Keyra membunyikan bel apartemen kakakanya. Keyra kabur sampai ke Semarang dan kini ia berada di depan apartemen Gibran, kakak laki-lakinya. Pintu apartemen terbuka. Gibran terlihat kaget melihat adiknya muncul di hadapannya dengan wajah lebam serta menarik koper.
“Masuk”
Keyra masuk sambil menarik kopernya. Keyra menatap sekeliling apartemen kakaknya dan duduk di sofa. Tiba-tiba ia kembali teringat perbuatan Bastian saat ia tiba di apartemen Bastian tadi siang. Keyra segera bangkit dari duduknya dan mencari tempat duduk lain. Gadis itu memilih masuk ke dapur dan duduk di kursi kayu.
Gibran yang sudah membawa kotak P3K segera menarik kursi di hadapan adiknya.
“Kabur?”
Keyra mengangguk. Gibran tidak bertanya lebih jauh, ia lebih memilih untuk mengobati lebam di dahi adiknya terlebih dahulu. Setelah mengobati Keyra, Gibran mengambilkan minuman untuk Keyra. Keyra meneguknya sampai habis.
“Apa yang terjadi?” tanya Gibran setelah melihat Keyra lebih tenang.
“Gue ditampar Daddy” Gibran mengepalkan tangannya.
“Jadi, itu perbuatan Daddy?” Gibran menunjuk lebam di dahi Keyra.
“Ini gara-gara kecelakaan. Sebelum kesini gue kecelakaan.”
Keyra kembali terisak.
“Key…hey…” Gibran menenangkan adiknya dengan nada suaranya yang lembut.
Keyra justru makin menangis, akhirnya Gibran membawa adiknya ke pelukannya. Keyra menangis sejadi-jadinya di pelukan kakaknya.
“Sayang apa yang kamu lakukan?”
Sebuah suara sontak membuat Gibran melepaskan pelukannya terhadap Keyra. Perempuan itu sudah berkaca-kaca melihat kekasihnya memeluk perempuan lain.
Gibran berlari mengejar kekasihnya yang tiba-tiba berlari keluar. Gibran berhasil mencekal lengan perempuan itu.
“Sayang… dia adikku, ini bukan seperti yang kamu pikirkan. Dia Keyra, dia baru tiba dari Jakarta.”
Keyra mengikut di belakang keduanya sambil menghela nafas panjang. Keyra mengusap wajahnya sambil tertawa.
“Drama banget” sindir Keyra.
Kekasih Gibran melebarkan matanya, ia menatap Keyra lalu kembali menatap Gibran.
“Kenapa? Perlu gue tunjukin KTP gue?”
Keyra bener-benar menarik KTP nya dari dompetnya. Keyra lalu menghampiri kekasih kakaknya.
“Liat nih, namanya belakangnya sama kan?”
Kekasih Gibran jadi malu sendiri. Keyra menggerutu sendiri karena harus dihadapkan pada kecemburuan kekasih kakaknya.
“Laper” ucap Keyra dengan ketus.
Kekasih Gibran yang bernama Winda segera masuk ke dapur untuk memasak. Sementara Gibran dan Keyra hanya menunggu makanan di meja makan. Keyra mengacungi jempol kepada kakaknya karena memacari perempuan yang bisa memasak, tidak seperti dirinya yang malas masuk dapur.
Makan malam tersedia, ada nasi, ayam goreng, sayur sop, telur balado, ayam suwir, serta sambal ati ampela. Keyra mendengus kesal melihat makanan yang tersaji di meja makan. Bukan karena tidak menyukai makanan itu, hanya saja dietnya akan gagal. Keyra tidak bisa menolak makanan itu, dari baunya saja, air liurnya sudah hampir menetes.
Keyra mengusap wajahnya karena frustasi dengan makanan buatan Winda. Hilanglah sudah segala sakit hatinya tentang tamparan Daddynya ataupun perbuatan Bastian. Kini di otak Keyra hanya ada makanan tapi ia harus ingat dietnya.
“Gak suka yah Key makanannya? Ah maaf yah, harusnya Kakak nanya makanan kesukaan Keyra apa.”
Gibran tertawa, “Jangan salah sangka dulu sayang… Keyra bukannya gak suka, lagian makanan apapun selalu diembat Keyra. Cuman dia lagi diet.”
Keyra tersungut-sungut mendengar ucapan kakaknya. Akhirnya Keyra mulai menyendok makanan tersebut dan mengunyahnya. Sial, Keyra tidak bisa berhenti saking enaknya.
Keyra kebablasan dan berkali-kali nambah. Keyra memang kelaparan, ia hanya sempat makan nasi goreng tadi pagi. Nasi goreng yang dibuat Bastian untuknya. Karena kembali teringat Bastian, Keyra meletakkan sendoknya dan menghentikan makannya.
“Bastian b******k” gerutu Keyra dalam hati.
Setiap kali Keyra menyumpahi Bastian, ia menelan satu sendok besar. Sepertinya, Keyra akan menggila saat ia menyadari sebanyak apa ia makan malam ini.
“Kak, punya HP yang gak kepake gak?” tanya Keyra setelah ia menyelesaikan makan malamnya.
“HP loe kenapa?” tanya Gibran.
Keyra menghela nafas panjang karena enggan menjawab pertanyaan kakaknya.
“Loe nyembunyiin sesuatu kan?” tanya Gibran.
Keyra menggaruk kepalanya.
“Kak gue tidur dimana?” tanya Keyra untuk mengalihkan pembicaraan.
Gibran menunjuk ke lantai atas.
“Kakak tidur dimana?” tanya Keyra lagi.
Gibran menunjuk kamarnya yang berada di lantai satu.
“Kalo kamarnya pacar kakak?”
Gibran tertawa. “Ngapain nanya kamarnya, Winda tidur sama gue.”
Keyra manggut-manggut.
“Kalo gitu, mainnnya jangan terlalu ribut. Kasihanilah yang jomblo” ucap Keyra lalu melenggang ke lantai dua.
“Tenang saja, apartemen ini dilengkapi peredam suara.”
Gibran ke kamarnya mencari ponsel cadangannya. Gibran lalu membawa koper Keyra ke lantai dua.
“Nih” Gibran menyodorkan ponselnya ke Keyra.
“Kak, kalo ada yang nyariin gue. Bilang aja gak tau” ucap Keyra sebelum Gibran keluar dari kamarnya.
Gibran berhenti dan kembali ke hadapan Keyra.
“Loe kabur dari siapa?”
Keyra menghela nafas panjang.
“Kalo loe gak mau ngomong, jangan harap Kakak bakalan ngumpetin loe disini” Gibran mulai melancarkan aksinya dengan mengancam Keyra.
Mau tak mau akhirnya Keyra menjelaskan kepada Gibran alasannya kabur, meskipun tak semuanya ia jelaskan. Keyra tetap menyembunyikan apa yang dilakukan Bastian dari Gibran.
“Kak, janji yah. Jangan ngomong apa-apa kalo Bastian nanyain”
Gibran mengangguk.
“Oh ya, gue boleh tinggal disini berapa lama?” tanya Keyra sebelum kakaknya keluar dari kamarnya.
“Tinggal aja selama yang loe mau.”
****
Bastian kembali meneguk minuman beralkohol setelah seharian mencari Keyra namun tak bisa menemukannya dimanapun. Sahabat-sahabatnya pun berkumpul bersamanya. Mereka semua khawatir, namun tak ada jejak Keyra dimanapun. Bastian bahkan tak bisa mendapatkan plat taxi yang dinaiki oleh Keyra setelah gadis itu kecelakaan.
Sudah dua hari Keyra menghilang dan Bastian semakin frustasi.
“Keyra mungkin ke tempat kakaknya” ucap Albert.
Bastian meneguk lagi minumannya sampai habis.
“Loe tau sendiri Keyra gak akur sama kakaknya.”
Albert hanya mengangguk.
“Kakaknya Keyra kan bukan cuma Kak Kinar. Ada Kak Gibran juga” timpal Feli.
“Mungkin Keyra ke tempatnya Kak Gibran, Bas” sambung Jena.
“Gue udah hubungin Kak Gibran, katanya Keyra gak ada disana. Malah gue yang ditanya balik katanya Keyra kemana.”
Bastian memijit pelipisnya.
“Kok bisa gini sih Bas? Kalian berantem?” tanya Nella.
Bastian menghembuskan nafasnya dengan keras.
“Waktu gue nyariin Keyra ke mansionnya, kata pelayannya dia berantem sama Daddynya. Daddynya nampar Keyra dan akhirnya Keyra pergi bawa koper.”
Bastian mengacak-acak rambutnya karena menyesal, harusnya ia tidak mengabaikan panggilan Keyra waktu itu. Harusnya ia langsung menjawab panggilan Keyra saat itu juga.
“Terus?” tanya Nella lagi.
Bastian mengusap wajahnya dengan gusar.
“Waktu Keyra sampe disini, dia mergokin gue lagi maen.”
Sahabat-sahabat Bastian saling pandang.
“Maen apa Bas?” tanya Feli.
“Bego loe, maen apa lagi” ucap Albert. “Tumben loe ngelakuin gituan di apartemen, biasanya loe maennya di hotel kan?” sambung Albert.
“Lagi sial gue.” Bastian lagi-lagi menghela nafas.
“Loe sih Bas, udah punya Keyra masih aja nyari perempuan lain” ucap Feli dengan kesal.
Jena menyenggol Feli agar diam.
“Kenapa sih Jen, emangnya gue salah ngomong gitu? Meskipun Bastian sama Keyra gak pernah ada kata pacaran, tapi kalian kan saling sayang. Cih, bullshit kata sayang loe Bas. Ujung-ujungnya tetep aja loe nyari perempuan lain” Feli meninggikan suaranya.
“Iya gue salah Fel” Bastian bangkit dan masuk ke kamarnya.
“Fel, loe dibilangin diem. Masih aja ngomel sana-sini”, ucap Jena dengan kesal.
“Bastian tuh bukannya butuh diceramahin, Bastian butuh dikasih semangat” timpal Nella.
“Kalian gak tau aja gimana frustasinya Bastian. Dia tinggal berdua sama Keyra, tapi gak pernah bisa nyentuh Keyra” ucap Albert.
“Hah?” Jena, Nella, dan Feli berteriak bersamaan.
“Mereka gak pernah gituan sayang?” tanya Jena.
“Gak pernah, Keyra gak mau” kali ini Albert yang menggaruk kepalanya dengan frustasi.
“Kok bisa? Lah mereka bukannya selalu tidur bareng yah?” tanya Feli.
“Iya, tapi cuma tidur doang. Bastian maen sama perempuan bayaran juga cuma buat nyalurin gairahnya, gak lebih.”
****