Bab 39

1815 Words
Khansa melangkahkan kakinya dengan santai untuk memasuki sebuah rumah sakit kejiwaan yang sebenarnya sudah beberapa kali dia datangi. Iya, Khansa datang ke tempat ini bukan karena dia sedang ingin memeriksakan dirinya, ada hal lain yang ingin Khansa lakukan dan seperti biasanya, apapun yang Khansa lakukan selalu berhubungan dengan Kalila dan Kyra. Iya, Khansa memang tidak bisa banyak membantu, tapi setidaknya dengan datang ke tempat ini Khansa bisa tahu bagaimana perkembangan Kalila. Kemarin malam Khansa sudah mendatangi Kyra dan mencari tahu bagaimana keadaan Kyra. Seperti biasanya, Kyra memang akan sangat menyedihkan. Khansa tidak tahu harus melakukan apa untuk bisa membantu Kyra. Sejujurnya, selama ini Khansa sama sekali tidak bisa melakukan apapun di tengah keributan yang terjadi antara Kalila dan Kyra. Iya, sejak awal Khansa juga tahu akan posisinya. Khansa tidak akan melakukan apapun yang nantinya akan membuat dirinya juga berada di dalam bahaya. Menurut Khansa, akan lebih baik jika Kyra dan Kalila tetap berada di wilayah mereka masih-masing tanpa mengganggu kekuasaan yang lain. Iya, itu akan lebih baik karena sampai kapanpun, tidak akan ada perdamaian antara Kyra dan Kalila. Benar apa yang dikatakan oleh Kyra, Kalila itu terlalu naif. Dia melakukan sesuatu dengan setengah-setengah. Dia ingin menyelamatkan dirinya sendiri, tapi dia juga merasa ragu dengan keberadaan Kyra. Kalila masih merasa jika dia tidak akan mampu menjaga dirinya sendiri, Kalila merasa jika dia masih membutuhkan bantuan Kyra seandainya datang bahaya lagi. Ya, padahal mereka semua juga sudah tahu dengan benar jika orang yang selama ini memukuli Kalila sudah membusuk di penjara. Wanita biadap itu sudah mendapatkan balasan atas perbuatan yang dia lakukan. Selama belasan tahun Kalila hidup dengan ibunya yang kejam. Di masa lalu Kalila melakukan sebuah kesalahan yang cukup besar.. Kalau menurut Khansa, itu bukan kesalahan yang di sengaja. Ya, saat Kalila masih berusia sekitar 5 tahun, gadis malang itu menghubungi ayahnya karena dia ingin dijemput oleh ayahnya. Kalila tidak ingin pulang padahal saat itu sudah ada sopir yang menunggu di depan gerbang taman kanak-kanak. Setahu Khansa, Kalila memang sangat dimanja oleh ayahnya. Mendengar perintah Kalila, ayahnya tentu langsung datang. Sayang sekali, belum sampai di sekolah Kalila, sebuah kecelakaan terjadi. Ya, seperti kisah tragis pada umumnya, Kalila kehilangan ayahnya. Ibunya Kalila sangat mencintai suaminya, dia bahkan seperti orang gila ketika kehilangan suaminya. Singkat cerita, Kalila dibawa pergi oleh ibunya. Kalila disembunyikan selama belasan tahun. Dan ya, Kalila yang malang itu harus menerima semua hukuman dari ibunya yang gila itu. Kalila akan dihajar hingga dia sekarat sendirian. Tapi Kalila benar-benar naif, dia sama sekali tidak mau melawan dengan alasan yang sangat bodoh. Kalila merasa jika dia memang bersalah jadi hanya akan diam saja. Sayangnya memang bukan Kalila saja yang harus mendapatkan hukuman atas kesalahan kecil itu, Kyra juga harus menerima hukuman menyakitkan padahal dia sama sekali tidak melakukan apapun. Berbeda dengan Kyra yang sering mencoba memberikan perlawanan, Kalila sama sekali tidak melakukan apapun. Kalila bahkan lebih sering menyembunyikan dirinya dan membiarkan Kyra kesakitan sendirian. Ah, sangat menyedihkan! Ya ampun, Khansa merasa sedih dengan kisah orang lain padahal cerita hidupnya juga tidak jauh berbeda dengan Kalila dan Kyra. Khansa jadi ingin tertawa sekarang. Khansa menghembuskan napasnya dengan pelan lalu masuk ke dalam sebuah ruangan yang tidak asing dengan ingatannya. Begitu Khansa masuk, seorang pria paruh baya yang duduk di balik komputer langsung menatapnya dengan mata yang menyipit seakan dia mencoba mengenali siapa yang sedang berdiri di dahapkannya. Ah, apakah Khansa memang terlalu lama tidak datang ke sini? “Kamu..” “Khansa!” Kata Khansa dengan cepat. Khansa bahkan langsung melangkahkan kakinya dengan santai lalu duduk di depan pria itu sambil tetap tersenyum. “Khansa?” Pria yang Khansa kenal dengan nama dokter Harmono itu menatap dirinya dengan sedikit terkejut. Iya, menurut informasi yang Kyra berikan, Kalila memang baru saja datang ke tempat ini beberapa hari yang lalu. Lalu sekarang Khansa ingin datang dan menanyakan apa yang terjadi tentang Kalila. Sebenarnya Khansa memang tidak pernah dekat dengan Kalila, tapi Khansa juga mengenal Kalila dengan sangat baik, sebaik Khansa mengenal Kyra ataupun dirinya sendiri. Iya, mereka memiliki kesamaan di masa lalu. Mereka adalah tiga sosok yang hidup dalam kesengsaraan. “Ada apa, Khansa?” Tanya Dokter Harmono. Khansa tahu jika dia tidak akan mendapatkan sambutan yang ramah seperti semua orang menyambut kedatangan Kalila, tapi itu sama sekali bukan masalah yang besar. Khansa bukanlah Kyra yang akan selalu iri dengan Kalila. Lagipula Khansa juga sadar diri, memangnya dia itu siapa? “Dokter, apakah Kalila baru saja datang ke sini?” Tanya Khansa sambil tersenyum. Dokter Harmono tampak meletakkan kedua tangannya di atas meja. Dia juga menarik napasnya dengan pelan. Ya, dia tahu dengan benar jika Khansa datang ke sini, maka Khansa hanya akan bertanya tentang Kalila. Memangnya apalagi yang ingin Khansa tanyakan? Dia sama sekali tidak memiliki urusan di sini. “Kenapa?” Tanya dokter itu. “Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh Kalila. Jadi, bisakah mengatakan apa yang Kalila lakukan di sini? Oh iya, Kalila memanggilmu apa? Paman? Apakah aku juga bisa memanggilmu seperti itu?” Tanya Khansa dengan santai. “Khansa..” “Tenanglah, aku janji aku akan membantu Kalila dan Kyra. Bukankah selama ini aku memang selalu membantu mereka berdua?” Tanya Khansa sambil tertawa pelan. Khansa tahu jika dia tidak banyak memiliki kesempatan, tapi jika bisa, Khansa memang akan selalu membantu Kyra dan Kalila. Ya, sekalipun Kyra sangat sering melakukan hal yang buruk kepada dirinya. Kyra itu sangat arogan, dia bisa marah hanya dengan mendengar suara napas orang lain. “Tidak ada yang bisa dikatakan, Khansa” Kata Dokter itu. Khansa tertawa pelan. Kenapa semua orang juga menolak kehadirannya padahal selama ini yang berperang hanya Kalila dan Kyra? Astaga, mereka memang sangat menyebalkan. “Aku sempat berbicara dengan Kyra, katanya dia menyukai Revan” Kata Khansa dengan santai. Khansa selama ini selalu menjadi teman untuk Kyra karena dia tahu bagaimana rasanya sendirian. Kyra tidak suka sendirian, tapi selama ini sama sekali tidak ada orang yang mengerti akan hal itu. Seakan tidak ada yang peduli padanya, Kyra harus menjalani hidupnya sendirian. Khansa juga tidak suka sendirian, oleh sebab itu selama ini Khansa selalu mencari kesenangannya. Mabuk-mabukan, pergi bersama dengan pria-pria asing yang tidak dia kenali. Semua itu Khansa lakukan karena dia sangat takut sendirian. Ya, Khansa tahu alasan kehadirannya. Khansa diciptakan karena seseorang merasa takut sendirian. “Revan?” “Ah, jadi Kalila belum mengatakan apapun? Revan itu kekasihnya Kalila. Aku rasa mereka memang berhubungan” Kata Khansa dengan santai. Kalila yang pendiam, Kyra yang arogan, dan Khansa yang sangat suka berbicara. Ah, sepertinya mereka memang cocok untuk menjadi... menjadi teman? “Apa??” “Apakah itu pertanda buruk?” Tanya Khansa sambil tersenyum. *** Khansa sedang berjalan menyusuri rumah sakit yang memang sudah sangat lama tidak dia kunjungi ini. Khansa sebenarnya tidak tahu dia harus pergi ke mana ketika dia memiliki kesempatan seperti ini. Iya, sejujurnya Khansa memang tidak memiliki kebebasan seperti Kyra. Jika malam hari, Khansa akan memilih untuk menghabiskan waktunya di pesta minuman keras, tapi sekarang masih sangat siang. Khansa sama sekali tidak tahu harus pergi ke mana. Baiklah, mungkin duduk di roof top rumah sakit sambil menghisap g***a miliknya adalah hal yang paling menyenangkan. Khansa baru saja melangkahkan kakinya di anak tangga terakhir ketika dia melihat ada seorang pemuda yang tampak berdiri di atas pembatas roof top. Oh astaga, apakah dia akan bunuh diri? Khansa melangkahkan kakinya dengan sangat pelan. Jujur saja Khansa mencoba untuk tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh pemuda itu, tapi Khansa tidak bisa melakukannya, Khansa masih memiliki hati nurani. Mungkin tidak masalah jika Khansa mencoba untuk menyelamatkannya. “Rumah sakit ini punya 5 lantai. Gue sebenernya juga nggak tahu berapa tinggi pastinya. Tapi kalo setiap lantai punya tinggi 4-5 meter, rumah sakit ini tingginya bisa sampek 25 meter! Lo yakin mau lompat? Kayaknya nggak bakal langsung mati” Kata Khansa sambil mengeluarkan g***a miliknya. Khansa menatap pemuda yang ada di sampingnya itu. Sepertinya dia memang akan bunuh diri. “Pergi!” “Ini rumah sakit bokap lo?” Tanya Khansa dengan pelan. Khansa masih tetap bertahan di posisinya. Sebenarnya Khansa bisa saja kembali turun ke bawah dan mengatakan jika di lantai atas ada seseorang yang ingin bunuh diri, tapi jika Khansa melakukannya, sepertinya pemuda ini sudah lompat ke bawah. Baiklah, Khansa akan mencoba untuk menyelamatkannya. Jika Khansa tidak berhasil, itu bukan salah Khansa. Dia sendiri yang ingin mengakhiri hidupnya. “Apa nggak lebih baik gantung diri?” Tanya Khansa dengan sangat santai. “Gue udah coba, tapi gagal” Kata pemuda itu. Khansa tertawa pelan. Ah, kasihan sekali. Pemuda itu sudah mencoba untuk mengakhiri hidupnya tapi dia gagal. Sungguh hal yang menggelikan. “Kayaknya lo emang belum boleh mati sama Tuhan. Eh, lo bukan atheis ‘kan?” Tanya Khansa dengan tenang. “Lo bisa diem nggak?” Khansa menganggukkan kepalanya dengan pelan. Baiklah, sudah cukup usaha yang Khansa lakukan. Dia harus duduk dan mulai menikmati g***a miliknya. Akhirnya Khansa memutuskan untuk duduk dan menyandarkan punggungnya ke pembatas roof top. Benar, di atasnya sedang ada seorang pemuda yang berdiri dan akan segera mengakhiri hidupnya. Tapi, untuk apa Khansa peduli? “Lo pake g***a?” Tanpa Khasa ketahui, pemuda itu tiba-tiba saja sudah turun dari pembatas. Dia bahkan sedang duduk di samping Khansa sekarang. Khansa mengernyitkan dahinya. Dia pikir dia tadi sudah gagal untuk meyakinkan pemuda ini. Ya sudahlah, tidak perlu lagi memikirkan hal yang sudah lalu. “Lo mau coba?” Tanya Khansa sambil menatap pemuda itu. “Gue baru aja mau bunuh diri dan lo gagalin rencana itu” Kata pemuda itu. Khansa menaikkan sebelas alisnya. Astaga, pemuda ini cukup tampan juga. Andai saja dia tidak terjebak di rumah sakit ini, Khansa pasti akan mengajaknya untuk berpesta bersama. Sudahlah.. Khansa tidak ingin terlibat dengan orang gila. Dua orang gila tidak akan terlihat cocok untuk bersama. “Kenapa bunuh diri?” Tanya Khansa dengan santai. “Pacar gue bilang, lebih baik gue mati aja” Khansa kembali tertawa. Astaga, apa yang ada di pikiran manusia ini? Kenapa dia bia sebodoh itu? Khansa melihat sendiri perjuangan Kyra dan Kalila dalam bertahan hidup, sekarang ada seseorang yang dengan bodohnya mengatakan jika dia ingin bunuh diri hanya karena kekasihnya mengatakan kalimat yang bodoh? Oh ya ampun, Khansa tidak habis pikir dengan mereka. “Dan lo nurut gitu aja?” Tanya Khansa dengan santai. Pemuda itu mengendikkan bahunya. “Lo ada urusan apa di sini?” Tanya pemuda itu. “Biasa, bukannya cuma orang nggak waras yang dateng ke rumah sakit ini? Kenapa harus tanya kalo lo tahu jawabannya?” Jawab Khansa sambil kembali tertawa. “Kalo lo ke sini lagi, bisa nggak lo bawain gue g***a juga?” Khansa menolehkan kepalanya dengan cepat. Sungguh, Khansa sama sekali tidak mengira jika dia akan mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ah, di sini ada banyak sekali orang gila, sudah pasti mereka juga akan meminta hal yang sedikit gila. Masalahnya, Khansa juga salah satu orang gila, jadi tentu saja Khansa akan menganggukkan kepalanya dengan cepat. Baiklah, Khansa akan memiliki teman sekarang.                        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD