Bab 11]

1332 Words
Kalila baru saja menyelesaikan kelasnya yang terakhir ketika dia mendapatkan satu pesan singkat dari nomor tidak dikenal. Sekalipun tidak ada nama di pesan singkat itu, Kalila bisa menebak jika orang yang mengirimkan pesan adalah Revan. Iya, Revan tadi sempat meminta nomor teleponnya sebelum mereka masuk ke kelas masing-masing. Kalila sama sekali tidak mengira jika Revan masih ada di kampus dan pria itu sedang menunggunya di kantin. Iya, Revan mengatakan jika hari ini dia hanya ada dua kelas saja sehingga seharusnya dia sudah pulang sejak tadi. Astaga, apakah Kalila kembali merepotkan Revan? Revan pasti menunggu di kampus karena Kalila belum selesai. Kalila menatap layar ponselnya lalu dengan cepat mengirimkan balasan pada Revan. Revan memintanya untuk datang ke kantin, tentu saja Kalila tidak bisa menolak keinginan Revan. Akan terdengar sangat tidak sopan jika Kalila melakukan itu kepada pemuda sebaik Revan. Kalila melangkahkan kakinya dengan cepat karena dia mulai merasa tidak nyaman dengan pandangan beberapa orang yang dengan sengaja menatapnya secara terang-terangan. Apa yang salah dengan Kalila? Kemarin saja Kalila tidak mendapatkan perhatian seperti ini. “Lo Kalila?” Tanya seorang perempuan yang berdiri di depan Kalila. Kalila menganggukkan kepalanya dengan pelan lalu memberikan senyuman ke arah perempuan itu. “ Kenalin, gue Sila. Kita satu jurusan jadi kita pasti bakal sering ketemu” Kata Perempuan itu. Kalila menganggukkan kepalanya dengan antusias. “Namaku Kalila, aku harap kita bisa menjadi teman setelah ini” Kata Kalila dengan pelan. “Oke, lo mau ke pulang setelah ini? Gimana kalau kita nongkrong di Cafe depan kampus?” Tanya Sila. Kalila tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Sekalipun Kalila senang karena akhirnya mendapatkan teman selain teman-teman yang dikenalkan oleh Revan, Kalila tetap tidak bisa meninggalkan Revan yang sudah lebih dulu mengajaknya ke kantin kampus. “Mungkin lain kali, aku harus bertemu dengan temanku di kantin” Kata Kalila dengan pelan. “Revan?” Tanya Sila. Wow, bagaimana Sila bisa tahu? “Iya. Bagaimana kamu tahu, Sila?” Tanya Kalila. “Well, everyone talk about you guys” Kata Sila dengan santai. Kalila mengernyitkan dahinya. Kenapa semua orang harus berbicara tentang Kalila dan Revan? “Kenapa ada yang membicarakan aku dan Revan?” Tanya Kalila. “Sebenernya gue bukan anak baru di sini jadi udah cukup tahu beberapa berita di sini. Jadi, Revan itu cukup terkenal karena dia ikut beberapa organisasi gitu. Dari yang gue denger, dia nggak pernah punya pacar. So, sekarang semua orang lagi ngomongin lo. Nggak munafik juga sih, gue ngajak lo kenalan juga karena denger berita itu” Kata Sila. Apa yang sedang dikatakan oleh Sila? Ya ampun, sepertinya semua orang sedang salah paham pada Kalila dan Revan. “Aku bukan pacarnya Revan” Kata Kalila. “Hah? Bukan? Kok bisa?” Tanya Sila. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Jujur saja tidak ada jawaban yang bisa Kalila berikan karena memang dia dan Revan hanya sebatas teman saja. Kalila sama sekali tidak mengira jika ada yang berpikir bahwa mereka menjalani hubungan asmara. “Aku memang tidak berpacaran dengan Revan” Kata Kalila. “Lo cewek yang tadi berangkat sama Revan, kan?” Tanya Sila. Kalila baru akan menjawab pertanyaan Sila tapi kali ini ponselnya berdering dengan nyaring dan sebuah nomor tanpa nama sedang menghubungi dirinya. Kalila tahu jika itu adalah nomor Revan jadi dia menatap Sila dengan pandangan memberi tahu tentang keadaannya. “Sebentar ya, Sila” Kata Kalila dengan pelan. Kalila segera mengangkat panggilan itu lalu meletakkan ponselnya di dekat telinganya. “Ya, Revan?” “Kalila? Apakah kamu tahu tempat kantin berada?” Kalila mengerjapkan matanya dengan pelan ketika dia mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Revan. Sekalipun Kalila memang tidak pernah makan di kantin, Kalila tetap tahu dimana tempat kantin berada. “Tentu, tentu saja aku tahu letak kantin. Aku akan segera ke sana..” Kata Kalila dengan pelan. “Sungguh? Apakah aku harus menjemputmu?” Kalila menggelengkan kepalanya dengan refleks padahal dia juga tahu jika Revan tidak akan bisa melihat gerakan kepalanya. “Tidak, tidak perlu melakukan itu. Aku akan segera ke sana, tenang saja..” Kata Kalila dengan cepat. “Baiklah, aku akan menunggumu” “Tentu..” Setelah panggilan itu diakhiri Kalila kembali menatap Sila yang masih berdiri di depannya. “Lo jago banget kalo bohong. Itu Revan baru telepon. Lo pasti pacarnya, kan?” Tanya Sila dengan cepat. Kalila meringis sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak seperti itu, Sila. Kami berteman, hanya itu saja..” Kata Kalila. “Terserah, deh. Lo mau ke kantin? Lo tahu tempatnya, kan?” Tanya Sila. Kalila menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Jujur saja Kalila merasa senang karena akhirnya dia mendapatkan teman baru. Mungkin lain kali Kalila akan ikut bersama dengan Sila untuk nongkrong di depan kampus seperti yang Sila katakan tadi. “Iya, aku tahu” “Ya udah, gue duluan ya. Lo pasti mau ketemu Revan. Oke, ketemu lagi besok siang ya, La” Kata Sila. Kalila tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. *** “Akhirnya lo dateng juga. Eh, Akhirnya kamu dateng juga, Kalila..” Kata Revan begitu Kalila tiba di kantin dan duduk di depan Revan. Sampai saat ini Kalila masih sering merasa jika ada banyak sekali orang yang memberikan tatapan penasaran ke arahnya. Ya, jujur saja ketika sedang bersama dengan Revan seperti ini, tatapan orang-orang semakin banyak yang mengarah kepadanya. Apakah Revan memang anak yang sangat terkenal di kampus sehingga semua orang memperhatikan segala hal tentangnya? Astaga, Kalila tidak pernah mengharapkan semua ini sebelumnya, tapi jika Revan memang anak yang terkenal di kampus ini, Kalila memang harus menerima konsekuensi karena dia berteman dengan anak yang terkenal. “Aku sedang berbicara dengan temanku tadi” Kata Kalila sambil tersenyum senang. Rasanya memang sangat menyenangkan karena akhirnya Kalila mendapatkan teman baru. Ya, sekalipun Kalila yakin jika Sila mengajak dirinya berkenalan karena dia tahu Kalila adalah seseorang yang tadi pagi berangkat dengan Revan. Sebenarnya Sila sendiri yang mengatakan hal itu. Kalila sama sekali tidak mengira jika orang-orang akan memperhatikan hingga sedetail itu. “Wow, kamu memiliki teman baru, ya?” Tanya Revan sambil tersenyum. Kalila menganggukkan kepalanya dengan semangat. Sekalipun Sila mengajak dirinya berkenalan karena Kalila dekat dengan Revan, Kalila tetap saja merasa senang. Setidaknya ada yang mau berteman dengan dirinya. “Akhirnya.. Semua orang pasti akan menyukaimu, Kalila.. kamu hanya perlu sedikt ramah saja pada mereka. Kamu perempuan yang sangat lucu!” Kata Revan sambil mengulurkan tangannya lalu mengusap rambut Kalila beberapa kali. Kalila menahan napasnya ketika merasakan sentuhan Revan di atas kepalanya. Astaga, apa yang dilakukan oleh pemuda itu? Kalila tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, tapi detak jantungnya terasa berdebar dengan keras. Kalila bahkan bisa merasakan aliran darahnya berdesir ringan. “Revan, kurasa semua orang memperhatikan kita sekarang” Kata Kalila dengan pelan. Kalila menatap Revan ketika pria itu sibuk melayangkan pandangannya ke sekeliling ruangan kantin yang cukup luas. Ya, apa yang dikatakan oleh Kalila memang benar, sekarang semua orang memang sedang menatap ke arah mereka berdua. Kalila bahkan bisa mendengarkan jika ada beberapa dari mereka yang secara terang-terangan membicarakan Revan dan Kalila. Oh ya ampun, sepertinya sama seperti Sila, beberapa orang di kantin juga salah paham dengan hubungan Revan dan Kalila. “Jangan perhatikan mereka Kalila, mereka hanya iri padaku” Kara Revan. Kalila mengernyitkan dahinya karena dia sama sekali tidak mengerti a[a maksud dari perkataan Revan. Kenapa mereka harus iri kepada Revan. “Ya, mereka sangat iri kepadaku karena aku bisa duduk di depan Kalila yang sangat cantik” Kata Revan sambil tertawa. Kalila sama sekali tidak bisa menahan senyumannya ketika dia mendengar kalimat yang dikatakan oleh Revan. Ya ampun, Kalila bahkan bisa merasakan dengan jelas jika sekarang wajahnya memanas dengan cepat. Wajah Kalila pasti terlihat sangat menggelikan! “Itu sama sekali tidak benar! Justru sepertinya mereka yang iri denganku” Kata Kalila dengan pelan. Revan menghentikan tawanya lalu memicingkan matanya ke arah Kalila. “Apakah mereka iri karena kamu duduk dengan pria yang tampan?” Tanya Revan dengan percaya diri. Kalila tertawa pelan dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan yang Revan berikan. Entahlah, Revan memang sangat tampan. Mungkin itu adalah alasan mereka semua membicarakan Kalila yang tampak dekat dengan Revan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD