Bab 10

1364 Words
Kalila melangkahkan kakinya dengan pelan untuk menuruni tangga rumah. Hari ini, sekalipun dengan keadaan yang cukup kacau, Kalila harus tetap turun ke bawah dan menikmati sarapan paginya bersama dengan Kakak iparnya. Kenzo memang sedang bekerja sehingga dia tidak ada di rumah, Kalila hanya di rumah bersama dengan Ilora. Ya, Kalila tidak boleh membuat kakak iparnya itu merasa khawatir. Kejadian kemarin malam sudah cukup menghancurkan keadaan, Kalila tidak ingin membuat Ilora semakin kesusahan. Kalila menghentikan langkahnya ketika dia menemukan sesuatu yang aneh di ruang makan pagi ini. Kalila bahkan mengerjapkan matanya dengan pelan ketika menyadari ada hal yang tidak wajar. Tidak, ini pasti hanya khayalannya saja. Oh ya ampun, Kalila tidak mungkin berkhayal, bukan? “Revan?” Jujur saja hari ini Kalila sangat ingin menghindari Revan, Setelah apa yang terjadi kemarin malam, sepertinya Kalila masih tidak sanggup jika harus bertemu Revan dan menghadapi berbagai pertanyaan dari pemuda itu. Astaga, kenapa Revan malah ada di ruang makannya? Pria itu bahkan terlihat sangat santai, dia menatap Kalila dan senyuman dengan mulutnya yang penuh roti isi. “Ah, Kalila? Akhirnya kamu turun dari kamar. Kakak sudah berencana untuk menjemputmu dan memastikan keadaanmu. Ayo duduk, Kalila. Hari ini kita akan sarapan bersama dengan Revan” Kata Ilora yang baru saja kembali dari dapur. Apa-apaan ini semua? Kenapa Ilora membiarkan Revan datang ke sini ketika keadaan Kalila masih belum benar-benar baik. Kalila bahkan berencana untuk tidak datang ke kampus padahal hari ini dia ada kelas pagi. Kalila masih merasa jika keadaannya masih tidak stabil. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Kalila harus tetap tersenyum. Dia tidak boleh terlihat menolak kehadiran Revan. Ya, pemuda itu sudah sangat baik pada Kalila. Dia adalah satu-satunya teman yang Kalila miliki. Sebenarnya, Kalila sangat senang ketika melihat Revan di sini, tapi keadaan yang masih sedikit kacau membuat Kalila merasa sangat terkejut. Ya, dan sedikit takut.. “Selamat pagi, Kalila. Aku tidak tahu jika perempuan seperti dirimu suka bangun siang” Kata Revan sambil tersenyum ramah. Kalila tersenyum sambil melangkahkan kakinya untuk bergabung bersama dengan Revan dan Kakak iparnya yang telah lebih dulu duduk di meja makan. Revan bahkan sudah mulai menghabiskan roti isi miliknya. Kalila sebenarnya tidak terbiasa sarapan terlalu banyak. Biasanya Kalila hanya akan makan selembar roti dengan mentega dan juga segelas s**u coklat. “Selamat pagi, Revan” Kata Kalila dengan pelan. “Kalila, hari ini Kenzo tidak bisa mengantarkan kamu ke kampus jadi kamu harus berangkat bersama dengan Revan” Kata Ilora dengan santai. Kalila mengerjapkan matanya lalu melayangkan tatapan tidak setuju pada kakaknya. Ya Tuhan, Kalila tidak mungkin merepotkan Revan seperti itu. Iya, mereka memang teman, Revan sendiri yang mengatakan itu, tapi Kalila tetap saja merasa tidak enak. Kemarin malam Kalila sudah membuat keadaan diantara mereka berdua jadi sedikit kacau. Kalila bahkan tidak tahu kapan Revan pulang dari rumah ini karena dia sibuk mengurung dirinya di kamar. Bagaimana jika Revan bertanya sesuatu tentang kemarin malam? Apa yang harus Kalila katakan? “Kenapa aku tidak belajar menggunakan angkutan umum saja, Kak?” Tanya Kalila dengan pelan. “Hei, kenapa seperti itu? Aku ada di sini, aku juga akan pergi ke kampus. Jangan khawatir, kita bisa berangkat bersama. Kamu akan kuliah pagi, bukan?” Tanya Revan dengan cepat. Kalila menatap Revan dengan pandangan tidak nyaman. Ya ampun, apa yang harus Kalila katakan? Kalila hanya diam sambil menatap ke arah Revan. Tidak, akan lebih baik jika Kalila mulai belajar untuk menggunakan angkutan umum karena Kalila tahu, kakaknya tidak akan pernah bisa mengantar Kalila setiap hari. “Tapi aku tetap harus belajar menggunakan angkutan umum, kak” Kata Kalila dengan pelan. “Kalila, kalau kamu tidak keberatan, kita bisa berangkat sekarang saja. Aku akan mengenalkan kamu dengan teman-temanku nanti” Kata Revan dengan cepat. Kalila menolehkan kepalanya lalu menatap Revan dengan ragu. Apa yang harus Kalila lakukan? Kemarin Kalila sudah bertemu dengan dua teman Revan, satu diantara mereka terlihat tidak menerima kehadiran Kalila, bagaimana jika nanti teman-teman Revan tidak menyukai Kalila? Ah, sebenarnya kemarin Kalila bertemu dengan tiga teman Revan, tapi tentu saja yang satu tidak bisa masuk ke dalam hitungan karena dia masih tidak sadarkan diri. “Kalila, apa yang dikatakan oleh Revan sangat benar. Kalian harus segera berangkat. Nanti ketika di kampus kamu bisa menghabiskan waktu dulu bersama dengan teman-temanmu sebelum kamu masuk ke kelas” Kata Ilora. Kalila memejamkan matanya sejenak. Bagaimana caranya Kalila menghadapi semua ini? Kalila bahkan masih mengingat dengan jelas jika kakinya terasa gemetar ketika dia pertama kali bertemu dengan Revan. Saat bertemu dengan Dipta dan Aira, sebenarnya Kalila juga merasa ketakutan, tapi saat itu Revan ada di sampingnya dan pria itu menggenggam tangan Kalila. Entah kenapa hal itu membuat Kalila merasa jauh lebih nyaman. Kalila menelan ludahnya sendiri. Akan terlihat sangat aneh jika nanti Kalila gugup hanya karena bertemu dengan teman-teman Revan. Tapi mau bagaimana lagi? Kalila memang tidak sama dengan orang-orang pada umumnya. Iya, Kalila sangat berbeda dan perbedaan itu selalu membuat Kalila merasa tidak percaya diri. Kalila adalah manusia yang ditolak. Kalila adalah manusia yang dibuang. Pemikiran semacam itu terus saja mengganggu Kalila. Kalila merasa kerdil dengan kenyataan akan dirinya. Sebuah kekurangan yang tentu saja tidak akan dianggap normal oleh orang lain. “Apakah tidak masalah jika aku bertemu dengan teman-temanmu?” Tanya Kalila dengan pelan. “Kalila, semua orang akan senang ketika bertemu denganmu. Jangan khawatir, aku memiliki banyak teman yang baik. Mereka pasti akan menjadi teman dekatmu..” Kata Revan dengan santai. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Revan sudah datang ke sini untuk menjemput dirinya, mana mungkin Kalila menolak keinginannya? Revan sudah sangat baik karena dia benar-benar ingin membuat Kalila terbiasa dengan lingkungan pertemanan di kampus, Revan ingin membantu Kalila untuk mendapatkan banyak teman, Kalila tidak mungkin menolaknya. “Baiklah, aku akan bersiap dalam 15 menit..” Kata Kalila sambil bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya ke arah kamarnya yang ada di lantai atas. Hari ini akan menjadi hari yang cukup menegangkan. Kalila mungkin akan merasa gugup dan ketakutan, tapi itu tidak akan menjadi masalah besar. Kalila harus mulai menghadapi dunia nyata yang selama ini tidak pernah dia nikmati. Iya, Kalila memang harus bangkit dan mulai menjalani kehidupan yang normal. *** Kalila terus memilin jari-jarinya ketika dia kembali duduk di dalam mobil milik Revan. Benar, Revan memang seorang pemuda yang sangat baik dan ramah. Revan bahkan rela datang ke rumah Kalila hanya untuk membawa Kalila datang ke kampus bersamanya. Revan menepati segala yang dia katakan. Kemarin Revan mengatakan jika dia akan mengenalkan Kalila ke teman-temannya dan membantu Kalila untuk mendapatkan banyak teman di kampus. Ya, pria itu melakukannya sekarang. “Bagaimana rasanya kuliah? Apakah menyenangkan?” Tanya Revan dengan santai. Kalila langsung tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Sejak lama Kalila memimpikan kehidupan bebas seperti ini. Sejak kecil Kalila harus menerima pendidikan privat yang dilakukan di rumahnya. Kalila sama sekali tidak diizinkan untuk keluar dari rumah, oleh sebab itu sampai hari ini masih ada banyak sekali hal yang tidak Kalila ketahui karena sejak kecil dia hanya hidup di rumahnya saja. “Sangat menyenangkan” Jawab Kalila dengan cepat. “Tidak banyak orang yang menyukai sekolah dan kuliah. Sepertinya kamu tipe anak rajin yang akan selalu jadi juara kelas..” Kata Revan sambil tertawa. Kalila tertawa pelan ketika mendengar apa yang Revan katakan. Ya, andai saja Revan tahu apa yang Kalila rasakan. Memang benar jika di luar sana ada banyak sekali orang yang tidak menyukai sekolah atau kuliah, tapi tidak dengan Kalila. Sudah sangat lama Kalila memimpikan keajaiban ini. Banyak orang yang menginginkan sesuatu yang tidak bisa mereka dapatkan, begitu juga dengan Kalila. “Tidak seperti itu” Kata Kalila. “Katakan padaku, apa yang membuatmu menyukai kuliah?” Tanya Revan. Kalila mengangkat bahunya. Entahlah, Kalila juga tidak tahu apa yang membuat dirinya sangat menyukai kehidupannya yang sekarang. Mungkin karena seumur hidupnya Kalila selalu memimpikan hari seperti ini, oleh sebab itu ketika semuanya terwujud Kalila jadi sangat bahagia. Begitulah, kebahagiaan manusia kadang memang berasal dari hal yang sangat sederhana. “Kamu bahkan tidak tahu apa yang membuatmu bahagia?” Tanya Revan sambil tertawa geli. “Entahlah, aku hanya suka dengan suasananya. Aku suka melihat banyak orang yang berjalan dengan langkah santai. Aku juga suka suasana kelas yang kadang ramai tapi kadang juga sangat hening. Aku suka dengan semua itu” Jawab Kalila. “Kalila, kamu memang sangat mengejutkan”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD