5

1528 Words
Raina menatap nanar dua gundukan tanah yang kini telah ditumbuhi rumput hijau yang rapi . Ia meletakan dua buket bunga lili putih kesukaan bundanya diatas dua gundukan tanah itu . Pemakaman kedua orangtuanya memang sengaja di Jakarta , tempat kelahiran asal mereka . Dan agar lebih mudah untuk dikunjungi .  Dua pria disampingnya berjongkok didekat Raina sambil menepuk pundaknya seraya menenangkan . Mereka sama-sama memanjatkan doa kemudian pergi . Dari jauh seorang pria berbaju serba hitam menyeringai saat menatap Raina . " Seneng-seneng aja selagi lo bisa Na . Sampe saatnya lo bakal kehilangan orang yang lo cintai sama seperti gue dulu ." Ucapnya . Sebelum ke Cafe , Raina , Vano dan Erik makan ketoprak favorit mereka di taman komplek sambil sesekali bercanda . " Kelakuan pacar lo noh ." Vano mengarahkan dagunya kearah tiga orang cowok yang lagi main basket di lapangan taman itu . Tapi yang menggelikan adalah Billy yang membuka bajunya sehingga memperlihatkan perut kotak-kotaknya dan malah mengikat bajunya di kepala . Mirip sama Marsya and the bear . Erik sampe tersedak ketupatnya karena kaget ngeliat penampilan Billy sekarang . Untung aja perut Billy kotak-kotak , coba kalo buncit . Tambah malu yang ada . Raina mengusap wajahnya dengan kasar . Kelakuan pacarnya itu memang ajaib tapi pandangan cewek-cewek disekitar sini yang emang lagi jogging pun membuat panas hati Raina . Tapi bukan Raina namanya kalo terang-terangan menunjukan kecemburuannya . Merasa diperhatikan , Billy menoleh kearah Raina dan melambaikan tangannya dengan senyum seakan gak bersalah . Ia pun berlari menghampiri Raina dan meninggalkan Glen dan Ryan yang kembali saling merebut bola basket kemudian melemparkan masuk ke ring . " Eh ada bebep ." Sapa Billy dengan cengiran khasnya yang sejujurnya mampu membuat Raina meleleh . Sayangnya ia sedang kesal dengan cowok ini karena sengaja memamerkan perut kotak-kotaknya itu . " Minggir lo sana . Bau keringet ." Ucap Raina sambil menggeser duduknya tapi Billy malah semakin mendekati Raina hingga cewek itu terpojok di batang pohon mangga . Raina berdecak dan melotot ke Billy yang masih cengar cengir . " Pake baju lo ! Gue gak tanggung jawab kalo pulang dari sini lo diculik cabe-cabean !" Billy tergelak ngeliat tampang kesel Raina yang jelas-jelas sedang cemburu itu ." Gue sadar kok badan gue emang menggoda iman . Gue sih dengan senang hati mempersembahkan pertama kali buat elo Na ." Ucapnya sambil cekikikan yang langsung dihadiahi toyoran dari Vano dan Erik . " Macem-macem gue bunuh lo ." " Nyentuh adek gue sedikit aja gue kebiri lo ." Billy menelan ludah mendengar ancaman kedua cowok disampingnya ini . Kemudian malah nyengir lagi ." Selow selagi belom halal . Tapi kalo udah halal gapapa kan ?" Raina memutar bola matanya ." Sekolah aja dulu yang bener . Malu kali sama anaknya nanti kalo bapaknya pas SMA nilainya pas-pasan ." Billy mencebikkan bibirnya ." Gapapa yang penting ganteng nanti anaknya juga ganteng ." Ucapnya dengan senyum percaya diri . " Tapi bloon ." Sahut Raina , Vano dan Erik berbarengan bikin Billy cemberut lagi . " Udah ah yok bang balik abis ini ke Cafe ." " Loh jaga Cafe lagi Na ?" Billy mengerutkan keningnya karena merasa masih kangen sama pacarnya ini walaupun mereka bertemu tiap hari . Bahkan Billy tinggal jalan kaki kerumah Raina jika rindu gadis itu . " Itu jadwal gue setiap weekend sayang ." Ucap Raina dengan sangat terpaksa tapi cukup membuat wajah Billy memerah . " Oke ntar malem gue kesana sama Ryan dan Glen . Lo yang mesti layanin ya ." Ucap Billy dengan bersemangat . " Halah kerjaan lo cuma gangguin Raina kerja aja nantinya ." Erik menjitak kepala Billy . " Yeee gapapa lah biar Raina makin semangat ya ." Billy mengedipkan sebelah matanya kearah Raina , Raina malah menatap jijik . " Cacingan lo ?" Ucap Raina kemudian melangkah pergi duluan diikuti Vano dan Erik . Billy tersenyum . Walaupun Raina jutek begitu tapi dia sayang . Sekitar jam 1 siang Raina sudah berada di green cafe milik Erik yang berada dipusat jakarta . Gadis itu memakai topi warna hijau tosca yang digunakan sebagai seragamnya . Tapi karyawan yang lain memakai baju seragam kecuali Raina karena ia gak mau pake baju baby doll seperti itu ditambah Billy yang suka kesini setiap ia yang jaga , pasti cowok itu bakal ketawa sampe perutnya sakit kalo liat Raina pake seragam Cafe ini . Lagian Erik ada-ada aja nyari seragamnya kayak gitu , katanya biar keliatan lucu dan menggemaskan tapi menurut Raina malah menjijikan . Ia saja sampe gak minat sama sekali . Untunglah ia hanya tenaga bantu tambahan disini sehingga gak perlu pake seragam aneh itu . " Hey !" Sapa seseorang bermata biru yang selalu mengingatkan Raina dengan sahabatnya waktu SMP . Sebenernya ia punya dua sahabat waktu SMP di Bandung . Seira dan Radit . Seira jelas meninggal hampir tiga tahun silam karena kecelakaan itu sementara Radit juga menghilang sejak menjelang kelulusan mereka di SMP tanpa kabar setelah pergi ke Jerman untuk mengobati penyakit jantung bawaannya yang semakin parah saat itu . Hingga Raina lulus SMP pun ia gak pernah denger kabar soal Radit lagi . Ada yang bilang Radit sudah meninggal tapi ia gak percaya sebelum mendengar langsung dari orangtua Radit yang sama menghilangnya . Mereka semua seperti ditelan bumi . Padahal Radit adalah sahabat yang baik dan pasti akan menghibur Raina saat gadis itu depresi pasca kecelakaan yang dialaminya . " Hey . Hello ." Pria yang dulu mengenalkan dirinya sebagai Tama itu melayangkan tangannya didepan mata Raina yang sedang melamun . " Eh iya Tam . Sorry . Pesen apa ?" Tanya Raina sambil meletakan tangannya diatas mesin kasir untuk mengetik pesanan Tama . Tama nyengir ." Biasa lah . WhiteChino satu ya ." Ucapnya yang langsung Raina ketik . Kemudian gadis itu menyiapkan pesanan Tama . Setelah Tama menyerahkan uangnya baru Raina menyerahkan pesanan cowok itu . " Makasih ." Jawab Tama kemudian mencari tempat duduk dideket kaca seperti biasa . Perasaan Raina menghangat jika melihat kedua mata biru yang mirip Radit itu . Radit emang keturunan Jerman tapi dia sejak lahir sudah disini dan dia sama sekali gak busa bahasa Jerman . Makanya Raina sempet heran waktu denger Radit berobat ke Jerman untuk mengobati penyakitnya . Gak mungkin dia gak ngobrol kan disana ? Atau mungkin dia sudah belajar bahasa Jerman sebelum berangkat . Tama sudah sebulan ini menjadi pelanggan tetap di green cafe dan selalu Raina yang melayaninya . Sepertinya cowok itu hanya seminggu sekali kesini saat Raina bekerja tentunya karena pegawai lain gak pernah liat Tama kesini jika di hari biasa . Tama sendiri pernah cerita ke Raina kalo dia lagi kuliah jurusan kedokteran disalah satu universitas swasta di Jakarta . Jujur Raina kagum dengan cowok itu . Dia keliatan ramah dan pintar . Tapi tetep aja Raina hanya bisa kecantol dengan gaya tengilnya Billy dan tingkah bodoh pacarnya itu yang selalu bisa membuatnya tertawa lepas . " Kalo Billy tau ada pelanggan yang maunya dilayanin sama lo doang , gue pastiin dia bakal nongkrong disini dari lo mulai kerja sampe pulang ." Ucap Erik yang berdiri disebelah Raina sambil menatap keorang yang keponakannya itu tatap juga . Raina memutar bola matanya ." Jangan sampe dah . Yang ada gue malah makan ati digangguin dia mulu ." Erik terkekeh geli membayangkan gimana Billy yang selalu menggoda Raina . ..... " Sayanggg . Im coming ." Teriak seseorang dari arah pintu Cafe sambil berjalan cepat menghampiri Raina yang sedang membersihkan meja bekas Tama . Tepat setelah cowok itu pergi , Billy datang bersama Ryan dan Glen . Apa mereka sempet ketemu Tama didepan ? Tapi kenapa Raina mesti takut kalo mereka ketemu , toh mereka gak saling kenal dan Raina juga gak ada hubungan apa-apa dengan Tama . Walaupun sebenernya ia sendiri penasaran soal Tama . " Jangan gila deh ." Rainya menahan Billy agar gak makin mendekat dengan jari telunjuknya yang digunakannya untuk menahan kening Billy . Untung aja pelanggan di Cafe ini sudah terbiasa melihat kelakuan ajaib Billy , kalo gak mereka pasti bakal ngira Billy agak rada-rada . Billy mengerucutkan bibirnya dan ditertawai oleh kedua sahabatnya . " Lagian cepet banget datengnya . Katanya malem ?" Raina mengerutkan keningnya mengingat kalo Billy bilang akan kesini malamnya . " Gapapa kangen aja sama pacar . Yaudah bikinin minuman biasa ya bebep ." Ucap Billy sambil mencolek dagu Raina yang langsung dihadiahi pelototan cewek itu . " Biasa ? Apaan ? Aer kobokan ?" " Air tajin sayang . Lo lupa hmm ?" Balas Billy dengan nada gemasnya . Bikin Ryan dan Glen ngakak . Raina langsung melengos ke dalam untuk membuatkan pesanan ketiga pelanggan tak diundang itu . " Baru diomongin orangnya dah nongol ." Ucap Erik lagi sambil membantu Raina membuat Frapechino favorit ketiga orang itu . Khusus untuk Billy , krimnya paling banyak karena cowok itu suka . " Dia kan tuyul suka nongol tiba-tiba ." Celetuk Raina sambil menatap sebal kearah tiga orang yang sedang asik ngobrol itu . " Asal nongol di hati lo gak kayak tuyul juga ya . Kalo ilang tiba-tiba kan repot ." Ucap Erik lagi sambil berlalu pergi sebelum Raina mengamuk .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD