Bab 32

2079 Words
  Kalila membuka matanya dengan pelan ketika dia merasa jika ada seseorang yang terus menggerakkan tubuhnya. Kalila terbangun dan duduk di depan ranjangnya. Begitu mata Kalila menatap ke arah cermin kecil yang ada di kamarnya, Kalila tahu jika di dalam kamar ini tidak hanya ad dirinya saja. Kalila menarik napasnya dengan pelan. Sepanjang hari ini Kalila terus membicarakan tentang Kyra, Kalila sama sekali tidak menyangka jika akhirnya dia datang ke sini. “Kyra?” Panggil Kalila. “Oh, lo akhirnya sadar kalo gue di sini. Gimana tidurnya, princess? Lo hidup enak banget di sini, Kalila!” Kata Kyra dengan pelan. Kalila kembali menarik napasnya dengan pelan. Jika sedang berhadapan dengan Kyra, Kalila memang harus menenangkan dirinya sendiri. Kalila tidak boleh terbawa perasaan takut yang terus menyelimuti dirinya setiap kali dia bertemu dengan Kyra. “Apa yang kamu lakukan di sini?” Tanya Kalila dengan pelan. Kalila menatap Kyra dengan pandangan yang dia buat setegar mungkin. Kalila menatap dengan jelas jika Kyra adalah pantula dirinya. Mereka sama.. hanya dengan cara bicara dan sifat yang berbeda. “Gue mau ke sini, emang nggak boleh? Lo hidup terlalu enak, Kalila!” Kata Kyra dengan cepat. Kyra bahkan mengulurkan tangannya dan mencengkram rahang Kalila dengan kuat. Seharusnya sejak tadi Kalila berteriak dengan kencang agar Kenzo dan Ilora mendengarnya. Kamar mereka ada di bawah, saat ini Kalila tidak akan bisa melakukan apapun. Jika Kalila sampai berteriak, maka dia akan Kyra bisa saja melemparkan vas bunga ke kepala Kalila. Iya, Kalila memang sama sekali tidak bisa melakukan apapun. “Jangan membuat masalah, Kyra. Aku mohon, jangan mengganggu aku lagi..” Kata Kalila dengan susah payah. Kyra benar-benar menyakiti wajah Kalila. “Gue ganggu lo? Astaga, Kalila.. lo emang nggak tahu diri!” Kata Kyra dengan cepat. Kalila menyentuh wajahnya yang terasa nyeri ketika Kyra akhirnya melepaskan cengkeramannya. Kenapa Kyra harus datang lagi? Kenapa dia harus kembali ke kehidupan Kalila? “Gue sempat lihat hp lo, lo kenal Revan juga ternyata.. sial, gue jadi semakin benci sama lo, Kalila! Lo ambil semua hal di dalam hidup gue..” Kata Kyra sambil menampar Kalila dengan sangat keras. Kalila bahkan sampai tersungkur ke lantai karena dia tidak memiliki kekuatan untuk membalas Kyra. Sejujurnya Kalila sama sekali tidak ingin membuat keributan yang akhirnya membangunkan kedua kakaknya. Tidak, Kalila tidak ingin membuat mereka semakin kerepotan. Tapi Kyra sangat berbahaya.. Kalila tidak tahu bagaimana caranya untuk melawan Kyra. “Kyra.. jangan mendekati Revan. Jangan mengganggu dia..” Kata Kalila sambil menahan tangisannya. Iya, selama ini Kyra memang sering melukai Kalila, tapi Kalila tidak akan membiarkan Kyra mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya. Tidak, Kalila tidak akan membiarkan Kyra melakukan semua itu. “Lo pikir lo siapa? Gue bisa lakuin apapun yang gue mau Kalila. Oh iya, gue dengar lo mau mulai perang sama gue? Lo yakin?” Tanya Kyra dengan santai. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Kalila harus meyakinkan Kyra untuk tidak mengganggu Revan. Benar, Kyra memang pernah bertemu dengan Revan, tapi itu bukan berarti jika Kyra bisa mengganggu Revan. Kalila memang tidak memiliki cukup kekuatan untuk melawan Kyra, tapi Kalila akan tetap berusaha bagaimanapun caranya. Kyra bukan orang yang suka bermain-main, dia akan selalu melakukan apapun yang dia katakan. Tidak, Kalila tidak ingin Revan terlibat di dalam kehidupannya yang rumit. Kalila berusaha sekuat tenaga untuk membangun kehidupan barunya agar dia bisa tampak seperti manusia normal pada umumnya, tapi sekarang Kyra datang dan dia pasti akan menghancurkan segalanya. Iya, Kalila tahu akan hal itu. “Kyra aku mohon, jangan melakukan itu..” Kata Kalila dengan pelan. Kalila melihat jika sekarang Kyra mulai menjauh dari dirinya. Apakah Kyra akan segera pergi lagi? “Lo sama sekali nggak punya hak buat larang gue, Kalila!” Kata Kyra sambil berjalan mendekati Kalila. Kalila memundurkan langkahnya, dia tahu jika Kyra pasti akan menyakitinya sekarang. Tapi memang lebih baik jika Kyra menyakitinya atau membuat Kalila terluka hingga tidak sadarkan diri. Akan lebih baik jika Kalila tidak sadarkan diri sekarang. Apa yang Kalila pikirkan memang benar, hanya dalam hitungan detik Kyra mendekati Kalila lalu menghantamkan kepalanya ke arah tembok dengan sangat keras. Kalila sempat melihat jika keadaan di sekitarnya jadi berputar dalam beberapa detik, tapi kemudian Kalila kehilangan kesadarannya. *** Kalila membuka matanya dengan pelan ketika dia merasakan sorot matahari yang menyinari matanya. Kalila berusaha untuk bangkit dari posisinya. Iya, secara perlahan Kalila memang mengingat apa yang terjadi tadi malam. Saat ini Kalila sedang duduk di atas lantai kamarnya karena memang tadi malam Kalila pingsan di atas lantai. Kalila meringis pelan dan menyentuh kepalanya yang terasa sangat sakit. Astaga, bagaimana Kalila bisa turun ke bawah untuk menemui kakaknya jika dia sedang dalam keadaan yang seperti ini? Kalila terus memijat kepalanya dengan pelan agar rasa nyerinya sedikit berkurang. Sebenarnya ini tidak seberapa, biasanya Kyra bisa melakukan hal yang lebih buruk lagi. Kalila tidak tahu kenapa kemarin Kyra tidak menyiksa dirinya lebih lagi. Entah Kalila harus bersyukur atau tidak.. tapi memang beginilah kenyataannya. Setelah besusah payah, Kalila akhirnya bisa duduk di atas ranjang kamarnya. Kalila meraih gelas yang berisi air putih dan segera mengambil obat pereda nyeri yang selama ini Kalila letakkan di laci kamarnya. Iya, hanya dalam beberapa menit ke depan Kalila akan segera membaik. Kalila kembali membaringkan tubuhnya karena dia merasa denyutan di kepalanya semakin menyakitkan. Kalila tidak tahu apakah dia akan sanggup beraktivitas jika keadaannya seperti ini. Ya, Kalila mungkin harus menunggu hingga beberapa menit ke depan sampai obat yang dia minum bereaksi dan membuat keadaan Kalila jadi lebih baik. Kemarin Kalila baru saja diperingatkan oleh kedua kakaknya tentang betapa bahayanya Kyra, Kalila tidak ingin membuat mereka berdua semakin khawatir. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Kata dokter Harmono, Kalila harus memberi tahu dia jika nanti Kyra datang menemui dirinya. “Kalila, sayang.. apakah kamu sudah bangun?” Kalila langsung bangkit dari posisi berbaring dan melihat jika Ilora sedang berjalan masuk ke dalam kamarnya. Kalila menatap ke sekeliling kamarnya, memastikan jika tidak ada hal yang mencurigakan karena Kalila memang belum memeriksa apapun. Kyra datang tadi malam, Kalila takut jika Ilora tahu akan kebenaran itu. “Ada apa, Kak?” Tanya Kalila dengan cepat. “Kalila dengarkan kakak. Bereskan semua barang-barangmu karena nanti malam kita akan berangkat ke Amerika. Ibuku sakit dan aku harus datang ke sana. Kita mungkin akan menetap di sana sampai aku melahirkan..” Kata Ilora. Kalila menutup mulutnya sendiri. Kalila tidak menyangka jika akan ada kabar buruk yang datang di saat yang sangat buruk ini. Iya, begitulah.. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Sangat wajar jika Ilora sangat khawatir dan ingin segera berangkat ke Amerika untuk menemui ibunya, tapi kenapa Kalila harus ikut? Sebelumnya, saat Ilora mengatakan jika dia akan segera ke Amerika karena dia akan melahirkan di sana, Kalila sudah mengatakan jika dia tidak ingin ikut dan Ilora juga sudah setuju akan hal itu. “Ayo, Kalila.. kita harus membereskan semuanya karena kita akan ada di sana selama lebih dari tiga bulan..” Kata Ilora. Kalila menyentuh tangan kakaknya dan menghentikan langkah Ilora yang tampak sangat kacau. “Kak..” Kalila bangkit berdiri dan memeluk Ilora. Kalila tahu jika Ilora sangat khawatir pada keadaan ibunya. “Kalila.. kakak sangat khawatir..” Kata Ilora dengan pelan. “Tidak, jangan khawatir, Kak. Semuanya akan baik-baik saja. Ibumu pasti akan segera sembuh..” Kata Kalila sambil melepaskan pelukannya. Kalila tersenyum untuk mencoba menghibur Ilora yang benar-benar tampak kacau. “Kalila, kita tidak punya banyak waktu.. ayo cepat bereskan semua barang yang mau butuhkan..” Kata Ilora. “Kak, kita sudah sepakat. Aku akan tetap di sini.. sekarang aku sedang kuliah, Kak” Kata Kalila dengan pelan. Ilora mengernyitkan dahinya lalu menggeleng dengan pelan. Kalila menutup matanya. Dia tahu, setelah kehadiran Kyra, Kalila tidak akan pernah ditinggalkan sendiri. Tapi Kalila memang harus tetap di sini. Kalila tidak ingin ikut ke Amerika dan malah merepotkan Ilora. Lagipula seharusnya Kalila sering menemui dokter Harmono saat ini. Kalila tidak bisa ikut dengan Ilora. “Kalila, kamu tahu jika Kyra kembali ke sini. Jangan macam-macam, jangan membuat Kakak semakin khawatir padamu, Kalila..” Kata Ilora dengan pandangan kesal. Kalila menggelengkan kepalanya. Tidak, Kalila tetap tidak ingin ikut dengan Ilora. Kali ini Kalila ingin berusaha untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Kalila ingin menyelesaikan semua ini.. Kalila sudah lelah dengan kehadiran Kyra yang sering kali menyakiti dirinya. Kalila memang tidak mengerti dengan jalan takdir yang mengatur hidupnya, tapi Kalila tidak boleh menyerah. Benar apa yang dikatakan oleh dokter Harmono, Kalila tidak bisa diam saja karena Kyra semakin kuat. “Kak, kalaupun Kyra datang ke sini, aku janji aku akan mengendalikan segalanya. Aku akan berusaha untuk menyingkirkan dia, Kak. Ini hidupku, aku yang harus menang.. mungkin benar apa yang dikatakan Kak Kenzo, Kyra seharusnya tidak ada di dunia ini” Kata Kalila dengan pelan. “Kalila, jangan membuat kakak ragu untuk pergi ke Amerika..” Kata Ilora dengan pelan. “Tidak, jangan merasa ragu, Kak. Sudahlah, jangan khawatir.. di sini ada sopir yang akan selalu mengantarku kemanapun aku mau, ada Revan dan beberapa temanku yang lain, mereka akan selalu menjagaku. Yang terpenting ada dokter Harmono juga, aku akan segera menemuinya lagi dan membicarakan masalah ini. Aku sudah lelah dengan keberadaan Kyra, Kak.. semalaman aku memikirkan hal ini dan aku membuat keputusan yang lain.. aku harus memusnahkan Kyra bagaimanapun caranya..” Kata Kalila. Kalila tahu jika memusnahkan Kyra adalah hal yang sangat kejam. Bukahkah seharusnya Kyra juga memiliki kesempatan untuk hidup bahagia? Tapi Kalila tidak memiliki pilihan lain. Kalila ingin bebas dari Kyra yang selalu menyiksa dirinya. “Ilora.. apa yang dikatakan oleh Kalila memang benar. Dia harus tetap di sini karena dia akan mendapatkan bantuan dokter Harmono” Kata Kenzo yang ternyata sejak tadi mendengarkan pembicaraan Kalila dengan Ilora. Kalila menganggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan oleh Kenzo memang sangat benar. Kalila akan mendapatkan bantuan dari dokter Harmono dan Kalila akan baik-baik saja. Lagipula sekarang Ilora sedang hamil besar. Kalila sering merasa takut jika dia ada di dekat Ilora. Kalila takut jika tiba-tiba Kyra muncul dan membuat kakak iparnya itu celaka. Kalila menyayangi Ilora jadi lebih baik jika Kalila berada jauh dari Ilora untuk sementara waktu. Kadang Kyra memang tidak terkendali, dia bisa melukai siapapun yang ada di sampingnya. Kalila tidak ingin ada hal buruk yang akan terjadi pada Ilora “Kenzo, apakah kamu sudah gila? Itu sama sekali tidak benar! Kalila harus ikut denganku. Di sana juga ada banyak sekali dokter yang pasti bisa menangani Kalila” Kata Ilora dengan keras. Kalila menggelengkan kepalanya. Tidak, tidak sembarang dokter yang bisa menangani masalah ini. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui dengan jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi, ya.. hanya dokter Harmono yang bisa membantu Kalila karena dia sudah tahu semua masalah yang Kalila miliki. “Kak, aku tidak bisa pergi. Percayalah padaku, aku akan baik-baik saja..” Kata Kalila dengan cepat. “Kalila! Dengarkan kakak, kamu harus ikut. Harus ikut dengan kakak..” Kata Ilora. Selama ini Kalila tahu jika Ilora sangat peduli dan sangat menyayangi dirinya, tapi hari ini Kalila benar-benar melihat betapa besar kasih sayang yang dimiliki oleh Ilora. Wanita itu bahkan sampai meneteskan air matanya. “Kak, jangan menangis, aku janji aku akan baik-baik saja. Kyra mungkin akan datang, tapi aku akan melawannya. Aku janji, Kak.. aku akan sembuh, semuanya akan baik-baik saja. Nanti, ketika kakak pulang, kakak bisa melihat sendiri jika aku akan baik-baik saja” Kata Kalila dengan pelan. “Kalila, kamu tahu bukan betapa bahayanya, Kyra? Apakah kamu akan menanganinya sendiri?” Tanya Ilora. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Tidak ada cara lain, Kalila memang harus mengatakan semua ini kepada Ilora. “Kyra datang tadi malam, tapi lihatlah aku sekarang.. aku baik-baik saja. Kakak tidak perlu khawatir, aku bisa menangani Kyra sekarang. Aku semakin kuat dan itu semua karena bantuan Kakak. Jangan khawatir, kak.. aku pasti akan baik-baik saja” Kata Kalila dengan pelan. Kalila tahu jika sekarang kedua kakaknya sedang terkejut ketika mereka mendengar penjelasan Kalila. Iya, Kalila memang berbohong agar kedua kakaknya itu tidak khawatir padanya. Sebenarnya Kalila sama sekali tidak sanggup melawan Kyra. Kalila bahkan pingsan semalaman karena Kyra menghantamkan kepalanya ke tembok. Sungguh menyedihkan. Kalila menatap Ilora dengan pandangan meyakinkan. Tidak ada pilihan lain selain berbohong. Kalila harus membuat kakaknya itu yakin jika Kalila sudah bisa menangani Kyra padahal yang sebenarnya tidak demikian. “Kalila, kakak tidak percaya akan hal ini.. bagaimana mungkin kakak akan meninggalkan kamu?” Tanya Ilora dengan pelan. “Selama kakak tidak ada, aku akan fokus pada penyembuhanku. Kalau perlu aku akan menginap di rumah sakit agar aku tidak selalu sendirian dan Kyra tidak bisa menyerangku. Tenang saja, Kak.. aku sudah dewasa, aku harus bisa menangani semua ini sendiri” Kata Kalila dengan pelan.     
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD