ILY 2

1766 Words
Keisya sangat senang sekali karena akhirnya Sean menepati janjinya untuk membawanya pergi jalan-jalan sesuai dengan janjinya. Senyuman khas Keisya terus mengembang diwajah cantiknya, tangannya juga tak pernah lepas menggandeng Sean yang ada di sampingnya. Ada yang mengira kalau mereka sepasang kekasih, tetapi tidak banyak juga yang mengira kalau mereka hanya sebatas Abang dan adik karena Keisya masih terlihat seperti anak-anak sekali. Terutama ketika Keisya meminta sesuatu pada Sean lalu bertingkah seperti anak-anak karena sifat manjanya itu. “Kamu mau apa lagi setelah ini?” Tanya Sean saat mereka baru saja selesai makan sesuai dengan keinginan Keisya. Mereka memilih salah satu mall sebagai destinasi mereka untuk jalan-jalan. Sean tidak merasa risih ketika Keisya menggandengnya dan bersikap manja, karena dia menganggap Keisya sudah seperti adiknya sendiri tidak lebih. Terserah orang mau menganggap apa, tetapi tidak dengan dirinya. “Nonton aja yuk Bang, aku udah lama nggak nonton.” Sean mengerutkan keningnya. “Bukannya kamu baru nonton sama Zayn ya?” Keisya menggelengkan kepalanya. “Beda dong Abang! Itukan aku nonton sama Zayn, ini aku mau nonton sama Abang. Jadinya beda.” Elak Keisya, Sean menghembuskan nafasnya kasar. Seharusnya ia tidak mengatakan itu pikirnya, karena Keisya akan mencari alasan lain untuk membuatnya mengikuti keinginan Keisya. “Yaudah terserah kamu aja, ayo.” Ucap Sean dengan pasrah. “Yeayyyy.” Pekik Keisya dengan kegirangan. “Ayo Bang.” Teriak Keisya dengan semangat sambil menggandeng pria itu. “Kei suaranya, jangan teriak-teriak. Ini bukan di rumah.” Kata Sean memperingati gadis itu. Setelah memesan tiket mereka memesan beberapa cemilan sebagai teman mereka untuk nonton di dalam. Setelah itu barulah mereka masuk ke dalam bioskop dan mengabiskan waktu hampir dua jam untuk menonton film tersebut sampai habis. Seperti biasa film tersebut hasil pilihan Keisya, ia memilih film romance untuk mereka tonton. “Bang, cowoknya tadi so sweet bangetkan bang. Aku jadi kepengen punya pacar kayak cowok tadi, abang kayak gitu dong sama aku.” Kata Keisya sambil menarik-narik baju Sean. “Abangkan bukan pacar kamu, jadi kenapa abang harus kayak gitu? Kamu cari dong yang kayak gitu.” Jawab Sean seperti biasanya membuat Keisya akhirnya jengkel karena Sean yang tidak peka dengan pembicaraannya. “Ahhh Bang Sean mah ga asyik banget!” Protes Keisya sambil menghentakkan kakinya. Lalu tiba-tiba matanya berbinar melihat sesuatu yang ada di depannya membuatnya kembali bersemangat. “Abang! Ayo kita kesana!” Ajak Keisya dengan semangat menunjuk penjual es krim. “Aku mau beli es krim.” Sean hanya pasrah aja ketika Keisya mulai membawanya ke tempat yang diinginkannya. “Mbak rasa coklatnya satu ya, Abang mau rasa apa?” Tanya Keisya pada Sean. “Kamu aja, abang kenyang.” Jawab Sean datar sambil mengeluarkan dompetnya untuk membayar. “Okedeh mbak satu aja yang banyak ya Mbak.” Kata Keisya dengan semangat. “Kasih tisunya yang banyak ya Mbak, kalau makan es krim suka belepotan.” Pesan Sean membuat pelayan tersebut tertawa membuat Keisya kesal. Sean memberikan uang lima puluh ribu guna membayar es krim Keisya setelah es krimnya sudah berhasil ditangan gadis itu. “Adiknya lucu Mas, manja banget sama Abangnya.” Kata pelayan tersebut menjawab Sean sambil mengembalikan uang kembalian. Seketika Keisya kesal mendengar perempuan tersebut. “Saya bukan adiknya Mbak! Tapi saya pacarnya!” Kata Keisya dengan berteriak kesal membuat pelayan tersebut merasa bersalah. “Keisya,” Tegur Sean karena teriak-teriak. “Jangan teriak.” Lanjut Sean lagi. “Habisnya mbaknya ngeselin sih.” Protes Keisya. “Maaf ya Mbak, Mas saya nggak tahu.” Ucap pelayan tersebut. “Gapapa Mbak, udah ayo kita pergi.” Ajak Sean sambil merangkul Keisya agar tidak merajuk lagi. Benar saja karena mood Keisya seketika membaik ketika Sean merangkulnya. Maka Keisya kembali bersemangat berjalan sambil memakan es krimnya. Hingga akhirnya mereka duduk di salah satu kursi yang tersedia guna menunggu Keisya menghabiskan es krim miliknya. “Pelan-pelan Kei, lihat kamu makan es krim kayak anak TK aja.” Protes Sean sambil membersihkan es krim yang belepotan di sekitar bibir Keisya menggunakan tisu. “Es krimnya enak abang!” Sean menghembuskan nafasnya kasar, lalu mengambil handphonennya yang tiba-tiba berdering dan melihat siapa yang menghubunginya. Senyum Sean mengembang dan Keisya melihat siapa yang menghubungi Sean seketika membuat wajahnya cemberut dan ditekuk. “Hallo Bella.” Sapa Sean dengan lembut, semakin membuat Keisya kesal. “Hallo sayang, kamu ada di mana?” Tanya Bella lembut, Keisya mendekatkan telinganya ke handphone Sean guna mendengar. Sean menatap Keisya dengan tajam karena ingin tahu pembicaraan mereka, tapi bukan Keisya namanya kalau takut. Hingga akhirnya Sean pasrah dengan Keisya yang menguping itu. “Lagi di luar ini, lagi di mall nemenin Keisya. Aku udah janji kemarin mau nemenin dia makan sama nonton. Kenapa Bel?” Tanya Sean. “Aaaa gitu ya, tadinya aku mau minta tolong sama kamu. Soalnya aku lagi ngerjain laporan aku butuh bantuan kamu, aku bingung ngerjainnya gimana. Udah dari tadi nggak ngerti juga, aku udah di apartement sekarang.” Adu Bella dengan nada manjanya. “Kamu bisa datang kesini nggak bantuin aku?” Lanjut Bella lagi. “Yaudah kamu tunggu aja ya, aku bentar lagi datang. Aku antar Keisya dulu ke rumah.” Putus Sean membuat Keisya kesal. “Aku nggak mau pulang! Aku masih mau main timezone, abang udah janji mau nemeni aku sepuasnya. Kalau abang pulang aku marah lagi sama abang! Aku nggak mau maafin abang! Berarti abang pembohong! Karena abang udah ingkar janji!” Kata Keisya dengan kesal sambil melipat tangannya di depan d**a. Bella bisa mendengar protesnya Keisya. “Kei, Bella lagi butuh bantuan Abang. Kali ini gapapa ya? Lain kali abang temenin kamu buat main di Timezone okay? Abang janji sama kamu, tapi kali ini kita pulang ya? Abang mau bantuin Bella sebentar aja.” Keisya menggelengkan kepalanya dengan keras dan cepat. “Pokoknya aku nggak mau! Kalau abang nggak nemenin aku, berarti abang ingkar janji. Terus aku marah lagi sama abang! Pokoknya aku mau main timezonenya sekarang! Kalau emang abang mau pulang yaudah pulang sana!” Kata Keisya akhirnya mengeluarkan jurus terakhirnya lalu bangkit berdiri meninggalkan Sean. “Keisya!” Teriak Sean dan mulai ikut mengejar Keisya yang pergi. “Bel, maaf banget. Kayaknya aku nggak bisa bantuin kamu, coba hubungi kamu temen kamu ya yang bisa bantu. Biasa Keisya ngambek lagi ini malah pergi lagi sekarang, aku mau ngejar dia dulu, gapapakan?” Tanya Sean masih sambil mengejar Keisya yang berjalan tanpa arah. Khas Keisya sekali kalau udah ngambek. “Iya gapapa kok, yaudah kamu kejar Keisya gih. Havefun ya buat kalian, bye.” Jawab Bella yang mengalah. Sean langsung mematikan sambungan tersebut membuat Bella menghembuskan nafasnya kasar. Sean langsung berlari dan merangkul Keisya. “Udah jangan ngambek lagi, ayo kita main timezone.” Keisya masih menatap Sean dengan kesal. “Emang abang nggak jadi pulang?” Sean menggelengkan kepalanya. “Enggak, abang mau nepatin janji sama kamu. Yaudah ayo kita main ke timezone.” Ajak Sean lagi membuat Keisya berteriak kegirangan. “Yeayyyy gitu dong.” Keisya mencuri ciuman di pipi Sean dan keduanya berjalan menuju tempat yang di tuju. Dari dulu Keisya emang biasa melakukan hal itu pada Sean dan pria itu cuek aja, karena dia emang menganggap Keisya hanya sebatas adik tidak lebih. Keisya sangat puas bermain, bahkan Sean harus mengeluarkan kocek yang lumayan. Sean juga berhasil mendapatkan boneka yang diingin Keisya barulah mereka akhirnya pulang. Di dalam mobil pun Keisya masih aja cerewet menceritakan banyak hal. Sean hanya menjadi pendengar setia saja mendengarkan semua ke bawelan Keisya. Sampai akhirnya dia kelelahan dan tertidur di mobil Sean. Pria itu tidak membangunkan Keisya namun langsung saja mengangkat Keisya untuk di bawanya ke dalam kamar. Marsya yang membukakan pintu ketika mendengar suara deru mobil. Karena dia emang sedang menunggu anak sulungnya yang tak kunjung pulang itu. “Keisya ketiduran? Kok bisa?” Tanya Marsya ketika melihat Sean menggendong anaknya. Sean berjalan duluan dengan Marsya yang ada di belakang mengikuti Sean membawa Keisya ke atas. “Kecapekan Tante, tadi main timezone. Kayak Tante nggak tahu aja gimana Keisya.” Marsya tersenyum, ia sangat tahu tabiat anak sulungnya itu. Keisya memang sudah menjadi mahasiswa tapi tingkahnya masih saja seperti anak-anak. Karena banyak yang memanjakannya dari dulu. “Emang ya Keisya masih aja kayak anak-anak. Padahal udah jadi mahasiswa, dasar.” Gerutu Marsya sambil membuka pintu kamar Keisya. Dengan pelan Sean meletakkan Keisya di atas tempat tidur, lalu menarik selimut guna menutupi tubuh Keisya yang tidak bangun sama sekali. Keisya memang sedikit kebo kalau sudah soal tidur. “Sean pamit pulang ya Tante.” Marsya menepuk bahu Sean. “Makasih ya udah nemenin Keisya, udah mau buat Keisya senang dan ngantar Keisya balik.” “Iya Tante sama-sama.” Keduanya berjalan keluar dari kamar Keisya dan Marsya mengantar Sean sampai depan. “Sekali lagi makasih ya Sean, salam sama Mama Papa kamu.” Pesan Marsya. “Okey Tante, pamit ya.” Tak lupa Sean mencium punggung tangan Marsya sebagai bentuk baktinya. Setelah Sean pergi barulah Marsya masuk ke dalam rumah dan Arga baru aja keluar dari kamar anaknya, karena memang tadi Arga sedang menemani anaknya untuk tidur. “Baru pulang?” Tanya Arga. “Iya dan ketiduran di mobil, makanya Sean gendong sampai atas tadi.” “Kenapa nggak dibangunin aja?” “Nggak enak kata Sean, yaudah gapapa.” “Habis main timezone makanya ketiduran gitu?” Marsya menganggukkan kepalanya sambil menguap. “Emang ya Keisya masih aja kayak anak-anak.” “Tidur yuk A, aku ngantuk banget. Kamu jadi mau nonton bola?” Tanya Marsya sambil bangkit berdiri, karena mereka tadi sempat duduk di ruang tengah. “Gausah deh, aku mau tidur juga. Aku mau peluk kamu, udah berapa hari tidur nggak peluk kamu nggak enak.” Goda Arga membuat Marsya mencebik bibirnya, karena memang anak bungsu mereka sakit beberapa hari hingga anaknya tidur bersama dengan mereka di tengah-tengah jadilah Arga tidak bisa bermanja ria pada Marsya. Marsya hendak naik ke atas namun Arga langsung menggendong Marsya tiba-tiba membuat Marsya terpekik kaget dan sedikit berteriak, ia langsung memukul d**a Arga membuat pria itu tertawa. “Kamu beneren ngantuk? Temenin aku yang lain yuk? Aku kangen sama kamu.” Kata Arga sambil mengedipkan matanya. “Udah aku duga, pasti kamu mintanya yang aneh-aneh A!” Protes Marsya. “Iya dong Ay, gapapa ya? Aku kangen kamu banget.” Kata Arga dengan wajah penuh harap, matanya sudah berubah sendu. “Hmmm.” Akhirnya Marsya hanya bisa pasrah kalau Arga sudah meminta hal itu. Arga langsung sumringah dan mencuri ciuman di bibir Marsya sampai akhirnya dengan perlahan Arga meletakkan Marsya di atas ranjang besar milik mereka. Hingga akhirnya permainan dimulai sampai akhirnya Marsya terus berteriak meneriakkan nama Arga dan keduanya mengejar kepuasan bersama dengan peluh yang begitu menggila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD