Bab 10 - CLBK

2457 Words
Adrian langsung masuk ke dalam rumahnya setelah pulang dari apartemennya. Seperti biasa, dia mengganti pakaiannya terlebih dulu supaya Kinan tidak curiga dia baru saja minum alkohol cukup banyak, dan membawa Tia ke apartemennya. Kinan menyambut suaminya, dia langsung memeluk Adrian, dan malam ini entah ada angin apa, Kinan seperti b*******h sekali menyambut kedatangan suaminya. Dia memakai dress warna merah yang sedikit transparan dan seksi, karena dresnya sedikit ketat, dan menampakkan lekuk tubuh Kinan yang seksi. Dia bergelayut manja pada suaminya. “Lama sekali sih, Kak ....” Ucapnya dengan manja dan bergelayut manja pada Adrian. “Maaf sudah membuat istriku menunggu lama.” Adrian membalas pelukan istrinya yang terlihat manja dan mencium keningnya. “Ini ada apa, ya? Istriku terlihat cantik sekali?” ucap Adrian dengan melihat penampilan istrinya dari atas ke bawah. “Ada apa, ya? Enggak ada apa-apa, menyambut suami pulang dengan keadaan yang cantik kan ibadah, Sayang?” jawab Kinan. “Gitu? Cantik banget istriku ini. Bikin aku tambah ehhmmm....” Adrian menggendong Kinan masuk ke dalam kamarnya. Kinan mengalungkan tangannya di leher Adrian dan mengecup bibir Adrian. “Kamu mau, Kak? Izinkan aku menunaikan kewajibanku padamu,” bisik Kinan di telinga Adrian dan mengecup leher Adrian dengan lembut. Degh!!! Adrian tidak menyangka Kinan akan melakukan hal seperti itu. Mencium lehernya dengan penuh sensasi dan meninggalkan kissmark di leher Adrian. Seketika Adrian teringat akan dosanya yang telah ia lakukan kemarin bersama wanita malam. Dan, malam ini. Dia sudah menyewa dan membayar gadis yang bernama Tia. Tapi, kali ini dia akan menolong, bukan untuk dijadikan pelampiasan hasratnya. Dia benar-benar tulus menolong Tia. “Kinan kamu tidak bercanda?” tanya Adrian. “Untuk apa aku bercanda. Aku memang salah, sudah membuat kamu menunggu, dan membuat kamu hampir setres karena aku tidak melakukan kewajibanku padamu. Jadi, malam ini izinkan aku untuk memberikannya padamu. Memberikan semua hak mu malam ini,” bisik Kinan dengan mesra. “Yakin?” tanya Adrian. “Yakin, bersihkan badan kamu dulu, aku siapkan minuman hangat untuk kamu,” ucap Kinan. “Ehm ... baiklah, aku ke kamar mandi dulu,” ucap Adrian. Adrian semakin bingung, malam ini Kinan mungkin akan benar-benar mau menjalankan kewajibannya pada dirinya. Tapi, hati Adrian ada yang mengganjal. Dia masih merasa sangat bersalah pada istrinya karena kejadian minggu lalu di hotel, dan malam ini. “Apa aku harus jujur pada Kinan, soal kemarin?” gumam Adrian. Adrian melepas bajunya. Dia mulai mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Pikirannya masih saja tertuju pada kejadian kemarin. Ingin rasanya dia jujur pada Kinan, soal wanita malam yang minggu kemarin ia sewa, dan gadis yang bernama Tia, yang baru saja ia tolong tadi. “Apa aku harus jujur? Lebih baik aku jujur saja, daripada nanti akan jadi masalah di kemudian hari,” gumam Adrian. Selesai membersihkan diri, Adrian keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuknya di pinggang. Dia bertelanjangg dadaa, mendekati Kinan yang sedang mengambilkan baju tidurnya. Adrian menerima baju yang Kinan ambilkan, dan langsung memakainya. Kinan memberikan teh hangat untuk Adrian, dan meminta handuk Adrian untuk ia taruh di tempatnya lagi. “Kinan, bisa kita bicara sebentar?” ucap Adrian. “Iya, mau bicara apa, Kak?” tanya Kinan. “Sini duduk.” Adrian mengajak Kinan duduk di tepi ranjang. Kinan duduk di sebelah Adrian. Menetap Adrian yang raut wajahnya tidak seperti biasanya. Malam ini, Adrian terlihat sedikit bingung, itu yang Kinan lihat sekarang. “Mau bicara apa, Kak? Sepertinya serius sekali?” tanya Kinan. Adrian menatapa istrinya yang sedang mendongak menatap wajahnya. Adrian menggenggam tangan Kinan, dan menciumnya. Dia juga mencium kening Kinan. “Kinan, kamu yakin sudah siap malam ini?” tanya Adrian. “Iya, aku siap, Kak. Aku siap untuk melayani kamu, maafkan aku yang sudah membuat kamu menunggu selama ini. Mungkin, kamu tidak percaya kalau aku sudah mau untuk melakukannya. Dan, mungkin selama aku tidak memberikan hak kamu, kamu sudah mencoba mencari pelampiasan lain. Aku yang salah, Kak. Kamu tidak salah kalau kamu mencari pelampiasan lain di luar sana. Tapi, aku mohon, jangan seperti dulu lagi. Aku milik kamu malam ini. Aku tidak peduli kamu kemarin-kemarin saat aku belum bisa memberikan hak kamu, kamu mecari pelampiasan di luar, karena itu mutlak kesalahanku, Kak,” ucap Kinan. “Kenapa kamu bilang seperti itu, Kinan?” tanya Adrian. “Kakak tidak mau jujur?” ucap Kinan dengan menatap Adrian yang Kinan tahu, kalau suaminya sedang menyembunyikan kebohongan pada dirinya. “Jujur? Jujur apa maksud kamu?” tanya Adrian. “Jujur soal diri kakak, mungkin selama ini kakak pernah mencari pelampiasan di luar karena aku selama enam bulan nganggurin kakak,” jawab Kinan. Adrian terdiam, dia tidak mengerti kenapa istrinya tiba-tiba bicara seperti itu. Seperti tahu kalau dirinya sudah membohonginya. “Mungkin firasat seorang istri pada suami itu kuat, seperti Kinan malam ini. Dia seperti tahu kalau aku sedang membohongi dirinya,” gumam Adrian. Adrian menarik napasnya dengan berat. Dia berusaha mengatur napasnya dengan perlahan, dan ingin menceritakan pada Kinan yang sebenarnya terjadi akhir-akhir ini pada dirinya di luar sana. “Kinan, boleh aku jujur?” tanya Adrian. “Iya, boleh, Kak,” jawab Kinan. “Maafkan aku. Mungkin aku bukan suami yang baik untuk kamu, Kinan. Maafkan aku, a—aku sudah mengkhianati pernikahan kita. A—aku ... aku sudah ....” ucapan Adrian terhenti, menahan sesak di dadanya karena dia tak kuasa menahan rasa takut, takut Kinan marah dan meninggalkan dirinya. “Aku sudah tahu, kamu pernah melakukannya dengan wanita lain, kan? Malam itu, saat aku menunggumu di teras sampai malam. Saat malam aniv kita yang ke enam bulan. Kamu melakukannya dengan perempuan lain?” ucap Kinan dengan mata berkaca-kaca, menahan air matanya yang akan terjatuh. Dia yakin suaminya waktu itu bersama perempuan. Tanda merah di d**a Adrian saat itu masih terekam jelas di matanya hingga sekarang. Kinan juga melihat bekas bibir yang ada di kemeja suaminya. Dia masih menyimpan kemeja itu, Kinan belum mencucinya, karena itu untuk bukti saat mempetanyakan masalah itu pada suaminya. “Kamu tahu semua itu? Kamu tahu itu dari siapa, Kinan?” tanya Adrian. “Dari sini, dan dari d**a kamu yang ada beberapa kissmark,” jawab Kinan dengan memberikan kemeja Adrian yang belum ia cuci dari setelah Adrian memakainya itu. “Itu kemeja sengaja belum aku cuci. Aku ingin mempertanyakan ini pada kamu saat setelah itu, tapi aku tidak ingin ribut, aku pun salah. Adanya kamu seperti ini juga karena aku, Kak. Malam ini, lupakan semua itu, aku akan menjadi milikmu seutuhnya. Dan, aku mohon, jangan pernah lakukan ini lagi,” ucap Kinan. “Maafkan aku, Kinan. Aku memang bersama wanita malam itu. Tapi, aku sama sekali tidak menyentuhnya, hanya memakai tangan dan mulut dia. Maafkan aku yang sudah menyakitimu lagi. Maafkan aku, Kinan,” ucap Adrian dengan berlutut di depan Kinan. “Entah menyentuh atau tidak, itu hanya kamu dan wanita itu yang tahu. Aku marah, aku kecewa, dan aku ingin sekali melampiaskan kemarahanku saat itu pada kamu. Tapi, aku sadar, aku pun salah. Aku yang membuat kamu seperti itu. Aku yang lebih dulu memulai, membuat kamu seperti ini. Membuat kamu kembali ke dulu lagi. Dan, mulai malam ini, aku tidak ingin semua itu terjadi lagi, Kak. Aku tidak ingin kamu kembali seperti dulu. Aku berusaha semaksimal mungkin, menghilangkan rasa takut itu. Membuang semua rasa takut yang terus menghantuiku. Aku mohon, aku mencintaimu, aku tidak mau kehilangan Adrian untuk kedua kalinya. Jangan kembali seperti dulu, Kak,” ucap Kinan dengan berlinang air mata di depan suaminya. Adrian memeluk Kinan. Menangis menyesali perbuatannya kemarin. Dia tidak menyangka kalau sehari setelah itu Kinan tahu soal dirinya dengan wanita lain. “Ya, aku tidak akan mengulanginya lagi, Kinan. Tapi, ada satu hal yang harus kamu tahu,” ucap Adrian. “Apa itu, Kak?” ucap Kinan. “Aku baru menolong seseorang. Gadis, usianya baru delapan belas tahun. Tadi aku menemuinya di Bar. Maaf, aku ke bar karena aku pusing. Apalagi masalah dengan  Rio dan Andrew. Tadinya aku ingin menyewa wanita lagi pada seorang mami. Ya, dia memberikan aku gadis itu. Lalu aku membelinya pada maminya,” jelas Adrian. “Lalu kamu melakukannya?” tanya Kinan dengan menjauhkan tubuhnya dari Adrian. Ternyata suaminya berulah lagi seperti itu. Padahal Kinan baru saja memaafkan Adrian. “Tidak. Aku hanya menolongnya. Menolong dia, supaya dia tidak lagi terjebak dalam jeratan maminya. Kasihan dia dijual ayah tirinya. Ibunya baru saja meninggal, dia baru lulus SMK, dan ijazah pun belum di ambil, karena dia tidak memiliki uang. Ayah tirinya menjual dia pada mami-mami germoo. Aku kasihan saja, aku tolong dia, dan sekarang dia aku sewakan apartemen. Besok kalau kamu mau, temani aku menemuinya. Dan, mungkin kamu bisa memberikan pekerjaan untuk dia sebagai karyawan di butik kamu, atau di mana. Kasihan dia, masih muda kalau dia terjun di dunia hitam. Dan, satu lagi. Aku melihat dia ketakutan saat aku bawa tadi, seperti saat aku melihat kamu ketakutan saat aku sekap kamu karena urusan sepeda motorku.” Adrian menjelaskan semuanya pada Kinan tanpa ia tutup-tutupi lagi. Dia tidak mau ada kesalahpahaman lagi dengan istrinya. “Yakin kamu tidak menyentuhnya?” tanya Kinan. “Demi Allah, tidak! Aku tidak menyentuhnya, Kinan. Aku murni menolong dia,” jawab Adrian dengan sungguh-sungguh. “Iya, aku percaya. Tapi, tolong jaga kepercayaanku, Kak. Aku mohon jangan kembali seperti dulu. Aku ingin Kak Adrianku hanya untukku,” ucap Kinan. “Iya, aku hanya untuk kamu, Sayang. Maafkan aku, aku sudah membuat ulah di dalam rumah tangga kita. Aku janji, tidak akan mengulanginya, Sayang, aku janji,” ucap Adrian. “Pegang janji kamu, Kak. Karena, janji itu perlu  bukti, dan mulai sekarang, buktikanlah. Aku pun akan membuktikan, malam ini aku sudah siap untuk kamu sentuh,” ucap Kinan. Adriang mengusap kening Kinan, dan mencium puncak kepalanya. Malam ini, Adrian berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan berulah lagi, dan menyakiti Kinan lagi. “Boleh aku melakukannya?” tanya Adrian. Hanya anggukkan kepala Kinan dan seulas senyum manisnya yang menjawab permintaan Adrian. “Terima kasih, Sayang,” ucap Adria. Adrian mengecup bibir Kinan dengan lembut. Melumatnya, dan tangannya memberikan sentuhan lembut di lengan Kinan. Tangan kanannya mengusap tengkuk Kinan dengan lembut, dan cimuannya semakin turun ke bawah, ke lehar Kinan. Mengecupnya dengan perlahan, dan lembut. Kinan semakin menikmati sentuhan Adrian. Dia merasa nyaman dengan perlakuan Adrian yang sekarang. Rasa takut itu sudah tidak lagi menyerang dirinya. “Aku harus bisa. Aku tidak mau Kak Adrian terjerumus lagi ke dalam dunia hitam yang penuh dosa. Aku pun akan menanggung dosanya, jika aku terus takut, dan tidak mau melayani suamiku. Mumpung belum terlanjur jauh Kak Adrian bermain wanita di luar sana. Aku harus bisa memberikan semuanya pada suamiku. Dia milikku, dia hakku, dan aku tidak boleh terus-terusan takut. Adrian lelaki yang baik,” gumam Kinan. Adrian merebahkan Kinan. Menindih tubuh Kinan dan terus mengecup leher Kinan dengan penuh kelembutan. Kinan memeluk suaminya, merasakan getaran cinta yang sudah membuat tubuhnya pasrah dalam rengkuhan suaminya. Deru napas beradu di dalam kamar mereka. Lenguhan kecil dari bibir Kinan, membuat Adrian semakin semangat untuk melanjutkan permaiannya. Adrian terus menaik turunkan badannya di atas Kinan. Rintihan Kinan adalah nyanyian merdu yang Adrian rindukan selama enam bulan. “Kak ...,” ucap Kinan di sela-sela napasnya yang terengah-engah. “Iya, Sayang.” Adrian menghentikan gerakannya sebentar, merasakan milik Kinan berdenyut menggapit miliknya. “Love You ...,” bisik Kinan. “Love you too, Sayang.” Adrian mengulum bibir Kinan, dan memberikan lumatan lembut. Kinan membalas kecupan Adrian dengan penuh gaiirah. “Ayo ... kok berhenti?” ucap Kinan dengan manja. “Iya, aku lanjutkan, ya?” ucap Adrian. Kinan hanya menganggukkan kepalanya, menatap Adrian dengan tatapan sayu. Bibir bawahnya ia gigit sambil merasakan hujaman Adrian yang membuat dirinya semakin melayang. Tubuh Adrian terkulai lemas di atas tubuk Kinan. Kinan mengusap kepala Adrian yang ada di atas dadanya, dan mengecup puncak kepalanya. “Terima kasih, Sayang,” ucap Adrian. Adrian mengecup lembut bibir Kinan. “Iya, Sayang,” jawab Kinan membalas kecupan Adrian. Kinan merasa lega, dirinya sudah tidak takut. Meski tadi sempat kecewa karena suaminya berulah lagi, tapi dia menyadari semua itu adalah kesalahannya. Karena, dia tidak melayani suaminya di atas ranjang selama enam bulan setelah menikah. “Aku kecewa, memang kecewa mendengar kejujuran kamu, Kak. Tapi dibalik kecewaku, aku juga sangat merasa bersalah sekali, membiarkan kamu mencari pelampiasan sendiri, dan membiarkan kamu masuk ke dalam dunia hitam kamu lagi. Mulai malam ini, aku tidak akan membiarkan kamu masuk ke dalam dunia itu lagi. Aku akan membuat kamu bahagia, sebisa ku dan aku akan menjadi istri kamu seutuhnya. Aku janji itu,” gumam Kinan. Adrian masih memeluk istrinya. Mereka masih berada di dalam selimut tebal. Tubuhnya hanya tertutup selimut, dan belum mengenakan pakaiannya. “Besok mau menemani aku menemui gadis itu, kan?” tanya Adrian. “Iya, besok aku akan menemani kamu,” jawab Kinan. “Dia akan ambil ijazahnya dulu, nanti kalau dia sudah menghubungiku, kita ke apartemennya,” ucap Adrian. “Oke,” jawab Kinan. “Oh iya, Kak. Gimana kalau dia kerja di perusahaan kamu?” saran Kinan. “Dia hanya lulusan SMK, aku carinya laki-laki, Kinan. Biar bisa enak jadi asistenku,” ucap Adrian. “Iya aku tahu, tapi kamu selalu di khianati oleh rekan kerjamu, kan? Dulu Andrew, saat dia menjadi asisten kamu, sekarang Rio, sepupu Andrew malah. Dia malah pergi, kan? Memang kenapa kalau perempuan? Takut kegoda, ya?” ucap Kinan. “Bukan gitu, perempuan itu kasihan kalau aku sampai suruh dia pulang malam, ya kan aku tidak pasti kalau pas nemuin klien agak sorean, pasti sampai malam,” jelas Adrian. “Kenapa enggak di butik kamu saja?” tanya Adrian. “Butik sudah penuh, Kak. Apalagi butik sedang sepi,” jawab Kinan. “Nanti kita lihat dulu bagaimana nilai di ijazahnya,” ucap Adrian. “Mandi yuk,” ajak Adrian. “Gendong ke kamar mandinya,” pinta Kinan dengan manja. “Sini aku gendong,” ucap Adrian. “Aku tapi enggak mandi, mau bersih-bersih aja,” ucap Kinan. “Kenapa?” tanya Adrian. “Dingin,” jawabnya manja. “Apa kamu tidak ingin lagi?” tanya Kinan. Adrian menghentikan langkahnya yang akan masuk ke kamar mandi dengan menggendong istrinya. Dia melihat wajah istrinya yang menggemaskan. “Memang kamu mau lagi?” tanya Adrian. “Malah tanya balik, kalau kakak mau aku mau juga,” jawabnya. “Oke, kita satu kali lagi. Lihat tuh masih tegang.” Adrian membawa istrinya ke tempat tidur lagi. Kinan tergelak merasakan geli di perutnya, karena Adrian menggelitiki perutnya. Malam ini, Adrian melakukannya hingga berkali-kali. Setelah liburan panjang selama enam bulan, dia kembali merasakan bercinta yang sesungguhnya dengan wanita, yang tak lain adalah istrinya sendiri. “Terima kasih, Kinan. Aku akan menjaga utuh keluarga ini, tidak ada wanita lain lagi selain kamu, Sayang. Aku janji itu. Janji,” gumam Adrian, dengan memeluk tubuh Kinan yang tidur di sebelahnya. Adrian mengeratkan pelukannya pada istrinya, dan mencium keningnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD