Bab 36

2413 Words
Kalila sama sekali tidak bisa dihubungi. Revan sudah berulang kali mencoba untuk menelepon ataupun mengirimkan pesan singkat kepada Kalila, tapi sama sekali tidak ada jawaban. Kalila seperti menghilang begitu saja. Iya, ini adalah kesalahan Revan. Tadi, setelah bersusah payah mencari kendaraan umum untuk bisa lepas dari Kyra, Revan akhirnya sampai di rumahnya ketika hari sudah cukup malam. Sebenarnya Revan berencana untuk mandi lalu langsung datang ke rumah Kalila, tapi ternyata rencana itu tidak bisa dilakukan karena sevara tiba-tiba beberapa keluarga dekatnya datang, begitu juga Sania. Jujur saja, setelah malam pesta pertunangkan kakaknya, Nessa sering kali mencoba mendapatkan penjelasan tentang apa yang dia dengar. Iya, percakapan rahasia antara Revan dan Sania yang tidak sengaja sampai ke telinga kakaknya. Sejak awal memutuskan untuk menyimpan masalah itu, memang baru sekarang ada orang yang akhirnya tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Revan masih belum ingin menjelaskan apapun kepada kakaknya. Lagipula apa yang ingin Revan jelaskan? Semuanya sudah terlalu jelas. Semua itu sudah terjadi lima tahun lalu. Iya, kejadian lama yang akan menjadi kenangan menyakitkan untuk Revan. Saat itu Revan masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Jujur saja saat itu Revan benar-benar terpukul. Revan merasa dihianati. Banyak orang yang menghakimi Revan, beberapa keluarganya juga secara terang-terangan menyalahkan Revan. Iya, itu sudah sangat lama, Revan sudah berusaha untuk menerima semuanya. “Van, lo kenapa diem aja?” Tanya Renata, salah satu sepupunya. Revan tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Sebenarnya Revan sangat ingin menemui Kalila saat ini. Revan sangat khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi pada perempuan itu. Revan dipercayakan untuk menjaga Kalila. Revan takut jika dia tidak bisa bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan oleh kedua kakak Kalila. “Nggak pa-pa kok..” Jawab Revan dengan santai. Beberapa kali Revan sudah meminta izin kepada ibunya, Revan ingin keluar dari rumah ini karena dia benar-benar bosan. Saat pesta pertunangan kakaknya, Revan sudah banyak berbincang dengan keluarganya, sekarang kenapa mereka kembali datang ke sini? “Lo kayak orang tertekan gitu. Kenapa, deh? Sania?” Tanya Renata dengan pelan. Astaga, kenapa semua orang berpikir jika Revan masih menyimpan perasaan untuk Sania? Sebenarnya, sejak kejadian menjijikkan itu Revan ketahui, sata itu juga Revan kehilangan semua perasaan suka yang dia miliki untuk Sania. Kadang Revan merasa ragu, apakah dulu dia memang jatuh cinta pada Sania? Atau hanya perasaan sayang yang Revan miliki karena dia terbiasa hidup dengan Sania? Entahlah, saat itu Revan masih terlalu muda untuk benar-benar mengerti tentang apa yang dia rasakan. Ya, kalau tidak salah saat itu Revan masih kelas 2 SMA. Revan adalah anak muda yang sok menjalin hubungan, tapi belum sampai semuanya dimulai, Revan sudah dihianati. “Gue udah nggak ada perasaan apapun sama Sania” Kata Revan dengan santai. “Nah, ini yang mau gue tanya. Lo kemarin di pesta sama cewek lo? Yang cantik banget itu..” Tanya Sania. Revan tersenyum tipis. Semua orang pasti merasa penasaran dengan keberadaan Kalila saat itu. Ah, Revan jadi semakin khawatir pada Kalila. Apakah Kalila memang sudah tidur sehingga dia tidak mendengar suara ponselnya? Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Iya, mungkin saja Kalila memang sudah tidur. Selama mengenal Kalila beberapa hari ini, ada satu kebiasaan Kalila yang Revan ketahui, Kalila jarang tidur tengah malam. Biasanya dia akan tidur sebelum pukul 11 malam. Hanya ada saat-saat tertentu dimana Kalila akan tidur hingga larut malam. Baiklah, ini memang sudah hampir pukul 12 malam. Mungkin Kalila memang sudah tidur. “Van? Lo kok malah diem aja, sih? Dia cewek lo?” Tanya Renata sekali lagi. “Doain, ya? Mudah-mudahan dia mau sama gue” Kata Revan sambil tertawa pelan. “Loh? Dia bukan cewek lo?” Tanya Renata sekali lagi. Sebenarnya Revan tahu jika Kalila sangat vantik, tapi Revan sama sekali tidak mengira jika akan ada banyak sekali orang yang penasaran dengan Kalila. Tadi pagi sebelum Revan berangkat ke kampus, ibunya dan ayahnya juga menanyakan hal yang sama. Mereka seakan tidak percaya jika Revan mengajak teman perempuannya untuk datang ke pesta keluarga. Ya begitulah, sejak kisah cintanya dengan Sania kandas sebelum dimulai, Revan memang seperti menjaga jarak dari teman perempuannya. Revan sepertinya merasa sedikit trauma dengan apa yang harus dia terima. Jujur saja penghianatan yang dilakukan oleh Sania membuat kepercayaan diri Revan hancur. Revan seperti dipermalukan oleh perempuan itu. sudahlah, lagipula itu sudah masa lalu. Revan sudah merelakan segalanya karena sekarang dia sedang menyusun harapan yang baru untuk masa depannya. Iya, begitulah.. “Masih belum. Masih proses..” Kata Revan sambil tertawa pelan. “Ati-ati, Sania kayaknya nggak suka sama dia” Kata Renata dengan pelan. Tanpa perlu diberikan peringatan oleh Renata, Revan sebenarnya juga sudah tahu jika Sania tidak menyukai Kalila. Ah, kenapa Sania harus membenci Kalila? Sejak awal, hubungan mereka berdua hancur karena kelakuan Sania sendiri. Dia perempuan, tapi dia berperilaku seakan dia tidak ingin mendapatkan kehormatan. Revan memang sudah kehilangan kepercayaan terhadap Sania. Saat ini, apapun yang Sania lakukan, itu adalah hak perempuan itu, tapi Revan tidak akan membiarkan Sania untuk mendekati Kalila. Sania cukup berbahaya, ya walaupun tidak sebahaya Kyra. Ah, sepertinya Kalila memang harus menerima fakta jika semua perempuan yang ada di sekitarnya sedikit tidak menyukai dirinya. Begitulah manusia, jika terlaku jahat mereka akan dibenci, tapi jika terlaku sempurna mereka juga akan dibenci. Kalila itu cantik dan sangat baik, tapi masih saja ada yang membenci dirinya. “Dia cerita?” Tanya Revan dengan pelan. Revan melihat ke arah Sania yang saat ini sedang antusias untuk menceritakan karirnya sebagai model di Belanda. Jika membicarakan tentang kecantikan. Sania juga bisa dibilang cantik. Sangat cantik malahan, tapi tetap saja.. Revan sudah tidak tertarik dengannya. “Cerita banyak banget, gue sampek nggak bisa tidur semaleman. Dia kenapa nggak balik ada sih ke Belanda?” Tanya Renata sambil tertawa. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Sebenarnya Revan juga kasih jika ada banyak orang yang tidak menyukai Sania. Sebenarnya Sania juga sedikit baik, tapi keadaan di sekitarnya begitu sulit untuk dijalani sehingga akhirnya Sania tumbuh sebagai anak yang keras kepala. Sania sangat sulit diatur karena sejak kecil dia sama sekali tidak mengenal aturan. Sania bisa melakukan apapun yang dia mau karena keluarganya sama sekali tidak peduli padanya. “Jangan gitu dong, gue sebenernya kasihan sama dia..” Kata Revan dengan pelan. “Semalem dia cerita tentang lo, sampek nangis dia. Gimana? Lo tambah kasihan?” Tanya Renata. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan, seakan tidak ada akhirnya, kisah masa lalunya dengan Sania seperti masih saja membuat semua keluarganya merasa tertarik. “Dia itu udah gue anggep sebagai adik gue sendiri. Gue kasih aja pas lihat seberapa besar masalah yang dia punya. Waktu itu dia masih muda banget, orang tuanya cerai, bokapnya kena n*****a, ibunya nikah lagi. Dia itu berantakan banget..” Kata Revan dengan tenang. “Manusia itu punya masalah sendiri-sendiri. Lo kasih sama dia seakan lo nggak punya masalah aja” Kata Renata. Revan tertawa pelan. Ah, apa yang dikatakan oleh Renata memang ada benarnya juga. “Hei, kok kalian malah di sini? Kenapa tidak di ruang tamu?” Revan menolehkan kepalanya dan menemukan Nessa sedang berdiri di dekatnya. Kapan kakaknya itu datang? “Oh, iya.. lagi mau ngobrol aja sana Revan. Gue pengen tahu aja gimana pemikirannya anak zaman sekarang, Ness” Kata Renata. Revan menghembuskan napasnya sekali lagi. Jujur saja pikiran Revan masih terpusat pada Kalila yang sampai saat ini masih sangat sulit untuk dihubungi. Bisa saja Kalila tidur, tapi bagaimana jika tidak? Revan mungkin harus datang ke rumah Kalila untuk melihat bagaimana keadaan perempuan itu. “Gue ke depan dulu ya? Mau pamit pulang gue, besok kerja soalnya” Kata Renata sambil melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Revan dan Nessa. Jika Renata pulang, itu artinya Sania juga pulang. Entahlah, sampai sekarang Revan juga masih bingung dengan perasaannya kepada Sania. Revan masih sering kelepasan setiap kali di depan Sania. Seperti kemarin, ketika melihat Sania, Revan langsung merentangkan tangannya dan memeluk perempuan itu, tapi ketika Revan mulai mengingat masa lalu, Revan malah bersikap seperti menjauhi Sania. Apakah Revan memang belum bisa memaafkan Sania? “Van, banyak keluarga yang menanyakan kamu. Mereka ingin tahu tentang Kalila..” Kata Nessa kepada Revan. Revan tersenyum tipis. Semua orang memang terus menanyakan tentang Kalila. Begitulah.. “Kak, aku ingin pergi ke rumah Kalila. Dia sama sekali tidak bisa dihubungi. Aku sedikit khawatir karena tadi ada sedikit masalah di kampus” Kata Revan dengan cepat. Ini memang sudah tengah malam, tapi tidak ada salahnya jika Revan mengunjungi Rumah Kalila hanya untuk melihat keadaan perempuan itu. “Ini sudah tengah malam, dia pasti sudah tidur, Revan” Kata Nessa. Revan menganggukkan kepalanya. Semoga saja Kalila memang sudah tidur. Revan khawatir jika Kyra akan datang kembali lalu menyerang Kalila seperti kemarin. Iya, Revan memang sudah membuat Kyra berjanji untuk tidak mengganggu Kalila, tapi siapa yang tahu jika Kyra tidak bisa dipercaya? “Semoga saja begitu..” Kata Revan. “Memangnya ada apa? Ada masalah apa di kampus? Kalian bertengkar?” Tanya Nessa. Bertengkar dengan Kalila? Astaga, itu adalah hal yang sangat tidak mungkin untuk dilakukan. Kalila itu perempuan pendiam yang sanga lemah lembut, siapa yang akan bertengkar dengan perempuan seperti itu? “Tentu saja. Hanya ada sedikit masalah dengan kembarannya..” Kata Revan dengan santai. “Kembaran? Kalila punya kembaran?” Tanya Nessa dengan wajah yang terkejut. Iya, ini ada respon yang Revan berikan ketika mendengar penjelasan Kalila tentang dirinya. Kalila punya kembaran yang sangat berbeda dengan dirinya. “Iya, begitulah..” Jawab Revan. “Itu sama sekali tidak mungkin, Ilora tidak pernah mengatakan jika Kalila punya kembaran” Kata Nessa. Revan tahu jika mungkin keluarga Kalila sedikit tidak menyukai Kyra. Iya, begitulah.. sifat Kyra sudah menggambarkan dengan jelas jika dia pasti tidak disukai oleh keluarganya. Kyra pasti sering membuat masalah dan menyusahkan keluarganya. Entahlah, Revan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga Kalila, tapi Revan yakin jika mereka pasti memiliki alasan yang kuat untuk menjauhkan Kalila dan Kyra. Apakah mungkin karena Kyra sering melukai Kalila? Ya, bisa saja seperti itu. “Dia memang punya kembaran, tapi sepertinya keluarga itu menyembunyikan kembaran Kalila. Entahlah, Kyra sangat berbeda dengan Kalila. Maksudku, wajah mereka sangat mirip, bahkan menurutku mereka berdua memiliki wajah yang sama, tapi sifat mereka sangat berbeda. Kakak tidak akan percaya jika aku mengatakan betapa buruknya kembaran Kalila. Sudahlah, jangan terlalu membahas masalah Kyra, sekarang aku sedang khawatir dengan keadaan Kalila” Kata Revan. “Astaga, kakak sama sekali tidak mengira jika Kalila punya kembaran. Selama ini Ilora hanya menceritakan tentang Kalila saja” Kata Nessa. “Itu karena Kak Ilora tinggal bersama dengan Kalila. Kyra sedikit berbeda, dia mungkin sulit diatur dan suka membuat masalah. Jika aku jadi kak Ilora, sepertinya aku juga tidak ingin menceritakan apapun tentang Kyra” Kata Revan. “Ah, iya juga. Baiklah kalau begitu. Apakah kamu juga berteman dengan Kyra?” Tanya Nessa. Revan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Berteman dengan perempuan aneh dan gila itu? Tentu saja tidak! Revan selama ini tidak terlalu suka dengan perempuan banyak tingkah yang terihat memiliki banyak masalah seperti Kyra. Kyra itu sangat pemaksa, itu adalah hal yang paling Revan benci. Tidak, Revan tidak akan bisa berteman dengan Kyra. “Tidak, aku tidak ingin berteman dengannya. Dia sangat menyebalkan” Kata Revan dengan santai. Ya, Revan tahu jika dia tidak boleh membedakan manusia hanya karena cara berpakaiannya, tapi Revan juga realistis, bagaimana jika Kyra malah akan membawa pengaruh buruk padanya? Perempuan pemaksa itu dengan santainya melukai Kalila, kembarannya sendiri. Tentu saja Revan tidak ingin berteman dengan perempuan seperti itu. Usia Revan saat ini sudah bukan usia remaja lagi. Revan harus mulai seleksi dalam memilih lingkungan pertemanannya. “Jangan seperti itu, Kalila tidak akan suka jika kamu mengatakan itu” Kata Nessa. Iya, Nessa tidak satu saja apa yang sudah Kyra lakukan kepada Kalila. “Hei, Revan.. gue mau pulang dulu, ya..” Revan kembali menolehkan kepalanya dan sekarang mendapati Sania yang sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum ramah. Revan menganggukkan kepalanya dan ikut memberikan senyuman juga. “Oh, ati-ati kalo gitu” Kata Revan dengan santai. “Kak, aku akan pulang sekarang. nanti jika ada waktu, kita bisa belanja bersama ‘kan? Tanya Sania sambil menatap Nessa. “Oh, tentu saja, Sania. Nanti kakak akan menghubungimu, ya..” Kata Nessa. Sania mendekatkan dirinya ke arah Revan lalu memeluk tubuh Revan. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan, akhirnya dia Revan hanya tersenyum dan mengusap punggung Sania sekali. “Sampai jumpa semuanya..” Kata Sania. Revan mengusap wajahnya dengan pelan setelah Sania menjauh dari pandangannya. Sania tetap akan sama.. sejak dulu Sania selalu berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka yang sudah terlanjur rusak, tapi Revan seakan enggan untuk melanjutkan semuanya. Tiga tahun lalu saat Sania akhirnya berangkat ke Belanda, Revan pikir setelah Sania kembali maka perempuan itu akan menjadi perempuan yang berbeda, tapi ternyata sama saja. “Kakak tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Sania kemarin malam..” Kata Nessa dengan pelan. Revan menganggukkan kepalanya. Iya, Revan tahu kemana arah pembicaraan ini. “Aku sudah selesai dengan semuanya, Kak. Itu sudah terlalu lama untuk dibahas..” Kata Revan dengan santai. “Kenapa tidak pernah menceritakan keadaan yang sebenarnya pada Kakak? Semua orang terus menyalahkan kamu saat Sania ditemukan tidak sadarkan diri setelah meminum banyak obat tidur. Saat itu kakak juga ikut menyalahkan kamu” Kata Nessa. Jujur saja Revan sudah berusaha keras untuk melupakan semua ini. Revan sudah berusaha untuk menerima semua pandangan menghakimi yang diberikan oleh orang di sekitarnya. Saat itu semua orang memang langsung menyalahkan Revan, menganggap jika Revan yang bertanggung jawab atas keadaan Sania. Mereka tidak tahu saja jika di balik semua itu, Revan yang menangis sendirian karena merasa sangat kecewa. Sania menghianati dirinya, tapi Sania juga yang berpura-pura seakan Revan yang bersalah. Sudahlah, semua itu sudah sangat lama terjadi. Revan selalu berusaha menutupi fakta yang sebenarnya karena Revan tidak ingin semua orang menyalahkan Sania atau bahkan merendahkan Sania. Sania mungkin melakukan kesalahan, tapi Revan tetap tidak tega jika ada yang merendahkan martabat Sania. Apapun yang terjadi, sekalipun Sania mengambil keputusan yang salah, sebagai perempuan Sania tetap memiliki hak untuk dihormati. “Kalau aku menceritakan semuanya kepada kakak, apakah kakak akan menjamin jika kakak akan merahasiakan hal itu dari orang-orang? Ketika kakak mendengar aku disalahkan oleh semua orang, kakak pasti merasa tidak tahan dan akhirnya membeberkan keadaan yang sebenarnya. Aku menjaga Sania selama bertahun-tahun, kalau dia melakukan kecerobohan itu, artinya aku gagal dalam menjaga dia, Kak. Wajar jika aku disalahkan” Kata Revan. “Mereka menyalahkan kamu karena kamu dianggap meninggalkan Sania sehingga Sania depresi, Revan. Mereka sama sekali tidak tahu jika Sania sudah melakukan—” “Kak, sudah. Jangan sampai aku marah pada kakak karena kakak merendahkan Sania. Selama ini aku juga menjaga Sania agar tidak ada yang merendahkan dia”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD