“Abang Sean, aku ikut.” Rajuk Keisya pada Sean. Ia sudah sangat siap dengan pakaian olahrganya beserta dengan sepatu olahraganya.
“Kamu main sama Zayn aja sana!” Jawab Sean dengan kesal bahkan sampai berdecak. Sean sangat tidak suka kalau Keisya terus mengganggunya. Selalu mau ikut kemanapun dia pergi membuat langkahnya terganggu.
“Aku nggak mau main sama Zayn, aku maunya ikut Abang Sean aja.” Mata Keisya dibuat puppy eyes supaya Sean kasihan padanya.
“Kenapa sih kamu selalu mengganggu Abang? Bisa tidak sehari aja kamu jangan ganggu Abang.” Keisya menggelengkan kepalanya.
“Nggak bisa kalau aku enggak ganggu Abang. Aku mau selalu sama Abang.” Jawab Keisya jujur. Namun hal itu membuat Sean menghela nafasnya dengan kasar.
Sean sudah sangat semangat sekali tadi saat teman-temannya semasa SMA mengajaknya untuk bermain basket. Hal yang sudah lama tak pernah ia lakukan lagi semenjak sibuk bekerja. Waktunya sangat tepat, saat ia bisa pulang cepat dan kerjaannya tidak terlalu menumpuk. Sean mau pakaikan waktunya untuk berkumpul dengan teman-temannya.
Berulang kali Sean selalu menolak untuk bertemu dengan teman-temannya karena pekerjaan yang terus menghantuinya. Tapi kali ini kerjaan sedang tidak menghantuinya tapi Keisyalah yang sedang menghantuinya. Semenjak pertemuan mereka pertama kali di taman saat Keisya jatuh naik sepeda membuat hidup Sean sangat berubah drastis dengan hadirnya Keisya dalam hidupnya.
“Terserah kamu aja!” Sean berbalik kembali masuk ke dalam rumahnya dan tidak jadi pergi. Padahal dia sudah berada di depan mobilnya, sedikit lagi dia akan segera pergi.
“Abang! Abang!” Keisya ikut mengejar Sean masuk ke dalam sampai akhirnya Keisya bisa menahan Sean.
“Abang nggak jadi pergi?” Tanya Keisya saat ia berhasil memberhentikan Sean.
“Enggak ini semua karena kamu!” Sean segera melepaskan dirinya dari Keisya. Sean langsung naik ke atas menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya dengan kesal membuat Keisya hanya bisa menghela nafas dengan kasar karena sudah gagal ikut pergi dengan Sean.
Keisya menuju dapur karena sudah ada Anita disana, Mama dari Sean dan Zayn. Anita tersenyum melihat hadirnya Keisya. Anita sudah menganggap Keisya seperti anak sendiri. Ia sangat menyayangi Keisya sama seperti anak-anaknya yang lain.
“Nggak jadi perginya ya?” Anita langsung tahu melihat wajah lesu dari Keisya. Ia hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lesu dan duduk di meja bar yang dekat dengan dapur.
“Abang masih marah karena kamu mau ikut?” Lagi Keisya menganggukkan kepalanya dengan lesu.
“Apa salah Keisya sih Tante?” Tanya Keisya lesu.
“Coba tanyain Abang.”
“Tante kayak nggak tahu aja Abang bakalan jawab apa.” Anita tersenyum, jelas ia tahu jawaban apa yang akan diberikan anak sulungnya itu. Anita jelas sangat tahu anak dari sahabatnya itu sangat menyukai anak sulungnya.
Jelas Anita tidak masalah akan itu, karena yang ia tahu Keisya anak yang baik. Walaupun Keisya sedikit manja, tapi Anita masih bisa memakluminya. Apa lagi selama ini Keisya lama sendiri, jelas hal itu membuatnya manja. Tapi Anita tahu kalau Keisya anak yang sangat baik hati. Ia mengenal kepribadian Keisya bahkan keluarga Keisya juga. Jadi tidak ada alasan Anita untuk tidak suka pada Keisya.
Hanya saja ia tidak tahu dengan anak sulungnya itu. Karena selama ini yang Anita tahu anak sulungnya sangat tertutup perihal perasaan dan percintaan. Dari kecil Sean memang sudah bersikap seperti itu. Walaupun terkadang Sean mau membawa sesekali pacarnya ke rumah, tapi hanya sebatas itu tidak mau cerita yang lain. Bagaimana awal mula kenalan, sudah sejauh mana hubungan keduanya dan sebagainya.
Tapi satu yang Anita tahu, kalau hubungan anak sulungnya itu kandas karena Keisya. Pacar anaknya selalu mengeluh dengan hadirnya Keisya yang selalu berada di sekitar mereka. Hal itu membuat mereka terganggu sekaligus cemburu dengan Keisya. Maka hubungan anaknya harus kandas. Anita jelas tidak marah buat apa marah? Karena Anita tidak berhak.
Di satu sisi ia hanya takut kalau anak sulungnya itu bakalan menyakiti hati Keisya pada akhirnya. Anita sungguh tak tega kalau Keisya disakiti oleh anaknya sendiri, bagaimanapun Anita sudah menyayangi Keisya seperti anak kandungnya sendiri. Jelas Anita mengasihi Keisya, tak pernah ia membedakan kasih sayang pada anak sahabatnya itu.
“Yaudah deh kalau gitu Keisya pulang dulu ya Tante.” Keisya bangkit berdiri hendak pulang.
“Kamu bawa ini pulang ke rumah ya. Kasih sama Bunda kamu.” Anita sudah menyiapkan makanan yang sudah diletakkannya dalam wadah. Tadi Anita masak banyak karena memang mau membagikannya kepada sahabatnya Marsya.
“Okey Tante, makasih ya. Keisya pamit pulang.” Keisya segera membawa wadah yang sudah disiapkan Anita tersebut dan ia segera pulang kerumahnya.
Sedanglan Sean langsung mengganti bajunya dan memberikan kabar kepada teman-temannya kalau dia tidak jadi ikut karena tiba-tiba ada urusan. Sean langsung merebahkan dirinya di tempat tidur dan menatap langit-langit kamarnya. Ia sungguh sangat kesal dengan Keisya. Hal itu membuat Sean harus ingat kejadian di masa lalu.
Flashback On
“Bawa kecengan banget nih?”
“Anak ABG banget?”
“Lo suka sama anak-anak?”
“Nggak ada yang lain?”
“Tapi cantik juga, bolehlah.”
“Ribut banget sih Lo pada!” Kata Sean dengan kesal.
Semua hal itu dikatakan oleh teman-teman Sean guna menggoda dan mengejek Sean karena membawa Keisya ikut melihatnya bermain basket. Sean jelas menolak awalnya tapi Keisya dengan segala usahanya untuk ikut dengan Sean, makanya pria itu akhirnya mengizinkan untuk ikut. Tapi lihat hasilnya ia yang harus di ejek oleh teman-temannya.
Sedangkan Keisya jelas kesenangan bahkan sekaligus tidak peduli dengan ejeken yang diberikan oleh teman-teman Sean. Bagi Keisya bisa ikut dan melihat Sean sudah lebih cukup. Apapun yang dikatakan orang tentangnya Keisya sungguh tak peduli. Ia hanya peduli dengan perkataan Sean ataupun pandangan Sean bukan orang lain.
Tetapi berbeda dengan Sean yang sangat peduli dengan pandangan orang lain tentangnya. Padahal sebenernya Sean orang yang cuek tapi kalau sudah berkaitan dengan Keisya, Sean langsung bersikap aktif. Ia sendiri bingung dengan dirinya sendiri.
“Ayo kita pulang!” Sean tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bermain dengan temannya. Tadinya Sean bakalan mau mengajak sampai babak yang lama, bahkan setelah itu Sean mau mengajak teman-temannya nongkrong. Tapi semuanya sirna ketika temna-temannya mala mengejeknya.
Tidak hanya sampai disitu di dalam mobil pun Sean akhirnya mendiamkan Keisya karena kesal dengan wanita itu. Keisya jelas tahu kalau Sean sedang kesal padanya. Bukan Keisya namanya kalau ia masih bisa bersikap biasa saja tanpa repot memikirkan hal yang lain. Karena ia tahu setelah itu Sean akan kembali bersikap baik padanya.
Flashback Off
Semenjak itu Sean tidak pernah lagi mengajak Keisya untuk ikut pergi dengannya kalau ia pergi dengan teman-temannya. Sean keki sendiri karena diejek oleh teman-temannya. Keisya juga sangat suka menempel padanya.
Handphone Sean berdering menandakan ada yang menelvon dan Sean mengangkatnya. Senyum tercetak jelas di wajah Sean ketika nama yang tertera di layarnya muncul. Seseorang yang mampu membuatnya tersenyum adalah kekasihnya Bella Anastasya.
“Hallo,” Sapa Sean.
“Sayang, kamu dimana? Keluar yuk aku lagi bosan di rumah.” Kata Bella dengan sangat manja. Bella memang sangat bisa bersikap manja sekaligus bisa bersikap mandiri. Bella tahu menempatkan situasinya. Hal yang disukai Sean dari Bella adalah karena kekasihnya itu mandiri dan dewasa.
Hubungannya dengan Bella memang belum terjalin lama, belum hitungan tahun tapi Sean berniat serius. Ia ingin Bella menjadi kekasihnya terakhir, ia ingin menikahi Bella. Perkenalan mereka memang sudah lumayan lama, karena Bella merupakan saudara dari temannya.
Sebelum berpacaran dengan Bella, Sean memang sering melihat Bella bersama dengan temannya. Keduanya sempat berkenalan tapi hanya sebatas itu, kemudian bertemu lagi saat di acara pernikahan temannya dari situlah awal pertemuan mereka kembali dan semenjak itu keduanya dekat.
Tidak butuh waktu yang lama bagi keduanya untuk saling menyukai hingga akhirnya mereka menjalin hubungan ke jenjang pacaran. Delapan bulan yang lalu akhirnya mereka berpcaran sampai sekarang.
“Bentar ya.” Sean bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar, ia ingin melihat apakah Keisya masih ada di rumahnya atau tidak.
“Kamu ngapain?” Tanya Bella bingung.
“Bentar aja.” Sean sampai turun setengah tangga untuk melihat Keisya ada di dapur atau tidak tapi ternyata tidak ada.
“Yaudah yuk kita jalan, kamu di apartementkan biar aku jemput.”
“Iya aku di apartement, jemput ya. Kamu ngapain sih tadi sebenernya?” Bella masih penasaran denga napa yang dilakukan Sean.
“Tadi aku lagi lihat Keisya, masih dirumah apa enggak. Kalau Keisya ada di rumahkan bakalan ribet. Bisa-bisa nanti minta ikut dia.” Bella menghela nafasnya, Keisya lagi pikirnya.
“Tapi dia nggak adakan? Kalau dia ada dan minta ikut mending nggak usah jadi pergi deh.”
“Iya Keisya udah pulang kok, kamu siap-siap ya. Aku jemput sekarang aku tinggal ganti baju.”
“Okeydeh kamu hati-hati ya.” Pesan Bella, setelah itu sambungan keduanya terputus. Bella jelas mengetahui bagaimana sepak terjang seorang Keisya pada Sean.
Jelas ia mengetahui karena tidak sekali dua kali Keisya ikut serta dalam aksi berpacaran antara dirinya dan Sean. Bella jelas tidak suka dengan hadirnya Keisya, tapi ia bisa apa? Bahkan hubungan Sean sudah beberapa kali kandas karena hadirnya Keisya. Sean jelas tahu bahwa hubungannya itu kandas karena Keisya, tapi ia tidak bisa berkata apa-apa lagi kalau kekasihnya mundur karena Keisya.
Sean juga tidak bisa melakukan apa-apa pada Keisya. Mau memarahinya? Mau memukulnya? Apa semua itu berhasil? Sean jelas tidak main kekerasan tapi kalau dibilang memarahi entah udah beberapa kali Sean marah pada Keisya dan wanita itu hanya diam setelah itu melakukannya lagi dan lagi. Sean tidak tahu lagi harus bagaimana.
Sean bersiap untuk pergi dengan Bella. Setelah siap ia langsung melangkahkan kakinya menuju ke bawah dengan cepat. Anita dan Zayn melihat pakaian Sean yang sudah rapi.
“Mau kemana Bang?” Tanya Anita.
“Mau pergi sama Bella.” Zayn langsung tertawa.
“Mentang-mentang Keisya udah pulang langsung melarikan diri ya.” Kata Zayn sambil makan kue buatan Anita.
“Kayak nggak tahu gimana sahabat Lo itu aja.”
“Jangan terlalu keras sama Keisya Bang, coba hargai dia.” Kata Anita mengingatkan. Anita memang selalu mengingatkan anaknya supaya bersikap lebih baik dan bisa lebih terima Keisya. Padahal sudah lama bersama Sean terkadang suka bersikap seenaknya saja, tapi terkadang bisa bersikap baik. Sean memang sangat tidak bisa ditebak bagaimana.
“Abang udah hargai Ma, tapi mau sampai kapan Keisya terus bertingkah seperti anak-anak? Keisya terus ganggu Abang Ma, Abang ngerasa nggak bebas kalau Keisya terus kayak gitu.” Adu Sean entah udah keberapa kalinya. Bagi Sean, Keisya masih anak-anak.
“Makanya terima aja Keisya jadi pacar Lo Bang. Manatau setelah itu dia berubah bisakan?” Kata Zayn memberi saran yang langsung dapat pukulan di bahu Zayn oleh Sean.
“Gue cuma anggap dia adik sama kayak Lo, gausah ngada-ngada Lo!” Kata Sean tegas. “Udah deh kok jadi ngomongin dia, Abang pergi dulu ya Ma.” Sean mencium pipi Mamanya Anita sebagai bentuk pamitnya. Setelah itu Sean segera pergi meninggalkan rumahnya dengan mobil ferari miliknya.
“Abang nggak bersyukur bangetkan Ma, udah punya seseorang yang dia cintai besar kayak gitu aja di abaikan. Seharusnya Abang senang iyakan Ma?” Anita hanya tersenyum saja, tidak mau mengucapkan apa-apa guna membalas anak keduanya itu. Saat ini Anita tidak bisa berkata apa-apa, bagaimanapun Sean anaknya. Tapi Keisya juga sudah dianggap anaknya.
“Panggil Papa sama Chatrine yuk biar kita makan malam.” Zayn langsung mengikuti perintah Mama tercintanya itu.
*****
“Nggak jadi perginya Kak?” Tanya Marsya pada anaknya Keisya.
“Enggak Bun.” Jawab Keisya dengan lesu.
“Kenapa?” Tanya Marsya. Keisya mala mengedikkan bahunya.
“Ini dari Tante Anita, Keisya naik ke atas ya Bun.”
“Kak,” Kali ini Arga Ayahnya yang memanggil. Arga baru saja turun dari atas sambil menggendong anak bungsunya.
“Kamu temenin adiknya dulu di atas, Ayah mau mandiin Kenzie.”
“Keisya ganti baju bentar Yah.” Keisya langsung naik ke atas masuk ke dalam kamarnya guna mengganti baju.
“Kenapa itu Keisya wajahnya cemberut gitu?”
“Karena nggak jadi pergi sama Sean.”
“Kenapa?” Tanya Arga bingung.
“Nggak tahu,”
“Keisya sama kayak kamu Ay, kalau ngambek cemberutnya begitu.” Marsya menajamkan matanya menatap Arga.
“Terus kalau sama kenapa? Wajar dong Keisya anak aku.” Arga menghela nafasnya.
“Padahal aku Cuma bilang aja tadi. Udah ahh kayaknya kamu lagi sensitive.”
“Tidur di luar malam ini kamu!” Putus Marsya.
“Ay!” Rajuk Arga tapi Marsya tidak peduli dengan Arga. Walaupun mereka sudah mempunyai empat anak kehidupan rumah tangga mereka masih seperti baru menikah. Arga dan Marsya berusaha membangun rumah tangga mereka tetap hangat dan harmonis. Seperti dulu ketika mereka di awal pernikahan.
Keduanya juga kompak dalam mengurus ke empat anak mereka. Walaupun Keisya dengan anak kedua mereka mempunyai rentan jarak yang lumayan berbeda. Tetapi mereka terus berusaha memberikan kasih seadil mungkin.
*****
Saat hendak mengganti baju Keisya mendengar suara deru mobil. Keisya langsung mengintip dari jendela kamarnya dan melihat kalau mobil Sean yang baru saja pergi. Keisya berdecak kesal dan mengambil handphonenya guna menggubungi Sean. Tak lama Sean pun mengangaktnya.
“Abang jahat banget! Sengaja pergi waktu Keisya udah pulang.” Sean menghela nafasnya.
“Abang nggak jadi pergi main basketnya, Abang pergi ke tempat lain.”
“Emang Abang kemana?” Sejenak Sean diam, ia bingung ini menjawab apa.
“Bang!” Panggil Keisya membuat Sean sadar.
“Iya tadi Abang tiba-tiba di panggil ke kantor.”
“Beneren Abang ke kantor?” Tanya Keisya masih tak percaya.
“Iya, udah ya Abang lagi dijalan nggak baik telvonan kayak gini. Abang tutup telvonnya.” Sean segera mematikan telvonnya dan menghela nafasnya kasar. Sean harus berbohong supaya Keisya tidak marah padanya.
Marah? Yap Sean memang masih terkadang mempertimbangkan kemarahan Keisya. Bagaimanapun Keisya bersikap padanya, Sean tak pernah bermain kasar ataupun berniat menyakiti hati siapapun termasuk Keisya. Sean tidak ingin sebenernya berbohong atau berniat menyakiti adik kecilnya itu. Karena Sean jelas menganggap Keisya adik kecil yang disayanginya sama seperti adik bungsunya Chatrine.
Sean jadi merasa bersalah sendiri karena sudah membohongi Keisya. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin dia jujur ingin bertemu dengan Bella, pasti Keisya memaksa untuk ikut ataupun menyusul. Jelas ia tahu bagaimana sifat Keisya. Sean sangat mengetahui perasaan Keisya padanya, tapi tetap saja Sean hanya menganggap Keisya adik tidak lebih.
Entah bagaimana Keisya bisa mengerti nantinya bahwa Sean memang tidak mempunyai perasaan apa-apa padanya. Sean hanya berharap suatu saat nanti Keisya bisa memahaminya dan tahu perasaannya.
*****
“Ayo berangkat! Gue udah telat!” Kata Keisya pada Zayn. Keisya baru saja datang ke rumah sahabat sekaligus tetangganya itu. Mereka memang satu kampus tapi berbeda jurusan. Jadwal mereka terkadang sama tetapi ada juga yang berbeda.
Keduanya selalu berangkat bersama, Zayn akan selalu mengalah. Ia akan ke kampus lebih cepat kalau Keisya duluan masuk dibandingkan dirinya. Tapi kalau Zayn duluan masuk maka Zayn akan pulang kembali ke rumah menjemput Keisya saat wanita itu dapat jadwal siang.
Terkesan memang Keisya sangat egois, tapi tidak bagi Zayn. Pria itu yang lebih dulu mengusulkan ide tersebut. Berasalan kasihan Keisya harus menunggu masuk ke dalam kelas begitu lama.
“Tumben kamu nggak sapa Abang dulu.” Kata Zayn sambil mengikat sepatunya bersamaan dengan Sean yang berada di sampingnya. Sean juga sedang bersiap untuk berangkat ke kantor. Keisya mala mengacuhkan ahdirnya Sean yang berada disana.
“Ayo buruan, gue mau ke fotocopy depan kampus lagi.” Sean melihat ada yang tidak beres. Karena tidak biasanya Keisya mengabaikannya, maka ia langsung bangkir berdiri dan mendekati Keisya.
“Kamu kenapa? Masih marah sama Abang soal semalam?” Tanya Sean.
“Entah!” Jawab Keisya dengan ketus. Zayn menaikkan alisnya menatap Keisya bingung karena tidak biasanya sahabatnya itu bersikap seperti itu pada Abangnya.
“Kasih tahu ke Abang, kamu kenapa?” Kali ini Sean sudah memegang bahu Keisya namun wanita itu mala menepis tangan Sean yang berada di bahunya.
“Kei!” Panggil Sean lagi.
“Abang pikir Abang bisa bohongin aku! Emang Abang pikir aku masih anak-anak apa! Aku tahu kalau Abang bohong soal semalam ke kantor! Abang jalan sama pacar Abangkan! Emang Abang pikir aku nggak tahu!” Sean diam seribu bahasa. Ia tidak tahu lagi mau balas apa. Tenggorokannya serasa tercekat, perkataan Keisya benar adanya. Kalau Sean jelas berbohong bukan? Dari mana Keisya tahu pikirnya? Luar biasa kalau Keisya tahu kepergiannya.
Keisya jelas tahu kalau Sean pergi dengan Bella. Jangan salahkan jiwa detektif Keisya bakalan keluar. Jelas ia mempunyai akun i********: yang tidak diketahui siapapun, hanya dirinya yang tahu. Keisya mengikuti akun i********: milik Bella. Maka Keisya tahu ketika Bella memposting foto Sean dengan Bella tadi malam.
Dari situ Keisya jelas tahu kalau Sean membohonginya. Ini kali pertama bagi Sean membohongi Keisya, setidak suka apapun Sean kalau Keisya mengikutinya tapi tidak pernah membohonginya. Keisya jelas marah kalau sampai dibohongi seperti ini. Bella dan Sean jelas mengunci status mereka agar dirinya tidak bisa melihat. Maka itu Keisya membuat akun lain supaya bisa memantau akun keduanya secara diam-diam.
“Lo sih Bang pakai bohong segala.” Kata Zayn menyadarkan keduanya yang sibuk dengan pikiran masing-masing dan tatapan keduanya yang jelas sangat berbeda. Sean dengan keterkejutan dan merasa bersalah sedangkan Keisya kesal sekaligus kecewa.
“Abang minta maaf.” Kata Sean dengan lembut. Untuk pertama kalinya Sean semanis dan selembut ini. Bahkan sampai mengatakan kata maaf.
“Abang minta maaf udah bohong sama kamu.” Ulang Sean lagi.
“Aku nggak akan maafin Abang!” Keisya masih saja kesal, walaupun sempat goyah saat Sean mengucapkan kata maaf untuk pertama kalinya.
“Gimana caranya supaya kamu mau maafin Abang?” Tanya Sean. Keisya diam sejenak untuk berpikir. Zayn juga menunggu karena ia sama penasarannya.
“Abang bakalan ngajak aku jalan juga kalau mau jalan sama pacar Abang! Jangan tinggalin aku! Terus Abang juga ngajak aku jalan-jalan sama nonton berdua gimana?”
“Nggak ada yang lain?” Ucap Sean tanpa sadar. Jelas ia sangat keberatan dengan permintaan Keisya. Bagaimana bisa Sean mengajak Keisya saat jalan dengan Keisya? Bisa-bisa Bella yang marah dan Keisya bisa jadi nyamuk.
“Zayn ayo pergi!” Keisya memilih untuk tidak menanggapi Sean, karena ia tahu kalau Sean pasti sangat berat melakukan permintaannya itu.
“Okey! Abang bakalan ngelakuin itu sesuai dengan keinginan kamu. Jadi kamu udah nggak marah lagi sama Abangkan?”
“Masih marah!”
“Abang udah setuju dengan permintaan kamu.”
“Aku nggak akan marah lagi kalau Abang udah ngelakuin semuanya.”
“Okey kalau gitu, nanti Abang kasih tahu kamu.” Keisya menganggukkan kepalanya.
“Jadi udah baikan nih? Gitu aja? Gue kira bakalan ada perang dunia.” Keisya menatap Zayn dengan berang begitu juga dengan Sean.
“Sorry, yaudah ayo berangkat.” Kata Zayn pada Keisya.
“Ayo.” Keisya hendak melangkahkan kakinya keluar namun segera ditahan Sean.
“Tumben kamu nggak peluk Abang.” Kata Sean membuat Keisya sedikit bingung dengan Sean. Tapi ia tidak bertanya dan memeluk Sean secara singkat tidak seperti biasanya mau lama-lama karena dia masih kesal dengan Sean.
“Bye!” Pamit Keisya begitu saja, setelah itu ia pergi menyusul Zayn yang sudah berjalan keluar terlebih dahulu. Sean mengikuti Keisya keluar, Sean segera memakain helm miliknya yang dibelikan Zayn untuknya.
Semenjak Zayn mendapatkan motor dari Papanya saat umurnya tujuh belas tahun, Zayn langsung membeli helm untuk Keisya. Karena bagaimanapun Zayn dan Keisya tidak akan pernah bisa, mereka ibarat perangko yang selalu menempel. Keisya dan Zayn terpisah kalau ada Sean saja.
Keisya langsung memeluk perut Zayn dengan erat seperti biasanya. Setelah membunyikan klakson pada Sean, mereka akhirnya pun pergi. Sean menggelengkan kepalanya, setelah itu barulah ia masuk ke dalam mobilnya berangkat ke kantornya.