Bab.7

1477 Words
Nadira keluar dari kelasnya saat murid yang lainnya mulai tampak sepi di kelas. Gadis yang selalu suka menyendiri itu tampak berjalan menyusuri lorong sekolah. Dari ujung lorong terlihat Nur sudah melambaikan tangannya membuat Nadira tersenyum. Nadira mempercepat langkahnya agar sampai di dekat Nur. Gadis bertubuh berisi itu langsung merangkul Nadira saat tiba di dekatnya. "Kamu lama sekali sih, Nad. Aku tungguin sejak tadi." Nadira menatap Nur dengan dahi berkerut. "Mau ngapain nungguin aku? Kan kamu tahu aku tadi masih di kelas." jawab Nadira dengan wajah santai. "Iya, aku tahu, tadinya aku mau pulang, tapi di bawah kebetulan bertemu dengan Kak Tristan. Dia nanyakin kamu, katanya pekerjaan yang kamu mau sudah ada." Nadira langsung terhenti dan menatap kearah Nur. "Serius?" tanya Nadira dengan wajah tidak percaya. "Kak Tristan nya, mana?" tanya Nadira lagi. "Itu ada di bawah, nungguin kamu." ucap Nur dengan wajah semangat. "Ya udah, ayo?" ajak Nadira dengan langkah cepat. "Nad, tunggu, tunggu dulu." Nur menghentikan langkahnya membuat Nadira menoleh menatap Nur yang berhenti berjalan. "Ada apa?" tanya Nadira bingung. "Tapi kamu harus ikut dengannya." ucap Nur membuat Nadira mengerutkan dahinya. Gadis itu melangkah mendekati Nur. "Dengan Kak Tristan?" tanya Nadira pelan. "Iya Nad, dia bakalan nunjukin apa aja pekerjaan kamu dan akan di jelaskan kamu bekerja sampai pukul berapa." jelas Nur membuat Nadira terdiam, bagaimana waktu yang harus ia bagi untuk mengurus sang ayah dan pekerjaan rumah. Nadira terdiam cukup lama membuat Nur menepuk pundaknya. "Nad, gimana?" tanya Nur membuat Nadira mengangkat wajahnya menatap Nur. "Aku ingin bekerja, Nur. Tapi bagaimana dengan Ayahku?" ucap Nadira terdengar bingung dan bergumam. Nur mendekati Nadira lalu merangkul sahabatnya. "Sudahlah, itu nanti saja di pikirkan, yang penting sekarang kamu bisa ikut bersama Kak Tristan, kan?" tanya Nur meyakinkan Nadira. Gadis itu tersenyum kaku lalu mengangguk setuju. Nur akhirnya membawa Nadira turun menemui Tristan di bawah. Tristan memang sudah menyuruh Nur untuk bicara dengan Nadira, agar gadis itu mau ikut dengannya. Nadira dan Nur mendekati Tristan yang terlihat menunggu di dekat parkiran motor. Pria bertubuh tinggi itu masih setia menunggu di sana hingga pandangannya menatap kedatangan Nur dan Nadira. Senyum manis di wajah Tristan langsung terukir membuat Nadira ikut membalas senyumannya. "Maaf ya Kak, lama." ucap Nur membuat Tristan tersenyum. Tristan melirik Nadira yang menatap kearah lain, seolah sengaja agar tidak bertemu pandang dengan Tristan terlihat jika gadis itu sedang canggung di hadapannya. Tristan menatap Nur yang masih berada di sana bersama mereka. "Enggak kok, gak masalah." ucap Tristan santai. "Ini Nadiranya, Kakak bicara sendiri ya, aku udah bilang kok, kalau Nadira harus ikut Kakak." ucap Nur menjelaskan. "Iya, makasih, Nur." jawab Tristan membuat Nadira mengerutkan dahinya aneh. "Kenapa terima kasih dengan Nur, Kak? Aku loh yang minta tolong sama Kak Tristan." ucap Nadira membuat Nur dan Tristan menatap kearahnya bersamaan. Tristan tersenyum kaku lalu menatap kearah Nur membuat keduanya terlihat kikuk satu sama lain dengan tatapan Nadira yang penuh tanya. "Oh itu, itu hanya ucapan terima kasih karena sudah mau membujukmu untuk ikut bersama kakak." jawab Tristan jujur. Nadira mengangguk mengerti. "Maaf kalau Nadira selalu merepotkan Kak Tristan, tapi ini kemauan Nadira Kak, jadi kalau Kak Tristan mau ajak Nadira ketempat kerja, Nadira enggak masalah dengan itu kok, Kak." Tristan tersenyum bersemangat mendengar ucapan Nadira. Pasalnya gadis itu selalu menghindarinya sejak ia mengutarakan isi hatinya. Tristan langsung mengulurkan tangannya agar Nadira ikut dengannya. "Baiklah, kalau begitu kita pergi sekarang, bagaimana?" Nadira mengangguk setuju, gadis itu menoleh menatap Nur yang masih berdiri di sana. "Nur, aku tinggal gak apa-apa kan?" ucap Nadira sebelum pergi dengan Tristan. "Enggak, aku juga mau pergi kok, udah sana buruan." ucap Nur sambil mendorong Nadira mendekati Tristan. Nadira menatap sinis Nur karena tingkah konyolnya lalu menatap Tristan yang sudah siap dengan motornya. Nadira menatap Nur lalu menatap Tristan kembali dan menghela nafasnya. Pasalnya Nadira merasa risih jika menggunakan motor sport seperti ini, apalagi dengan di bonceng pria, dan pria itu adalah Tristan. Nadira menghela nafasnya menaiki motor Tristan, sementara Nur sudah mengangkat tangannya menyemangati Nadira tanpa bersuara. Nadira hanya memutar bola matanya melihat Nur yang menyemangati Nadira seolah mereka hendak pergi berkencan. Motor Tristan melaju keluar dari area sekolah mereka. Nadira yang enggan memegang Tristan lebih memilih berpegangan pada motor. "Nad, pegangan, nanti jatuh." teriak Tristan membuat Nadira memejamkan matanya. "Udah, Kak." jawab Nadira cepat. Tristan hanya menggelengkan kepalanya saat mengetahui Nadira malah berpegangan pada motornya. Saat melewati persimpangan, terlihat rombongan anak sekolah dengan motor sport seperti Tristan sedang nongkrong di area angkringan pinggir jalan. Nadira menatap dari kejauhan melihat Rangga dan beberapa kakak kelas yang seumuran dengan Tristan berada di sana. Reflek tangan Nadira memegang pinggang Tristan membuat Tristan cukup terkejut dan melirik kedua tangan Nadira. Tristan mengklakson teman-temannya yang ia lewati begitu juga Rangga yang ada di sana. Tatapan Rangga datar menatap Nadira dan Tristan melewati dirinya. Nadira sekilas menatap wajah datar Rangga lalu menoleh ke arah berlawanan memutus pandangan Rangga. Nadira merasakan sesuatu yang menyenangkan di dalam hatinya saat melihat wajah datar pria pujaan sekolah tersebut. Nadira tanpa sadar tersenyum tipis dan menikmati angin yang berhembus menerpa rambut dan wajahnya. "Kamu suka, Nad?" tanya Tristan tiba-tiba membuat Nadira langsung tersadar dan mengubah wajahnya menjadi datar kembali. Nadira menoleh dan melihat wajah Tristan terlihat dari kaca spion bagian kiri. Nadira langsung merapikan rambut-rambut yang beterbangan karena tertiup angin. "Maksud, Kakak?" tanya Nadira berpura-pura tidak mengerti. "Kenapa kamu senyum-senyum? Kamu suka naik motor?" tanya Tristan memperjelas ucapannya. Nadira tersenyum tipis lalu mengangguk sekilas. "Iya Kak, menyenangkan." jawab Nadira sekenanya. Tristan tersenyum senang mendengar ucapan Nadira. "Kalau begitu, Kakak bakalan sering-sering ngajakin kamu naik motor deh." ucap Tristan membuat Nadira tertawa palsu. "I-Iya, Kak." jawab Nadira sembari melepas pegangan tangannya. Nadira memukul dahinya merasa aneh dengan sikapnya sendiri. Apa yang sedang ia lakukan, mengapa ia seperti sedang membuat Rangga cemburu terhadap Tristan. Dan perasaan apa ini, mengapa ia merasa senang melihat wajah kesal Rangga saat melihatnya bersama Tristan. Nadira menunduk memejamkan matanya merasa perlu menyadarkan diri dari pikiran aneh yang bersemayam di kepalanya. Tristan menghentikan motornya di sebuah cafe milik keluarga Tristan. Pria itu memarkirkan motornya lalu turun dari motor dan mengajak Nadira masuk ke dalam cafe tersebut. Tristan langsung menuju manajer cafe yang bertugas di sana, mengatakan apa tujuan mereka. Nadira hanya mengikuti saran Tristan untuk mendengarkan semua penjelasan yang dijelaskan karyawan senior di sana. Apa saja yang akan di kerjakan Nadira. Mereka sepakat menerima Nadira saat pulang sekolah, dan pulang saat hari mulai petang. Jika dihitung Nadira hanya bekerja 3-4jam di cafe tersebut. Nadira menyetujui hal tersebut dan menyanggupinya. Hari mulai sore saat mereka kembali menuju rumah Nadira. Gadis itu sejak tadi lebih banyak diam. Nadira hanya sesekali menjawab ucapan Tristan saat di tanya. "Mau mampir dulu? Cari sesuatu?" tawar Tristan membuat Nadira menoleh menatap pria tersebut. "Enggak perlu, Kak. Kita pulang saja." ucap Nadira memang merasa ingin segera pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 15.30, sementara mereka masih belum kembali dan masih dalam perjalanan. "Baiklah." ucap Tristan lalu menambah kecepatan laju motornya. Nadira dan Tristan tiba di kediaman Nadira saat setengah jam berlalu. Biasanya Nadira sudah kembali saat jam dua siang. Hari ini ia kembali setelah lewat dua jam lebih. Nadira tampak gelisah dan merasa khawatir karena terlalu lama meninggalkan sang ayah. "Terima kasih, Kak." ucap Nadira tanpa basa-basi menyuruh Tristan untuk mampir. "Its oke, aku balik ya." ucap Tristan sesegera mungkin pamit, karena terlihat Nadira tidak sabar untuk masuk ke dalam rumah. "Hati-hati, Kak!" ucap Nadira sembari membungkuk kan tubuhnya. Nadira langsung berlalu masuk ke rumah saat Tristan sudah tidak terlihat lagi. Saat langkah kaki masuk ke dalam rumah, piring tiba-tiba melayang ke arahnya membuat Nadira terkejut dan mengelak sebisa mungkin. "Bagus kamu, ya. Siapa laki-laki itu?" bentak Desi sambil berkacak pinggang di hadapan Nadira. "Temen sekolah Nadira, Bu." jawab Nadira jujur. "Dari mana saja, kamu, heh! Kamu gak sadar atau pura-pura lupa, pekerjaan rumah sudah menanti, kenapa kamu malah keluyuran sama pria itu!" teriak Desi tidak suka. "Maaf, Bu, tadi Nadira ada keperluan." Desi terkekeh mendengar ucapan Nadira. "Keperluan? Keperluan apa, kamu jual diri?" bentak Desi membuat Nadira bergetar takut. "Tidak, Bu." jawab Nadira pelan. Desi berjalan mendekati Nadira menarik rambutnya lalu menggeretnya ke kamar sang ayah. "Tuh, lihat Ayah kamu," Desi mendorong tubuh Nadira hingga tersungkur di dekat ranjang ayahnya. "Jangan kebanyakan gaya sama laki-laki, urus saja Ayah kamu sendiri, sok punya keperluan. Kamu tahu keperluan kamu di rumah banyak Nadira, jangan sok berlaga seperti orang kaya!" bentak Desi dengan nada kesal. Nadira hanya terdiam sambil menangis terduduk di lantai. "Awas ya, sekali lagi kamu seperti ini, aku tidak akan segan-segan membuang barang-barangmu dari rumah ini, tidak usah pulang sekalian, bila perlu Ayahmu yang sakit-sakitan ini aku keluarkan juga, dasar tidak berguna!" ucap Desi sembari berlalu dari kamar Nadira. Arif yang sejak tadi hanya bisa menatap bersalah putrinya yang menangis di bawah ranjangnya. Ia tidak bisa membantu, bahkan bangkitpun ia tidak kuat. Nafasnya mulai putus-putus, jika seperti ini, hidup merasa tidak berguna, matipun ia takut, karena Nadira akan hidup sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD