Bab 23

1744 Words
“Jadi, mana yang lebih baik, Kalila?” Tanya Revan sambil mengangkat dua gaun malam yang terlihat sangat cantik. Oh Tuhan, Kalila tidak bisa memilih di antara kedua. Gaun yang dipegang oleh Revan di tangan kanannya memiliki warna merah maroon yang sangat cantik, gaun tanpa lengan itu memiliki motif indah yang membuatnya terlihat berkilauan. Tapi, gaun hitam yang ada di tangan kiri Revan juga tidak kalah menawan. Gaun itu memiliki lengan panjang dan juga belahan d**a yang cukup rendah. Ya ampun, apa yang harus Kalila pilih ketika matanya tidak bisa beralih dari kedua gaun itu? “Semuanya terlihat sangat cantik..” Kata Kalila sambil menyentuh kain gaun itu. Kalila tidak bisa memilih salah satu, ya.. begitulah. “Astaga, Kalila.. jangan mengatakan itu, aku membutuhkan pendapatmu..” Kata Revan sambil tertawa. Kalila ikut tertawa dengan pelan. Memang benar, Revan mengajaknya ke sini untuk membantu pria itu mendapatkan hadiah yang tepat di ulang tahun kakaknya. “Revan, aku benar-benar tidak tahu. Keduanya sangat cantik” Kata Kalila sambil tertawa pelan. “Baiklah, begini saja, coba kamu pakai kedua gaun ini. aku yang akan menilainya ketika aku melihat gaun ini di tubuhmu” Kata Revan dengan santai. Apa? Apa yang Revan katakan? Oh ya ampun, tentu saja Kalila tidak akan bisa melakukan itu. Kedua gaun yang ada di tangan Revan itu sangat cantik, Kalila tidak akan cocok menggunakan gaun seperti itu. “Tidak, Revan. Apa yang kamu lakukan? Astaga, aku tidak akan memakainya..” Kata Kalila sambil tertawa pelan. Tanpa mendengarkan protes yang terus keluar dari bibir Kalila, Revan menarik Kalila untuk berjalan menuju kamar ganti. Kalila mencoba untuk menghentikan Revan, tapi tentu saja kekuatan Kalila tidak akan sebanding dengan Revan. “Revan, jangan memaksaku seperti ini” Kata Kalila ketika mereka akhirnya sampai di depan kamar ganti. Kalila menatap Revan dengan pandangan tidak setuju sementara Revan tampak memohon kepada Kalila. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Kalila sudah setuju untuk membantu Revan mencari hadiah yang tepat, Kalila sama sekali tidak bisa menentukan gaun mana yang terlihat indah ketika dipakai, jadi seharusnya Kalila menuruti saja permintaan Revan, bukan? “Ayolah, Kalila. Aku hanya akan melihatnya sebentar lalu kamu bisa langsung mengganti pakaianmu kembali” Kata Revan. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Jika Kalila menolak permintaan Revan, itu artinya dia sama sekali tidak membantu temannya itu. “Baiklah, aku akan memakainya sebentar. Tunggu saja di sana, aku akan datang ke sana setelah selesai menggunakan gaunnya” Kata Kalila sambil menunjuk ke raha sofa tunggu yang memang disediakan di dekat kamar ganti. Kalila menatap Revan yang tersenyum dengan antusias. Ya, sekalipun Kalila setuju jika kedua gaun ini sangat indah, Kalila tetap saja merasa tidak percaya diri ketika harus menggunakannya. Kalila tidak pernah menggunakan pakaian secantik ini. Kalila jadi merasa gugup.. Tidak ada pilihan lain, Kalila memang harus mencobanya satu per satu agar Revan sendiri yang menilai mana yang lebih cantik dan lebih cocok untuk digunakan Kakaknya. Beberapa menit berlalu dan akhirnya Kalila selesai menggunakan gaun yang berwarna hitam. Gaun ini memiliki lengan yang panjang dan beberapa hiasan cantik di sekitar bahunya. Kalila sangat menyukai gaun ini karena dengan warna hitam, tubuh Kalila terlihat jauh lebih langsing. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Dia tiba-tiba saja gugup ketika berjalan ke arah Revan yang sekarang sedang berdiri dan menatap Kalila dengan pandangan terkejut. Apakah Kalila tidak cocok menggunakan gaun seperti ini? Kalila jadi menundukkan kepalanya dan melihat sekali lagi bagaimana penampilannya. Entahlah, Kalila tidak tahu apa arti dari pandangan Revan. “Astaga, Kalila! Kamu sangat cantik. Ya Tuhan, aku tidak menyangka jika gaun itu akan terlihat sangat cantik ketika kamu gunakan!” Kata Revan. Kalila tersenyum malu-malu. Revan adalah orang asing pertama yang memuji kecantikannya. Kalila tidak pernah merasa jika dirinya cantik, tapi pujian yang diberikan Revan terdengar begitu tulus. “Aku merasa jika gaun ini sangat tidak pantas untuk aku gunakan. Gaun ini sangat indah, Revan” Kata Kalila sambil tertawa dengan pelan. “Tapi kamu terlihat sangat cantik, Kalila. Baiklah, kita akan lihat yang warna maroon, aku rasa aku juga tidak akan bisa menentukan mana yang akan aku pilih” Kata Revan. Kalila tertawa pelan lalu segera berjalan menuju ke kamar ganti. Baiklah, Kalila memang hanya ditugaskan untuk mencoba gaun ini saja, tapi entah kenapa ketika Kalila melihat pantulan dirinya sedang menggunakan gaun warna maroon, Kalila sangat menyukainya. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan lalu segera memalingkan wajahnya dari cermin. Ya, Kalila memang tidak pernah menghabiskan waktu lebih dari dua detik untuk menatap cermin. Gaun maroon ini terlihat berkilauan ketika terkena cahaya lampu. Tali spaghetti yang ada di bahunya membuat gaun terlihat semakin cantik. Sungguh, Kalila sangat menyukai gaun yang ini. Ah, seandainya saja Kalila memiliki kesempatan untuk menggunakan gaun cantik seperti ini pada saat menghadiri acara yang resmi. Ya, Kalila sadar diri jika dia sama sekali tidak pantas menggunakan pakaian secantik ini. Lagipula, kalaupun Kalila ingin membeli gaun ini, dia juga tidak tahu kapan dia bisa menggunakannya. Selama ini Kalila sama sekali tidak pernah menghadiri pesta. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Baiklah, Kalila memang harus segera keluar dan menunjukkan pada Revan. “Kalila, kamu sangat cantik! Astaga, kamu tidak terlihat seperti Kalila yang biasanya!” Kata Revan sambil tersenyum. Melihat senyuman Revan membuat Kalila jadi semakin salah tingkah. Iya, sejak awal Kalila memang tidak percaya diri ketika dia harus mencoba gaun-gaun indah seperti ini. “Revan, jangan berlebihan. Aku terlihat cantik karena sedang menggunakan gaun yang cantik..” Kata Kalila sambil tersenyum. Revan menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak, aku rasa kamu selalu cantik menggunakan pakaian apapun” Kalila berusaha untuk mengalihkan tatapannya. Revan mungkin terbiasa memuji seorang perempuan yang dia kenal, tapi tidak dengan Kalila. Selama ini Kalila menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di dalam kamarnya, Kalila sama sekali tidak pernah bergaul dan berteman sehingga dia merasa jika pujian Revan membuat dirinya jadi sangat gugup. “Menurutku gaun yang ini terlihat jauh lebih cantik” Kata Kalila dengan pelan. Revan menggelengkan kepalanya lagi. “Keduanya sangat cantik. Aku akan mengambil kedua gaun itu” Kata Revan dengan tenang. Sekalipun Kalila terkejut dengan apa yang Revan katakan, Kalila tetap menganggukkan kepalanya saja. Dia tidak memiliki hak apapun karena memang Revan yang ingin membeli hadiah untuk kakaknya. Mungkin akan lebih baik jika kakaknya Revan mendapatkan dua hadiah sekaligus. *** “Terima kasih banyak karena sudah menemaniku, Kalila. Aku harap aku tidak membuatmu kelelahan” Kata Revan sambil menatap Kalila. Kalila menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Sebenarnya Kalila memang merasa jika ini adalah hari yang sangat melelahkan. Kalila memutari toko pakaian sepanjang sore hanya untuk membantu Revan menemukan hadiah yang tepat. Iya, tapi Kalila tetap merasa senang. Selain membantu Revan, Kalila juga memberikan hadiah titipan Ilora. Kakak iparnya itu berteman dengan Nessa, kakaknya Revan. Tentu saja Ilora ingin memberikan hadiah. Kalila juga sudah menyiapkan hadiah untuk Nessa. Sekalipun hadiah Kalila tidak terlalu mahal, Kalila tetap akan memberikannya. “Aku senang karena bisa membantumu, Revan. Kamu sudah sangat baik kepadaku, jadi tidak ada salahnya jika aku membantumu” Kata Kalila. Revan tertawa pelan lalu pemuda itu menyerahkan sebuah kotak yang Kalila ketahui adalah kotak berisi gaun warna maroon yang tadi sempat Kalila coba. Kalila mengernyitkan dahinya, apa yang sedang dilakukan oleh Revan? Kenapa dia malah memberikan kotak ini kepada Kalila? “Ini untukmu. Kamu terlihat sangat cantik dengan gaun itu, jadi aku ingin membelinya untukmu” Kata Revan dengan santai. “Revan?” Kalila benar-benar terkejut ketika dia mendengar kalimat Revan. Astaga, Kalila memang sangat menyukai gaun ini, tapi bukan berarti Kalila harus memilikinya. “Aku tidak bisa menerima ini. Gaun ini untuk Kak Nessa” Kata Kalila dengan cepat. “Kalila, aku sengaja membeli gaun ini untukmu. Kak Nessa tidak akan suka dengan gaun tanpa lengan, tapi ketika kamu gunakan, gaun itu tampak sangat cantik. Kamu harus menerimanya agar tidak membuatku bersedih” Kata Revan. Kalila menggelengkan kepalanya sekali lagi. Dia masih tidak percaya akan apa yang dilakukan oleh Revan. Iya, Revan memang sangat mengejutkan. “Kakakku akan melangsungkan pertunangannya besok. Dia akan mengadakan pesta kecil-kecilan dan hanya orang-orang terdekat saja yang diundang. Pesta itu dilakukan untuk merayakan pertunangannya dan juga ulangtahunnya, aku harap kamu mau datang ke sana..” Kata Revan. Kalila mengerjapkan matanya karena dia masih tidak percaya dengan apa yang Revan katakan. “Kakakmu juga akan datang ke sana, jadi aku mau kamu datang menggunakan gaun ini. Baiklah, Kalila.. selama malam.” Kata Revan dengan cepat. Kalila tidak ingin terjebak di dalam rasa canggung akibat kalimat Revan, jadi ketika Revan mengucapkan salam perpisahan, Kalila memilih untuk keluar dari mobil Revan sambil membawa semua barang-barang belanjaannya dan juga kotak hadiah dari Revan. “Sampaikan salamku kepada Kak Ilora. Katakan padanya jika aku minta maaf karena tidak bisa mampir. Ini sudah terlalu malam untuk bertamu.” Kata Revan sambil tertawa. Kalila tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. “Terima kasih banyak, Revan” Kata Kalila sambil tersenyum. “Jangan lupa, Kalila.. besok kamu harus datang ke pesta itu dengan menggunakan gaun ini. Aku yakin jika kamu akan tampak sangat cantik” Kalila tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dengan pelan. Kalila memang tidak memiliki pilihan lain. Revan sudah memberikan gaun indah ini kepada dirinya, akan sangat tidak sopan jika Kalila menolak undangan Revan. Lagipula, Ilora adalah sahabat Nessa, Kakaknya itu akan datang ke sana untuk menghadiri pesta sahabatnya. Kalila bisa datang bersama dengan Ilora. “Jangan bergurau seperti itu. Aku janji, aku akan datang ke sana..” Kata Kalila. Kalila menatap Revan yang masih diam di balik kemudinya. Mobil Revan juga belum dijalankan sehingga mereka hanya saling menatap saja untuk beberapa menit lamanya. “Sepertinya aku akan mimpi indah malam ini” Kata Revan tiba-tiba. Kalila mengernyitkan dahinya, kenapa Revan mengatakan hal yang tidak jelas? “Apa maksudnya?” Tanya Kalila. “Setiap kali aku melihatmu di malam hari, aku selalu mendapatkan mimpi indah, Kalila” Kata Revan. Kalila tertawa pelan. Astaga, seandainya saja Kalila juga seperti itu maka Kalila tidak akan pernah ketakutan ketika dia akan menutup matanya. Selama ini Kalila sangat sering mendapatkan mimpi yang mengerikan. Kalila mengembuskan napasnya lalu memberikan senyuman kepada Revan. “Baiklah, kalau begitu kamu harus segera pulang dan tidur dengan cepat” Kata Kalila sambil tetap tersenyum. “Aku akan pulang setelah kamu masuk ke dalam rumahku, Kalila” Kalila menganggukkan kepalanya. Akhirnya, Kalila memilih untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang rumahnya dan beberapa detik kemudian suara mobil Revan terdengar menjauh dari kawasan rumahnya. Kalila tersenyum lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. Astaga, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Kalila merasa sangat senang ketika sedang bersama dengan Revan? Apakah ini adalah hal yang wajar untuk dia rasakan kepada temannya sendiri?        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD