3~Gak 100% Kucing

1426 Words
Brughh—Astrid yang sedang tidur di meja terkejut karena suara berisik itu. Gadis itu menguap lebar, menangkap udara dari mulutnya dan…huek, “Nafas gue bau.” Ben yang juga sedang rebahan di sebelah Astrid hanya menatap Astrid jijik. Astrid benar-benar jenis spesies yang tidak punya urat malu lagi. “David, orangnya mana?” Astrid menatap lelaki dengan tubuh besar, telinganya bahkan di tindik. Menguap malas, Astrid menarik tangan Ben dan membaringkan kembali kepalanya. Hanya menatap 3 orang lelaki seperti preman itu memasuki kelas mereka. Sementara David, si juara kelas mereka terlihat hanya diam saja di kursinya. Semua siswa kelas itu menunjuk ke arah David dengan gemetar. “Dasar sialan, apa yang kau lakukan pada adikku hah?” AAAA…teriakan itu semakin heboh saat tubuh David terlempar jauh. Lelaki bertubuh besar itu semakin marah dan memukuli David berkali-kali. Matthew sedang tidak di sini, jika dia di sini, sudah dipastikan lelaki itu tidak akan tinggal diam. Semuanya hanya menonton tubuh David yang ditendangi berkali-kali. Keributan itu membuat Astrid menggerutu kesal, dia paling benci orang ribut, membuat tidurnya tidak berkualitas. “Ben, lo kenal mereka siapa gak?” “Keknya kak Satria dari kelas IPS kelas 12, dia itu preman sekolah. Gue semalam lihat sih, si David nolak cewek, ceweknya itu keknya adiknya kak Satria. Mungkin ngadu karena David udah nolak!” Astrid menyeringai, dia menatap tubuh David yang hanya diam saja. “Sekali lo buat masalah sama gue, jangan harap lo masih bisa sekolah di sini!” Hening. David berusaha untuk bangkit. Kacamatanya bahkan sudah lepas karena berkali-kali dipukul oleh lelaki bernama Satria itu. Astrid kembali menguap, dan mengambil permennya. Ia lapar, dan bangkit. “Trid, lo mau kemana?” tahan Ben. “Kantin lah, lapar!” “Tapi, mereka masih di sini loh, ntar lo kena masalah lagi!” “Lah, emang apa hubungan gue mau ke kantin sama mereka? Gada keleus, bleee!” Astrid menjulurkan lidahnya, dan tidak sengaja menyentuh botol minum Ben. Benda itu terjatuh dan membuat seluruh perhatian ke arah mereka. Satria mengepalkan tangannya. “Lo berdua, kenapa lo buat keributan? Apa lo gak ada otak hah?” Ben menelan ludahnya kasar saat menatap Satria yang berjalan ke arah mereka. Lelaki itu lekas berdiri dan menyembunyikan Astrid di belakang tubuhnya. Bisa berabe kalo Astrid sampai mengeluarkan jurus anti magernya. Hancur dunia kemageran nanti. “Maaf bang, teman gue tadi mau diri, gak sengaja.” “Diam lo, sialan!” Bruk—Tubuh Ben terpental ke belakang. Hampir saja menabrak tubuh Astrid, beruntung gadis itu cepat menghindar dan menatap Ben kasihan. Darah keluar dari hidung Ben. “Lo juga, lo pikir gara-gara lo cewek, gue gak berani mukul lo? Adik gue juga laporin, kalo lo pernah ngancem dia. Lo cari mati hah?” Astrid menatap kerah bajunya yang di cengkram. Dia menguap lagi, dan semakin membuat Satria geram. “Lo denger gue gak? Lo…” “Bapak lo pernah ena-ena sama tante jalanan, koruptor paling di incar, dan juga pengguna ganja, bukan?” Hening. Satria membelalakkan matanya, menatap Astrid dengan bengong. Dia bahkan tidak sadar jika cengkramannya melonggar. Bisik-bisik terdengar memenuhi semua ruangan kelas. “Juga…bukanya lo ada kasus pembunuhan ya? Tapi karna…” Plak…Ben yang baru saja berdiri terkejut saat melihat pipi Astrid di tampar. “Dasar jálang, lo…” Astrid memegangi pipinya yang terasa sakit. “HA…HA…HA! Dasar human…” Brughh “Arghh” Satria mengeram kesakitan saat asetnya di tendang dengan kuat. Tangan Satria hendak menyerang Astrid kembali , tapi tubuhnya kembali melayang. Dua temannya yang lain hendak menyerang Astrid, tapi Ben lekas memukul mereka. Astrid menjatuhkan tubuhnya ke badan Satria. Membuat lelaki itu mengerang kesakitan. Gadis itu kembali bangkit dan memukulkan kepalanya ke Satria lagi. “Bapak Lo menutupi kasusnya, padahal orang tua ceweknya itu sudah sakit-sakitan,! Lo harus mati…” “ASTRIDDD!” Semua tatapan tertuju ke belakang, Matthew yang baru kembali dari ruang kepala sekolah terkejut melihat kerumunan di kelas mereka. Dan ketika dia melihat Astrid yang sedang memukuli tubuh di bawahnya membuatnya langsung menarik tubuh gadis itu. Memeluk tubuh Astrid yang terus berusaha meminta di lepaskan. Anak OSIS dan beberapa guru lainnya yang mendengar keributan itu segera menahan 3 anak kelas IPS itu. *** Astrid bersandar di bahu Matthew. Mereka ber-7—Astrid, Matthew, Ben, David dan tiga anak kelas 12 IPS itu sedang di sidang di ruang BK. “Jadi, dari beberapa pengakuan dari siswa, kalian bertiga, terlebih kamu Satria, kenapa kamu menyerang adik kelas kamu?” “Dia yang lebih dulu memulai…” "Dia memukul David, karena David menolak adiknya. Wajar sih, adiknya-kan jaļang, sukanya sama om-om lagi!” “DIAM!” bentak guru BK. Astrid menaikkan bahunya, dan menatap Satria yang kini tengah menahan emosinya. Lelaki itu berusaha untuk menahan dirinya untuk tidak memukul gadis itu. “Apa itu benar nak, David?” David...lelaki itu hanya mengangguk. Dia memang menolak seorang gadis semalam, tapi David tidak tahu jika itu adalah adik Satria. Dan kini lelaki itu hanya bisa menundukkan wajahnya ke bawah. Sama-sekali tidak berani melakukan apapun. Juga sedikit beruntung karena dibantu oleh Astrid, sekalipun David tidak terlalu menyukainya. “Kamu akan dikeluarkan dari sekolah karena sudah melanggar semua perjanjian, Satria. Dan buat kamu, Astrid....” Astrid melirik bu Tika yang menarik nafas panjang. “Kenapa kamu menyerang kakak kelas kamu?” “Lah, dia duluan bu!” bela Astrid. “Iya bu, Kak Satria marah karna Astrid gak sengaja jatuhin botol minum, trus mukul saja duluan dan mukul pipi Astrid bu. Wajarlah Astrid marah, bukankah itu pembelaan diri?” “Iya tapi…” “Iya tapi kenapa bu? Bukankah Anda yang mengajarkan untuk tidak diam ketika sedang berada di keadaan yang tidak diinginkan?” Bu Tika diam, lalu menatap Matt yang ikut ambil suara. “Ibu tau, tapi seharusnya kamu gak bongkar rahasia mereka, itu urusan pribadi keluarga Satria, tidak ada hubungannya dengan kamu nak. Jadi kamu juga akan di skors 3 hari dari sekolah!” “Enak dong, bisa libur!” kekeh Astrid, namun dia langsung meringis saat Matthew menjitak kepalanya. “Saya memang tidak tahu seperti apa kronologinya, tapi bukankah seharusnya apa yang Astrid katakan itu benar bu? Ibu melarang Astrid mengatakan hal itu, padahal itu adalah kebenarannya. Lagipula saya tidak terima jika Satria hanya dikeluarkan dari sekolah, dia butuh hukuman yang setimpal. Lagipula, di kelas ada CCTV, dan saya sudah memindahkan datanya. Jadi, jika ibu tidak bertindak, saya bisa menyerahkan filenya ke pihak berwenang.” “Matthew, kamu…” “Jadi, saya salah bu?” Bu Tika hanya bisa diam. Dia berusaha untuk sabar, berhadapan dengan Matthew memang tidak akan pernah selesai berdebat. “Urusan ini akan saya serahkan pada kepala sekolah, Astrid tidak jadi di skors 3 hari, tapi setidaknya dia harus sembuh dulu. Wajahnya memar, silahkan keluar untuk kalian berempat. Tapi kalian bertiga tetap di sini, sampai kepala sekolah dan polisi datang!” “Polisi?” Seru Satria panik. “Benar, Astrid sudah lebih dulu menyerahkan apa yang terjadi di kelas kalian pada polisi. Juga mengenai kasus pembunuhan yang sedang menjeratmu, kau tidak bisa lari.” “T…tapi bu!” “Selamat membusuk di penjara!” bisik Astrid dari ambang pintu. Menatap Satria dengan tatapan mengejek. Satria hanya mengepalkan tangannya, dan menatap Astrid yang sudah pergi dari ruangan. Matthew tidak membawa Astrid kembali ke kelas, tapi menarik gadis itu ke ruang UKS. Astrid hanya ikut-ikut saja, dia duduk di ranjang UKS dan memejamkan matanya. Wajahnya terasa sakit, dan giginya sakit karena tamparan keras itu. Ben sudah tiduran di ranjang usai mengobati lukanya sendiri, sementara David hanya diam saja. “Trid, lo kenapa sih harus ngeladenin mereka? Lo tahu kan kalo…” “ASHHH…sakit, sakit Matt. Tolong jangan marahin gue lagi” Melihat itu, Matt hanya bisa diam, dan mengobati Astrid dalam diam. Matt sekarang sadar, jika Astrid masih menjadi manusia dan tidak 100% menjadi coklat seperti perkataan gadis itu. Sejujurnya, Matthew setidak bangga tadi, biasanya Astrid itu tidak suka banyak bicara. Alasannya aneh memang, Astrid selalu bilang jika ngomong itu capek. Tapi tadi, Astrid benar-benar membuat seorang Matt bangga. "Tapi Trid, lo tahu darimana kalo dia ada kasus pembunuhan?" Astrid menatap Ben, Matthew hanya melirik sekilas. Dia sedang fokus ke luka di wajah Astrid, meskipun ikut penasaran. Sementara David yang tadi hanya diam dan membersihkan lukanya ikut melirik. "Soalnya, ada cewek berdarah yang nempelin Satria. Dia bilang ke gua kalo yang buat dia mati itu...Satria. Dia juga bilang, kalo dia di perkosa lalu di bunuh!" "Trid, lo gak lagi bercanda kan? Gue merinding loh!" Ben beranjak dari ranjang UKS dan menatap Astrid horror. "Dia juga lagi ada di sini, di ranjang lo tadi!" "ASTRIDDD!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD