Bab 13 - CLBK

1858 Words
Kinan masih menemani suaminya di kantor. Dia juga membantu Adrian untuk mengajari Tia yang sekarang menjadi sekretaris pribadi Adrian. Lumayan cekatan kerjanya, dan cepat mengerti dengan apa yang Kinan dan Adrian ajarkan padanya. Tapi, perasaan mengganjal di hati Kinan masih ada, karena Tia selalu menatap Adrian dengan tatapan yang tidak tahu apa artinya. “Pak Adrian mau kopi?” tanya Tia. “Kopi? Boleh,” jawab Adrian. “Cuma suami aku saja yang kamu tawari?” tanya Kinan. “Ehm, Bu Kinan mau juga?” tanya Tia. “Iya, jangan terlalu banyak gulanya, aku dan suamiku enggak suka manis soalnya,” jawab Kinan. “Baik,” ucap Tia. Tia langsung ke pantry untuk membuatkan kopi untuk Adrian dan Kinan. Tia senang sekali, dia bekerja langsung menjadi asisten pribadi Adrian. Tidak menyangka kalau dirinya akan memiliki posisi kerja yang bagus saat ini. Dari kecil hidupnya sudah sengsara, setelah bertemu Adrian, hidupnya berubah drastis seratus delapan puluh derajat. “Aku banyak utang budi sama Pak Adrian dan Bu Kinan. Mereka orang yang baik, padahal aku ini perempuan yang enggak baik. Tapi, mereka mau membantu aku keluar dari jeratan Mami Rissa,” gumam Tia. Tia kembali ke ruangan Adrian. Dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu ruangannya. Lagi-lagi dia melihat Adrian yang sedang bermesraan dengan istrinya. Tia hanya menghela napasnya, merasakan geli melihat Adrian yang sedang berciuman dengan istrinya dengan penuh gairaah. “Gak kenal tempat mereka. Ada kesempatan nyosor terus. Sepertinya Pak Adrian nafsuan sekali orangnya,” gumam Tia. Tia mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan. Menarik napasnya dengan perlahan, lalu mengeluarkannya dengan perlahan juga. “Permisi ....” Tia mengetuk pintu ruangan, padahal dia posisinya sudah di dalam. Adrian langsung melepaskan ciuamannya dengan Kinan. Tia berjalan ke arah meja kerja Adrian, menaruh kopi untuk Adrian dan Kinan. “Saya permisi keluar, Pak. Mau belajar lagi,” ucap Tia. “Iya, silakan. Oh iya, ini kamu juga perlu mempelajari ini. Kamu catat poin yang penting, yang harus selalu kamu ingat,” tutur Adrian. “Baik, Pak,” jawab Tia. Tia langsung keluar dari ruangan Adrian. Gadis yang bertubuh sintal dan agak seksi itu keluar dari ruangan Adrian. Ya, Tia memang memiliki postur tubuh yang bagus. Bokongnya bulat, dan sedap untuk di pandang. Dia juga memiliki payudaraa yang seksi. Apalagi kalau memakai baju yang cukup ketat. Memakai baju biasa saja sudah terlihat seksi sekali di bagian payudaranya. Tia duduk mempelajari beberapa dokumen yang Adrian berikan tadi. Dia mempelajari dengan teliti. Satu persatu ia pelajari sampai ia paham. Tia sedikit terjingkat, karena ada seorang laki-laki berada di depannya. Dia sedang serius mempelajari beberapa dokumen, jadi dia sedikit kaget saat pria itu berdehem. “Ehm ... maaf, ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Tia. “Kamu siapanya Adrian? Sekretaris baru?” tanya Pria itu. “I—iya, Pak. Saya sekretaris baru Pak Adrian. Baru kerja hari ini, bapak mau bertemu Pak Adrian?” jawab Tia dengan kembali bertanya pada laki-laki yang mungkin seumuran dengan Adrian. “Aku pernah melihat kamu, tapi di mana, ya?” ucap laki-laki tersebut dengan berpikir, di mana dia bertemu dengan Tia. “Bapak salah lihat mungkin?” jawab Tia. “Di Bar. Iya, kan? Kamu bukannya anak buah Mami Rissa? Kok bisa ke sini? Atau jangan-jangan kamu sebenarnya simpanan Adrian? Parah sekali, penyakitnya enggak sembuh-sembuh,” ucap Andrew. Ya, laki-laki itu adalah Andrew. Entah untuk apa ia datang ke kantor Adrian, dan kenapa dia bisa tahu soal Tia, kalau Tia adalah anak buah Mami Rissa. “Bapak mau bertemu dengan Pak Adrian?” tanya Tia. “Iya, aku mau bertemu dengan bos kamu yang suka main perempuan itu. Bilang saja, Andrew menunggunya di depan,” jawab Andrew. “Baik, Pak. Silakan bapak tunggu di sana, saya bilang sama Pak Adrian dulu,” ucap Tia. Tia langsung menelefon Adrian, memberitahukan kalau ada Andrew yang menunggunya di luar. “Pak, ada Pak Andrew yang mencari bapak.” “Andrew? Suruh dia masuk, Tia.” “Baik, Pak.” Tia mengakhiri panggilannya. Dia langsung memanggil Andrew yang sedang duduk dengan menyilangkan kakinya. Menatap intens Tia, dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Pak Adrian menunggu bapak di dalam,” ucap Tia. Andrew hanya tersenyum. Dia langsung mendekati Tia, menatap Tia dengan tatapan m***m. Apalagi saat melihat bagian dadaa Tia yang sedikit membusung. “Hei Nona, sudah berapa kali kamu dipakai Adrian? Kasihan dia, menikah tidak pernah di beri istrinya. Bagus deh, jajan sama kamu. Enggak sia-sia Adrian punya kamu yang seksi gini. Bisa aku pakai juga kan, kamu? Aku biasa bertukar wanita dengan Adrian. Berapa sewamu semalam?” Andrew berkata dengan memperlihatkan tatapannya yang penuh dengan nafsu. “Jangan sembarangan kalau bicara, Pak! Saya belum pernah melakukan apapun dengan Pak Adrian. Pak Adrian dan Bu Kinan orang yang sangat baik. Saya tidak pernah melakukan apa pun dengan Pak Adrian, justru Pak Adrian yang melepaskan aku dari jeratan Mami Rissa, dan memberikan aku pekerjaan yang baik!” Tia berkata dengan sangat emosi. Tidak menyangka laki-laki itu menjelekkan bosnya yang sudah baik sekali dengan dirinya. “Wah, sangat sopan sekali anda bicara dengan tamu! Tidak punya etika. Ya, bagaimana punya etika, orang mantan pelacurr,” ucap Andrew. Plak!!! Tia menampar Andrew. Entah kenapa dia berani menampar tamu bosnya itu. Sudah habis kesabaran Tia, jadi dia berani menampar Andrew. “Kamu berani menampar saya?” geram Andrew. “Karena ucapan anda sudah kelewat sopannya, Pak Andrew!” jawab Tia. “Baiklah, tidak masalah, aku ditampar perempuan seseksi kamu,” ucap Andrew dengan senyuman yang sarkas. Adrian dan Kinan masih tidak mengerti, kenapa Andrew masih berani datang ke kantornya. Padahal saat itu, mereka berdebat sampai Adrian hilang kendali dan memukul wajah Andrew. Semua itu karena masalah Rio. Adrian tidak mengerti apa maksud kedatangan Andrew saat ini. “Mana nih orang, gak masuk-masuk?” tanya Adrian. “Lagian ngapain dia ke sini lagi, Kak?” ucap Kinan. “Mana kakak tahu, Sayang ...,” jawab Adrian. “Kak, mungkin akan bicara soal Rio, atau mungkin akan membuat keributan di sini?” ucap Kinan. “Aku tidak tahu, tunggu saja biar dia masuk dulu, dan bilang tujuannya untuk apa menemuiku lagi,” ucap Adrian. Pintu ruangan Adrian terbuka, setelah mendengar ketukan dari luar. Tia mempersilakan Andrew masuk ke dalam ruangan Adrian. Andrew langsung berjalan mendekati Adrian yang sedang duduk dengan Kinan di Sofa. “Ada apa kamu ke sini, Ndrew?” tanya Adrian. “Ingin ke sini saja. Aku hanya tidak ingin kita ribut lagi, Yan. Kita kan sudah sahabatan dari dulu. Masalah Rio, aku minta maaf banget, kalau dia sampai seperti itu sama kamu,” ucap Andrew. “Tidak usah basa-basi, Ndrew. Tujuan kamu mau apa? Aku sudah sulit untuk percaya dengan kamu lagi. Kenapa kamu sampai seperti itu?” ucap Adrian. “Kenapa? Kamu pikir saja sendiri, Yan. Oh ya, sekretaris baru? Anak buahnya Mami Rissa, kan? Hebat kamu, masih saja seperti dulu. Enggak kasihan sama bininya?” ucap Andrew dengan senyum sarkastik mentapa Adrian dan Kinan secara bergantia. “Jaga ucapan kamu! Dari mana kamu bisa tahu dia anak buah Mami Rissa?!” tanya Adrian dengan emosi. “Dari mana? Seperti tidak tahu Andrew saja. Ada barang baru aku pasti tahu. Tapi, aku selalu saja terlambat, kamu mendapatkannya lebih dulu. Kamu dari dulu selalu mendahuluiku, Adrian!” jawab Andrew. “Apa tujuan kamu ke sini? Katakan! Jangan berbelit!” tegas Adrian. “Aku ke sini, Cuma ingin lihat kamu yang sekarang. Bagaimana keadaannya dengan perusahaan yang sedang terombang-ambing. Kehilangan kepercayaan dari klien, dan mungkin sebentar lagi akan tumbang,” jawab Andrew. “Dengar, kamu! Ini semua karena kamu dan sepupu kamu! Pergi dari sini!” Kinan yang sudah tidak bisa membendung amarahnya, dia langsung mengusir Andrew. “Oh, tenang Kinan. Kamu masih mau dengan laki-laki kotor seperti dia? Masih sering jajan perempuan di luar, bahkan sekretarisnya saja wanita malam? Pasti dia pakai untuk melampiaskan hasratnya yang setiap hari maunya bercinta!” ucap Andrew dengan sarkas. “Jaga mulut kamu! Aku tahu suamiku tidak seperti itu!” ucap Kinan. “Hei, kamu anak baru kemarin sore. Aku yang lebih tahu suamimu. Apa kamu lupa, dengan kejadian dulu? Kita berbagi wanita, aku juga masih belum percaya kalau Kinan anak kandungnya. Aku ikut andil dalam pembuatannya! Menjijikan bukan, suami kamu?” ucap Andrew. “Aku bilang diam! Jangan bawa-bawa yang dulu! Aku tahu suami aku memang seperti itu, tapi tidak untuk sekarang!” tegas Kinan. “Pergi!” usir Kinan dengan mendorong tubuh Andrew. “Kinan, sudah, percuma kamu mengurusi dia.” Adrian meraih tubuh Kinan dan memeluknya. “Hah ... sok romantis dengan istri, tapi di luar main-main dengan wanita. Lebih mencengangkan, wanita simpanannya malah dijadikan sekretarisnya. Di rumah dengan istri, di kantor dengan simpanan. Lengkap sekali,” ucap Andrew dengan sinis. “Keluar kamu dari sini!” usir Adrian. “Tidak usah kalian usir, saya akan keluar dari sini. Tenang saja,” jawab Andrew. Andrew melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan Adrian. Dia menghentikan langkah kakinya. Menoleh ke arah Adrian sebelum keluar dari ruangannya. “Oh iya, berapa sewa semalam sekretarismu itu? Boleh lah, aku merasakan dia. Kan kita sering berbagi wanita? Berapa? Aku sewa boleh?” ucap Andrew. “Diam kamu bajingann!” teriak Adrian. Andrew keluar dengan meninggalkan senyum yang sarkastis di depan Andrian. Andrian tidak menyangka kalau Andrew tahu soal Tia. Adrian tahunya Cuma dia orang yang pertama dengan Tia. Tapi, ternyata Andrew sudah tahu lebih dulu. “Kamu yang sabar, Kak,” ucap Kinan dengan mengusap punggung suaminya. “Kamu percaya dengan ucapan Andrew?” tanya Adrian. “Sama sekali tidak, Kak. Aku percaya dengan kamu. Dan, aku yakin Tia wanita baik-baik,” jawab Kinan. “Terima kasih, kamu sudah percaya dengan aku, Kinan. Aku tidak tahu kalau Andrew sudah tahu Tia lebih dulu. Tante Marissa bilang dia anak baru, dan masih belum di apa-apakan dengan orang lain. Dia masih gadis katanya, tapi kenapa Andrew bisa tahu?” Adrian bertanya-tanya soal Andrew yang mengenal Tia, dan tahu kalau Tia adalah anak buah Tante Marissa. “Ya kalau mau lebih jelasnya tanya Tia saja, kenal enggak Tia sama Andrew, pernah enggak sama Andrew. Gampang, kan? Sudah jangan dipikirkan lagi, Kak. Kamu harus konsentrasi dengan pekerjaan kamu, jangan hiraukan Andrew, Kak,” ucap Kinan. “Terima kasih, Sayang. Kamu memang yang terbaik,” ucap Adrian. "Pokoknya, jangan pikirkan ucapan Andrew. Kamu harus fokus dengan kantor. Kita berjuang bersama lagi ya, Kak? Masalah Tia, yang penting dia di sini bekerja dengan baik. Kamu boleh tanya soal masalah Tia di Bar bagaimana, tapi kamu juga harus bicara baik-baik, biar tidak menyinggung perasaannya," tutur Kinan. "Iya, Sayang. Sekali lagi, terima kasih. Kamu sudah sabar dengan aku, kamu sudah menemani aku, menggenggam erat tanganku saat aku dalam keadaan seperti ini. Aku mencintaimu, Kinan. Kamu kekuatan aku saat ini," ucap Adrian. "Itulah suami istri, Kak. Harus saling menguatkan saat salah satu dari kita akan terjatuh. Aku akan selalu mendampingi kamu, Kak. Dalam keadaan apa pun, aku janji itu," ucap Kinan. Adrian memeluk Kinan. Dia tidak tahu harus berkata apalagi selain kata terima kasih pada Kinan. Dia seperti mendapatkan kekuatan lagi karena Kinan. "Aku janji, aku tidak akan berulah lagi yang nantinya akan menyakitimu. Hanya kamu yang bisa menguatkan aku saat ini, Kinan. Hanya kamu," gumam Adrian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD