tapi ternyata semuanya penuh, hanya tersisa kamar di lantai 4.” “Ah tak apa Ayi, tak masalah, justru aku bisa sekalian berolah raga dengna naik turun tangga setiap hari.” Jawab Shi Hui dengan positif. “Ha ha ha kau benar, anak muda seperti kalian memang berbeda, sangat bersemangat dan suka sekali berolah raga, itu bagus untuk badanmu Shi Hui.” Setelah menapaki ebberapa anak tangga sampailah mereka di depan sebuah kamar, Bibi Hui mengeluarkan sebuah anak kunci dari dalam bajunya dan membuka ruangan itu. Ruangan itu nampak rapi dan bersih. “Aku sudah membersihkannya sebelum kau datang, lihatlah di pojokan sana ada sebuah dapur kecil kau bisa memasak di sana, Jika ingin mencuci baju kau bisa menjemurnya di balkon, atau jika kau malas mencuci kau bisa menggunakan jasa laundry yang ada di lantai satu. Wanita itu menjelaskan semuanya dengan sangat detail. “Baik Ayi, terima kasih atas bantuanmu.” “Ah Bu ke qi, Bu Ke qi. Sekarang kau istirahatlah” “Baik Ayi.” **** Selepas Bibi Wang pergi Shi Hui melemparkan tubuhnya ke atas renjang, ranjang di dorm itu tidak trlalu besar namun sangat empuk, apalagi setelah seharian menyeret koper kesana kemari baru sekarang badannya terasa pegal pegal. Setelah merebahkan badannya beberapa saat Shi Hui teringat sesuatu, ia membuka kopernya dan mengambil sebuah anak kunci. Ya sebuah kunci kamar milik An Na, setelah kematiann An Na, beberapa barangnya masih diteinggal di penitipan barang tempat dulu An Na tinggal. Shi Hui segera menyusun rencana untuk besok pagi, ia akan pergi mengambil sisa barang-barang An Na dan mulai melamar-lamar untuk mencari pekerjaan. **** Pukul delapan pagi, Shi Hui segera bersiap-siap untuk agendanya hari ini, ia berjalan menuju ke halte bus yang berada tak jauh dari dormnya, selain lebih ekonomis Shi Hui juga ingin berjalan-jalan sembari mengeksplor jalan-jalan di sekitar kota Beishan. Sebuah kebiasaan yang selalu ia lakukan saat baru saja datang ke tempat baru. Hal itu juga yang dulu ia lakukan saat pertama kali tinggal di Sydney. Setelah transit bus sebanyak dua kali dan berjalan kurang lebih 500 meter Shi Hui sampai di bangunan yang ia tuju, tempat tinggal terakhir An Na. Sebuah Dorm sama seperti tempat tinggalnya saat ini namun bangunannya terlihat modern dan masih baru, sesampainya di sana Shi Hui diantar oleh seorang security menuju ke bekas tempat tinggal An Na, tempat itu kosong semenjak kepergian An Na namun dalam beberapa hari akan ada penghuni baru karena itulah pengurus dorm meminta agar pihak keluarga mengambil barang-barang peninggalan An Na. Selama beberapa menit Shi Hui berada di dalam kamar itu, tak ada yang aneh, semuanya nampak baik baik saja, kamar dengan dekorasi warna pink, warna kesukaan An Na. Seluruh sisa-sisa barang peninggalan An Na sudah di pack kedalam sebuah box berukuran sedang, tak terlalu banyak barang. **** Sesampainya di dorm Shi Hui mengeluarkan barang-barang itu dari dalam box satu persatu, terdapat buku-buku catatan laporan jurnalistik yang berisi coretan tangannya, pigura kecil berisikan foto An Na, sebuah mug bergambarkan seekor kucing, binatang kesayangan An Na, accessories dan barang-barang lain yang lumrah dimiliki oleh seorang gadis. Shi Hui menata kembali barang-barang itu kembali di dalam box, baginya benda-benda itu sangat berharga jadi ia akan menyimpannya dengan baik sampai kapanpun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD