Bab 7 - CLBK

3131 Words
Kinan menyuguhkan minuman dan makanan ringan untuk teman-temannya. Adrian juga ikut bergabung mengobrol dengan teman-teman Kinan. Sejak menikah dengan Kinan, Adrian semakin akrab dengan Raka dan Andre. “Kalau mau merokok di luar!” Kinan menyerukan suaranya saat melihat Raka dan Andre mengambil batang rokok dari bungkusnya. “Yaelah, Dew ... Kamu juga dulu merokok, kan?” Ucap Andre. “Sekarang aku sudah punya anak, masa mau ngajarin anaknya yang gak baik?” Ucap Kinan. “Kamu ngerokok, Kak?” Tanya Andre pada Adrian. “Dari dulu ke mana aja kamu, Ndre? Orang aku ngerokok,” jawab Adrian. “Keluar saja lah, nanti yang ada kita di serang emak-emak galak, macam mereka,” ucap Raka dengan meraih bungkus rokok yang ada di depannya. Adrian dan Andre mengikuti Raka yang keluar ke teras rumahnya. Sebelum keluar Adrian mencium pipi Kinan dan keningnya. “Nanti malam lanjutin, ya? Kasihan adik kecilku, belum bisa off dari tadi,” bisik Adrian lirih di telinga istrinya. “Ih, apaan sih, Kak?!” Kinan menoyor lengan Adrian lirih. Ada perasaan menggelitik dalam hatinya. “Cie ... Minta jatah buat ntar malam pasti. Tadi suruh lanjutin gak mau, sekarang bisik-bisik sama istri, nanti malam lanjutin. Hahaha ....” Rossa berkelakar karena mendengar lirih bisikan Adrian. “Brisik lu ...! Sok tau aja!” tukas Adrian. “Idih kesel, ya? Masih belum off itu, makanya ngegas! Hahaha ...,”kelakar Rossa. Memang dia masih sama dari dulu sikapnya. Selalu saja bikin rame. “Dasar!” Tukas Adrian sambil ngeloyor keluar menyusul Arka dan Andre yang sudah duluan keluar ke teras depan. Kinan tersenyum miris, merasakan apa yang Adrian rasakan saat ini. Kinan terdiam, memikirkan bagaimana kalau Adrian memintanya lagi nanti malam. Sedangkan dia masih belum kalau Adrian menyentuh dirinya. “Apa aku harus beranikan diri nanti malam?” Ucapnya lirih dan sempat terdengar oleh Aletta. “Beranikan diri apa, Dew?” tanya Alleta. “Hah? Ke—kenapa, Let?” Kinan balik tanya karena pura-pura tidak dengar Aletta bicara. “Kamu kenapa, Dew? Maksudnya tadi kamu bilang beranikan diri, memang beranikan diri apa? Kamu takut apa?” tanya Aletta. “Oh ... Itu? Lupakan Let,” jawab Kinan gugup. “Ih, kamu kenapa jadi aneh gini sih? Setelah Kal Adrian bisik-bisik seperti tadi?” tanya Rossa. “Sebenarnya aku dah lama pengin cerita sama kalian. Tapi, waktunya belum tepat saja. Mungkin, hari ini aku harus cerita sama kamu, karena kamu sudah terlanjur kepo,” ucap Kinan. “Kamu sama Kak Adrian ada masalah, Dew?” tanya Aletta. “Masalah sih gak ada, kalau masalah di luar. Tapi, ka—kalau di kamar aku ada masalah sama dia,” ucap Kinan. Kinan tidak tahu harus menceritakan dengan siapa lagi kalau bukan dengan teman-temannya yang sudah seperti keluarganya sendiri. “Dew, Adrian kenapa? Sering nyakitin kamu kalau berhubungan? Atau gimana? Dia enggak selingkuh lagi kan, Dew? Enggak main perempuan lagi, kan?” Aletta mencerca pertanyaan pada Kinan. “Iya, Dew. Kak Adrian enggak main wanita lagi, kan? Secara nih, dulu kan dia hiperseks? Apa dia kumat lagi seperti dulu, Dew?” Rossa juga melontarkan pertanyaan pada Kinan seperti itu. Kinan tersadar dengan ucapan kedua temannya. Adrian memang hiperseks, dan pasti rasa ingin berhubungan intim sangat menggebu. Tapi, karena Adrian sayang dengan dirinya, dia rela menunggu. Rela menahan hasratnya selama berbulan-bulan, karena dirinya masih takut melakukannya. “Aku berdosa sekali sama suamiku, Let, Ca,” ucap Kinan. “Maksud kamu, Dew?” tanya Aletta dan Rossa bersamaan. “Aku, ehm ... A—aku sebenarnya belum melakukannya sama sekali dengan Kak Adrian. Belum melakukan hubungan suami istri dengan Adrian, selama menikah dengannya,” ucap Kinan dengan menunduk, dan merasa sangat bersalah sekali. “Belum melakukan hubungan suami istri? Ini maksudmu, kamu belum melakukan gituan sama Kak Adrian selama kalian menikah?” tanya Alleta, dan hanya di jawab anggukan kepala oleh Kinan. “What’s!!!! Kamu belum melakukan gituan sama Kam Adrian? Kamu belum belah duren gitu? Belum Honeymoon, gituan, ML, ehem-ehem, ena-ena, gitu?” Rossa langsung menyerang Kinan dengan pertanyaan seperti itu. Dan, Kinan hanya menjawab dengan anggukkan kepalanya. “Astaga, Dewi ....!” Seru mereka bersama dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kamu kenapa sampai gitu sama Kak Adrian sih, Dew? Nyiksa suami kamu banget?” ujar Alleta. “Iya ih! Kamu nyiksa Kak Adrian banget. Kasihan, Dew. Jangan kek gitu. Nanti Kak Adrian melenceng lagi gimana? Kamu tahu kan masa lalu Kak Adrian seperti apa? Kamu gak takut kalau Kak Adrian semakin lama gak kuat nahan dia lalu belok mencari kepuasan di luar sana? Ih tega kamu!” ucap Rossa yang tidak percaya kalau Kinan seperti itu. “Iya, Dew. Kamu tega sekali sih? Lagian kamu itu kenapa? Kok sampai hati seperti itu sama suami kamu? Itu kan kewajiban kamu, Dew? Dosa lho nolak ajakan suami berhubungan intim?” ucap Aletta. “Iya, aku berdosa sekali sama Kak Adrian. Itu semua karena aku takut. Aku takut sekali jika akan melakukan seperti itu. Dan, bayangan masa lalu, bayangan saat di Villa itu, masih saja terekam jelas di mataku saat aku hendak melakukannya dengan Adrian. Hanya itu masalahnya. Aku takut, aku langsung mendorong tubuh Kak Adrian saat kita udah siap mau melakukannya. Entah kenapa aku sangat takut.” Ucap Kinan dengan menampakkan wajah yang ketakutan di hadapan kedua temannya. “Dew, itu kan kejadian dulu? Sebelum kamu menikah dengan Kak Bian? Kok kamu malah sama Kak Bian gak takut melakukannya? Harusnya kamu sama Kak Bian juga takut, Dew. Apalagi kamu pernah di sentuh Kak Adrian sebelum itu, meski hanya di sentuh di luar saja. Kasihan Kak Adrian, Dew. Kak Adrian kan udah berubah. Dia sayang banget sama kamu, sama Haidar. Ayolah, Dew ... Jan gitu? Move-on, Dew! Lagian kamu kenapa ingat itu? Dan, kenapa kamu takut?” tutur Aletta, dan Aletta masih penasaran kenapa Kinan sampai takut sepeti itu. “Iya ih, Dew. Jan gitu. Kasihan Kak Adrian. Pantas saja kalian berdua udah nikah tapi wajah kalian enggak ada seger-segernya. Sekali pun kamu pakai skincare mahal, kalau kamu jarang main gituan, wajahmu cepat keriput, Dew!” ujar Rossa yang selenye’an. “Idih kamu itu, pakai bawa-bawa skincare juga!” Tukas Aletta. “Aku takut, takut Kak Adrian menyentuh wanita lain, setelah menyentuh aku,” ucap Kinan. “Ih kamu pikirannya cetek banget, Dew?! Yang ada, semakin lama kamu anggurin Kak Adrian, malah jadi bumerang dalam hidup kamu! Stop, Dew! Hilangkan rasa takutmu. Penuhi kewajiban kamu sebagai seorang istri, kalau enggak di penuhi dalam waktu dekat, kamu yang akan menanggung akibatnya! Sudah hampir enam bulan, lho! Raka saja dua hari gak naik dia kelabakan, nunggu aku selesai datang bulan aja dah kebakaran jenggot. Ini Kak Adrian hampir enam bulanh, Dew! Tega kamu!” Aletta gemas sekali dengan apa yang Kinan lakukan pada suaminya. “Atau gini aja, Dew. Kamu ke psikiater, kamu konsultasi soal permasalahan kamu ini. Nanti kan kamu di bimbing sama psikiater itu, gimana cara ngilangin takutnya,” saran Rossa. “Aku gak tau, Ca,” jawab Kinan. “Dew, mau sampai kapan kamu menyiksa suami kamu? Cukup, Dew. Kasihan suami kamu,” ucap Aletta. “Iya lah, Dew ... Cukup nyiksa batin suami kamu. Gak enak tau, batin tersiksa. Memang kamu gak pengin? Memang tadi kamu digituin sama Kak Adrian gak kerasa apa gitu? Ada gelenyar di sekujur tubuh kamu atau gimana gitu? Pasti ada, kan? Kerasa, kan?” ujar Rossa. “Ya gitu, ya krasa, ya basah juga. Tapi saat udah mau sentuh lebih dalam, aku takut, takut sekali. Takut yang aku sendiri tidak mengerti kenapa aku bisa setakut itu,” ucap Kinan jujur pada kedua sahabatnya. “Dew, kayaknya kamu benar-benar harus ke psikiater deh, benar kata Rossa,” ujar Alleta. “Aku gak tahu, Let. Aku kudu gimana sekarang?” Kinan semakin tidak mengerti bagaimana menghadapi rasa takutnya itu. “Sekarang kamu coba pelan-pelan deh, Dew. Jangan sampai kamu kelamaan gak ngasih, Kak Adrian main serong kanan kiri seperti dulu. Kamu gak mau, kan? Kalau suami kamu main serong? Takutnya kamu tahan dulu, coba rasakan sentuhan suami kamu. Resapi, buang rasa takut kamu. Kamu harus ingat, Adrian itu hiperseks, jangan sampai kelakuan Adrian dulu terulang lagi, dan kamu yang akan menyesal,” tutur Rossa. “Iya, ntar malam aku coba. Aku akan berusaha buang rasa takut itu. Aku akan mencobanya.” Kinan bicara dengan memejamkan matanya, membayangkan nanti malam bagaimana, dan apa yang akan ia lakukan supaya tidak takut lagi. “Benar kata mereka, aku harus buang rasa takut itu. Aku harus memberikan hak Adrian, karena riwayat Adrian dulu adalah pria yang hiperseks,” gumam Kinan. ^^^ Adrian merenung dengan menyesap rokoknya. Pandangannya lurus ke depan, dengan tatapan kosong. Seperti ada beban di hidupnya. Melongo, meratapi kehidupan rumah tangganya yang tidak tahu harus bagaimana lagi ia hadapi di saat hawa ingin bercintanya tiba-tiba terasa. “Weh bro! Melongo aja. Siang-siang ngelamun! Ngelamunin apa, sih? Hidup lo tuh dah sempurna! Masih aja kek banyak beban gitu!” Andre menyenggol lengan Adrian dengan siku-sikunya. “Ini masih pagi, Ndre! Jan ngelindur kamu!” jawab Adrian. “Yang ngelamun siapa? Lo yang ngelindur, Bro!” Ucap Raka dengan menoyor kepala Andre. “Kenapa kalian malah ribut sendiri?” tukas Adrian. “Lo tuh aneh, Bro! Kenap? Belum dapat jatah dari istri?” gurau Andre dengan berkelakar. “Jatah? Jatah apa maksudnya?” Menjawab sambil mengisap rokoknya dan membuang asapnya ke atas. Frustrasi, bisa di bilang Adrian sekarang sedang frustrasi atau apa pun itu, pikiran dengan kondisinya tidak sinkron sama sekali. “Jatah ranjang lah! Lo kira jatah makan? Meski makan wajib juga dan nomor 1 satu. Tapi, jatah ranjang juga harus terpenuhi,” ujar Andre. “Gue belum dapat apa-apa dari Kinan, selama menikah. Jangankan jatah ranjang, di pegang saja sudah ketakutan.” Adrian tanpa sadar menjawab seperti itu. Mungkin nalurinya sebagai lelaki sesama lelaki, jadi dia mau terbuka dengan kedua teman Kinan. Apalagi dia sudah benar-benar gak tahan dengan keadaan, dan menurutnya tidak masalah kalau dia bicara dengan sahabatnya Kinan. “Sebentar-sebentar, ini lo ngelindur atau gimana, Bro?” tanya Andre yang merasa ada yang aneh dengan suami sahabatnya. Adrian dulu pria yang cool, tampan, wajahnya berseri, meski umur lebih dewasa dari mereka, tetap terlihat muda sekali, seperti seusia mereka. Tapi, sekarang lusuh sekali wajahnya. Bahkan terlihat tidak setampan biasanya. “Iya, maksud lo gimana, Kak?” tanya Raka. “Sudah lupain lah. Gue pusing, tau pusing, kan?” jawab Adrian. “Pusing kan ada sebabnya, Kak? Tadi kakak bilang belum dapat apa-apa dari Dewi. Itu maksudnya gimana, ya?” Tanya Raka yang penasaran. “Udah bro, cerita aja, kali aja kita bisa bantu lo,” ujar Andre. “Sudah lupakan, lagian itu masalah privasi gue sama Kinan,” jawab Adrian. “Ya kali aja lo mau cerita, Kak. Aku penasaran sama ucapan lo tadi. Masa Dewi belum mau di sentuh?” ucap Andre. “Gini, gue ceritain. Gue nikah sama Kinan dah hampir enam bulan, dalam enam bulan itu, kita belum pernah melakukan hubungan intim di atas ranjang layaknya suami-istri. Gue belum nyentuh bini gue. Nih si Juna kecil masih dianggurin, sama sekali belum pernah masuk ke miliknya bini gue!” Adrian akhirnya menceritakan pada Andre dan Raka. “Kok bisa?” tanya Raka. “Dia takut. Entah takut yang bagaimana gue gak tahu. Saat udah pemanasan, udah mau gue sentuh tuh milik bini gue. Langsung tuh ketakutan, keringat dingin muncul, wajah pucat, nangis lagi. Gue gak bisa tahan lihat dia nangis, gue sayang sama Kinan, dan akhirnya gue ngalah. Gue gak lanjutin, biar deh si Juna nahan penginnya. Pokoknya setiap harinya selalu seperti itu selama enam bulan, dan sampai detik ini,” jelas Adrian. “Kenapa takut? Dia kan sudah pernah gituan, kan?” tanya Andre. “Ya pernah lah, tuh Haidar dari mana, kalau Dewi gak gituan sama Kak Bian?” ujar Raka. “Harusnya kalau dia mau trauma, ya dulu trauma sama Kak Bian, tapi aku rasa Dewi enjoy-enjoy aja sih sama Kak Bian. Kata Letta sih ritualnya Kak Bian sama Kinan hampir tiap malam. Ini sama lo kenapa gak mau, Kak?” ucap Raka yang ikutan bingung dan pusing juga. “Berarti Dewi kan sudah enggak perawan, ya? Harusnya dah biasa dong, malah kalau cewek gak gituan, protes lho. Oca juga gitu,” ujar Andre. “Dia takut, takut karena saat mau melakukannya, selalu ingat dengan kejadian di Villa dulu. Kalian tau sendiri, kan? Setelah gue nyentuh Kinan, ya sebatas cipokan aja sih, cipok sedikit dalam lah, lalu gue malamnya gituan sama Sherly. Kinan kan lihat tuh. Itu dia kenapa takut kalau ingat itu?” jelas Adrian. “Lagian lo udah pacaran sama Dewi, malah status lo masih tunangan Sherly. Gue bingung waktu itu. Kisah lo sama Dewi itu rumit, rumit sekali. Aneh sama kalian, cinta masa kecil kalian itu abadi, tapi kisah hidup kalian di putar-putar dulu. Pakai acara nikah sama orang lain dulu lah, lalu mati semua lah. Dan, satu lagi, lo nya itu plin-plan, Kak. Lebih tepatnya enggak pernah puas sama satu orang!” ujar Andre. “Namanya juga jodoh, Ndre. Udah jalan hidup Dewi sama Kak Adrian seperti ini, kan?” ucap Raka. “Gue udah nahan selama enam bulan. Gue sebenarnya udah gak tahan, benar-benar udah gak tahan. Apalagi kalian tahu sendiri, tubuh bini gue makin seksi sekarang. Sintal, padat, dan berisi. Gue Cuma bisa ngiler, kalau lihat body bini gue. Dah gitu, udah cipokan sampe grepe-grepe, mau dimasukkin nangis, kan gue gak tega!” ujar Adrian. “Kadang pengin aku paksa, nanti aku melakukan kekerasan, dan pemerkosaann terhadap istri? Ya, kan?” imbuhnya. “Kenapa lo gak coba pakai obat perangsang gitu, Kak?” ujar Andre. “Lo gila, ya? Sama ajalah gue merkosaa bini gue sendiri?!” sarkas Adrian. “Kadang otak lo sengklek, Ndre!” tukas Raka dengan menoyor kepala Andre. “Kan Cuma sara, Dimas Kanjeng Raka?!” jawab Andre dengan menoyor lengan Raka. “Gini, Kak. Lo coba aja bawa Dewi ke Psikiater?” saran Raka. “Ya gue sempat kepikiran ke situ. Tapi, aku bingung, Kinan mau tidak. Gue benar-benar udah gak bisa nahan dua malam ini. Gila, gak? Gue sampai main solo sama si Juna saking udah gak bisa gue tahan,” ucap Adrian. “Lo mainan sama Tante Lux dong, apa sama Tante Citra? Gila, Dewi nyiksa batin lo amat, Kak,” ucap Andre. “Tante Lux, Tante Citra? Jan ngadi-ngadi, deh!” tukas Adrian. “Maksud gue sabun cair merk Lux, sama Handbody merk Citra, Kak. Emang ya, kalau otak lagin blank gini?” ujar Andre. “Lagian lo pakai bawa-bawa tante Lux sama Tante Citra? Otak dia masih kurang se ons! Jadi gak bisa mikir, dia bisa mikirnya kapan Juna bisa masuk!” ujar Raka dengan tertawa. “Lo jangan keras-keras ngomongngya! Nanti bini gue tahu!” Tukas Adrian dengan menyenggol tubuh Raka. “Sorry, tapi keknya gak kedengaran lah,” ucap Raka. “Udah tuh saran Raka dicoba deh. Coba ajak Dewi ke Psikiater. Kali aja habis sharing sama psikiater mau disentuh lo, Kak,” ujar Andre. “Nanti gue bicarain dulu sama Kinan,” jawa Adrian. Ke Psikiater. Adrian mau saja bawa Kinan ke psikiater. Tapi, dia takut kalau istrinya menolak, dan malah marah dengannya. Kinan itu orangnya susah-susah gampang. Adrian merasa, Kinan sekarang beda dengan Kinan yang dulu. Dulu, meski Kinan pendiam, Kinan liar anaknya, juga enak diajak bercanda. Sekarang, Kinan lebih pendiam, dan Kinan tidak bisa diajak bercandaan sedikit saja. “Apa aku masih bisa menahan? Jika Kinan masih tetap tidak mau aku sentuh?” gumam Adrian. ^^^ “Bunda .....” Malam ini Haidar dan Kinan kecil pulang ke rumah. Mereka langsung memeluk Kinan, setelah masuk ke dalam rumah. “Bunda kangen kalian. Kalian betah sekali di rumah opa?” Kinan memeluk dua anaknya dan menciumnya bergantian. “Kata opa, biar bunda cepet punya dede lagi. Sekarang apa udah ada dede di perut bunda?” tanya Kinan kecil. “Iya, bunda. Haidar sama Kak Kinan pengin punya adik. Ya, kan kak?” ucap Haidar. Adrian dan Kinan saling menatap. Mereka mengangkat bahu dan tersenyum mendengar permintaan kedua anaknya. “Tuh dengar kata mereka. Kalian sudah menikah selama enam bulan, kenapa belum ngasih mereka adik?” ucap Papanya Adrian. “Ya, belum dikasih mau bagaimana lagi, Pa?” jawab Adrian. “Sabar dong, Pa... Mama juga sabar. Lagian Haidar masih kecil. Nanti juga dikasih,” ujar mamanya Adrian. “Namanya juga belum di kasih, Ma, Pa. Jadi kita harus sabar. Ya kan, Sayang?” ucap Adrian. “Iya, Ma, Pa. Maaf Kinan belum bisa ngasih cucu mama sama papa lagi,” ucap Kinan dengan menunduk. “Jangan pikirkan terlalu mendalam, Kinan. Nanti juga hamil kok,” ucap mamanya Adrian. “Kalian sekarang langsung istirahat, ya? Besok kalian sekolah. Opa sama oma mau langsung pulang.” “Siap, Opa!” jawab mereka dengan kompak. Kedua orang tua Adrian langsung pamit pulang. Setelah mereka pulang, Adrian menemani kedua anaknya tidur dulu di kamarnya. Membacakan cerita, dan mereka langsung tertidur pulas. Adrian menaikkan selimut Haidar dan Kinan. Lalu mencium kening mereka bergantian. “Mimpi indah, Sayang.” Ucap Adrian setelah mencium mereka, dan setelah itu, Adrian keluar dari kamar mereka. Adrian masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat Kinan yang sudah merebahkan tubuhnya di tempat tidur, dengan memakai gaun malam berwarna merah. Kinan memang akan mencobanya lagi. Melanjutkan tadi pagi yang sempat tertunda di ruang tengah. “Kinan, kamu? Kok tumben pakai baju se—seperti itu?” tanya Adrian dengan gugup dan menelan ludahnya, melihat lekuk tubuh Kinan yang seksi. “Aku akan berusaha mencobanya, Kak,” jawab Kinan. Adrian naik ke atas tempat tidurnya. Dia mendekati istrinya, dan menatap wajah cantik istrinya. Adrian merebahkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap Kinan. “Kamu yakin?” tanya Adrian. “Iya, a—aku yakin, Kak,” jawab Kinan. “Kalau kamu masih takut, aku enggak memaksa kamu, Sayang,” ucap Adrian. “Lakukanlah, aku akan mencobanya.” Ucap Kinan dengan mengalungkan tangannya ke leher Adrian. Adrian mencium lembut bibir Kinan. Kinan membalasnya dengan lembut. Kinan mencoba sedikit demi sedikit melawan rasa takut yang sudah mulai menyerang dirinya, saat Adrian menyentuh bagian sensitifnya. Adrian bermain di d**a Kinan, hingga Kinan mendesah lembut. Dan, membuat Adrian semakin semangat melakukan lebih dalam lagi. Namun, lenguhan itu semakin lama terdengar seperti isak tangis, saat jari jemari Adrian dengan lembut menyentuh bagian inti Kinan. “Hiks ....” Suara isak tangis keluar dari bibir Kinan. Adrian langsung menghentikan aktifitasnya saat akan memasukkan jarinya “Kenapa, Sayang?” tanya Adrian. “Aku gak bisa, Kak. Maaf.” Tangis Kinan semakin pecah. Adrian langsung memeluk erat istrinya, dan melupakan rasa yang sudah menggebu tadi. “Aku tidak akan memaksamu, Sayang. Aku akan menunggu kamu benar-benar siap,” ucap Adrian. Hasrat yang menggebu kini hilang seketika saat mendengar isak tangis Kinan. Adrian kembali gagal untuk melakukannya. “Sampai kapan akan seperti ini terus, Kinan?” gumam Adrian dengan memeluk Kinan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD