When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"KENYAAAAAAANG!!!!" Agro berteriak dengan sangat keras saat lauk makan malam yang ada di atas piringnya telah habis tak tersisa. Suaranya terdengar menggema di ruang makan dan mengganggu telinga semua yang mendengarnya. Langit yang paling benci dengan hal yang sangat mengganggu seperti itu, lantas mulai naik emosinya. "KAK!! SUDAH AKU BILANG BERKALI-KALI, JANGAN BERTERIAK JIKA SEDANG BERADA DI DEKATKU!!" Dengan suara penuh emosi dan penekanan, Langit mengkritik kelakuan kakaknya yang paling berisik itu. Matanya pun membelalak lebar menambah kesan marahnya. "Iya-iya. Maaf, Tuan Pemarah!!! Maaf karena telah mengganggu kenyamanan Anda!! Huft, begitu saja marah. Dasar membosankan!!" Agro merasa bosan karena adiknya itu sering sekali mengkritik dirinya. "Aku yakin, pacar-pacarmu tidak ada