Keyra menginap di apartemen Nella selama dua hari. Kemarin gadis itu seharian mengurusi urusannya di Kedutaan Besar Australia sebelum berangkat ke Australia minggu depan. Perkuliahannya akan di mulai awal September, jadi Keyra memutuskan akan berangkat akhir Agustus sambil belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya sebelum perkuliahannya berlangsung.
Selama dua hari Keyra menginap di apartemen Nella, dua hari juga Bastian tidur di sofa ruang tamu apartemen Nella. Saat Keyra mengurus berkas-berkasnya di Kedutaan Besar Australia, Bastian terus mengikutinya. Walaupun Keyra terus-terusan mengacuhkannya. Keyra tidak banyak beraktivitas selama di apartemen Nella, gadis itu hanya terus mengurung diri di kamar.
Keyra mengurung diri di kamar bukan tanpa alasan. Selalu ada Bastian di apartemen Nella, jadi Keyra memutuskan untuk terus berada di kamar agar ia tidak menemui Bastian. Yang dipikirkan oleh Keyra, saat Bastian lelah menunggunya Bastian akan pergi juga. Namun, sudah satu minggu Keyra mengurung diri di kamar dan Bastian masih terus datang.
Antara kesal dan tak tahan lagi dengan suasana kamar, Keyra keluar dan jelas saja Bastian sedang menunggunya. Bastian menghampirinya dan langsung memeluk Keyra.
“Key, maafin gue. Please, jangan diemin gue yah, heum…sayang…”
Keyra mendorong tubuh Bastian.
“Sayang loe bilang? Huh, loe lucu banget Bas.”
Bastian mencekal pergelangan tangan Keyra saat Keyra mulai melangkah.
“Bas, lepasin gue. Gue mau minum Bas, haus.”
Bastian mengangguk lalu masuk ke dapur dan mengambilkan minuman dingin di kulkas untuk Keyra. Keyra meraih minuman yang diberikan oleh Bastian dan meneguknya. Bastian menyentuh sudut bibir Keyra yang basah untuk mengelap sisa air disana. Keyra langsung menepis tangan Bastian.
“Jangan nyentuh gue Bas.”
Bastian mengusap wajahnya dengan kasar.
“Key, gue salah Key…please kasih gue kesempatan buat…”
Keyra tertawa dengan keras. “Buat apa Bas? Biar loe nyakitin gue lagi?”
Keyra meletakkan botol minumannya dan memukuli Bastian.
“Gue sakit Bas” ucap Keyra dengan lirih di sela-sela pukulannya. “Sakit banget gue Bas…”
Air mata Keyra mulai mengalir. Keyra akhirnya melampiaskan sakit hatinya di depan Bastian. Bastian segera menghapus air mata Keyra namun tangannya langsung di tepis oleh Keyra.
“Gue bilang jangan sentuh gue Bas. Bas, loe bilang loe sayang sama gue. Tapi, kenapa loe nyakitin gue Bas?”
Keyra tersedu-sedu dan mengusap wajahnya yang berair.
“Key, maafin gue yah…sayang…Key, maafin gue yah.”
Keyra mengusap air matanya dengan kasar.
“Gak usah manggil gue sayang dengan mulut loe itu Bas. Bas, gue sakit banget”
Tangisan Keyra semakin kencang. Tangan Bastian terulur untuk memeluk Keyra namun langsung ditepis oleh Keyra.
“Jangan meluk-meluk atau nyentuh gue lagi Bas.”
Kaki Keyra lemas hingga akhirnya ia terjatuh sendiri dan memeluk lututnya sambil menangis. Hati Bastian hancur sehancur-hancurnya melihat Keyra menangis tersedu-sedu karena perbuatannya. Di sela-sela tangisannya, Keyra terus menggumam dan mengatakan bahwa ia sakit.
“Bas, loe bilang loe beli apartemen itu buat gue. Loe bilang loe beli apartemen itu biar gue bisa ngeliat pemandangan Jakarta kalo malem. Tapi, kenapa Bas, kenapa loe bawa orang lain ke apartemen itu? Bas, gue sakit banget ngeliat loe kayak gitu di depan mata gue.”
Keyra mengusap air matanya dengan kasar.
“Sial, kenapa gue gak bisa berenti nangisin loe.”
Bastian hanya diam dan membiarkan Keyra selesai dengan ucapannya.
“Bas, gue gak masalah loe nidurin perempuan lain. Gue tau sesekali loe butuh pelampiasan. Tapi, gue sakit banget loe ngelakuin itu di depan gue. Bas, gue lebih suka loe main gila di belakang gue dari pada loe nunjukin di depan gue. Gue lebih suka gue kayak orang bego yang gak tau apa-apa dari pada kayak gini Bas. Bas, sakit banget.”
Sorot mata Keyra menunjukkan seberapa terlukanya ia. Sorot mata terluka Keyra jelas-jelas menyakiti Bastian.
“Maafin gue Key…”
Tidak ada kata lain selain permintaan maaf yang bisa Bastian ucapkan. Bastian tahu kesalahannya dan ia benar-benar menyesalinya.
“Gue gak butuh maaf loe Bas. Loe bahkan lebih milih buat main dari pada ngejawab telpon gue. Cih, gue bego banget percaya saat loe bilang sayang sama gue.”
“Gue butuh loe Bas, tapi loe gak jawab telpon gue. Nyatanya loe lagi main gila sama perempuan itu di apartemen.” Keyra tertawa mengejek. “Padahal gue nangis-nangis sepanjang jalan Bas, yang gue pikirin gue pengen ketemu loe. Gue butuh loe, gue pengen meluk loe. Tapi, pas gue sampe loe lagi asik sama orang lain.”
Tiap kata yang diucapkan oleh Keyra menghujam jantung Bastian. Setiap ucapan Keyra menohok hati Bastian. Semuanya benar, Bastian yang salah karena lebih memilih memuaskan nafsunya dan mengabaikan Keyra saat itu.
“Semua laki-laki sama aja, b******k” ucap Keyra dengan ketus.
Keyra berdiri dan menghapus air matanya.
“Gue pengen minta sesuatu dari loe buat terakhir kalinya” ucap Keyra dengan malas.
“Key maksud loe apa? Kenapa terakhir kali sih? Loe bisa minta apapun dari gue selamanya.”
Keyra menatap wajah Bastian dengan malas.
“Karena setelah ini, gue gak mau ketemu loe lagi Bas, gue gak mau ngeliat muka loe lagi selamanya. Beresin barang-barang gue, itu permintaan gue. Beresin semuanya terutama berkas-berkas gue.”
Bastian meraih tangan Keyra, “Kita beresin bareng-bareng Key…heum…”
Keyra menghempaskan tangan Bastian.
“Loe pikir gue mau kembali ke apartemen sialan itu Bas? Gue gak sudi Bas, kalo gue gak butuh berkas-berkas gue, gue gak bakalan mau minta ini dari loe. Oh ya, setelah loe beresin barang-barang gue. Kirimin aja pake kurir, gak usah nganterin kesini. Loe bisa bersenang-senang sama siapapun mulai sekarang. Loe bisa main dimanapun. Kita selesai Bas, apapun namanya hubungan kita. Kita selesai Bas, gue gak mau punya hubungan apapun dengan loe lagi.”
****
Bastian sampai di apartemennya dengan wajah frustasi. Ia melirik ke area ruang tamu dan menggebrak meja berkali-kali mengingat perbuatannya siang itu. Penyesalan memang selalu muncul belakangan. Sekarang, bagaimanapun menyesalnya Bastian, Keyra tidak ingin terlibat lagi dalam hubungan itu.
Keyra mengakhiri hubungan yang entah apa namanya secara sepihak. Sejak awal, memang tak pernah ada kata pacaran diantara mereka. Namun, mereka saling memiliki, saling mencintai, saling menyayangi, saling cemburu, bahkan mereka mulai tinggal bersama. Hubungan cinta memang tak selalu harus dilabeli dengan embel-embel pacaran. Toh, hal utama dari hubungan adalah komitmen. Namun, saat komitmen itu rusak, apalagi yang tersisa.
Bastian masuk ke kamar Keyra, pandangannya memutar ke sekeliling ruangan berwarna krem itu. Keyra dan Bastian memang memiliki kamar terpisah, meskipun mereka ujung-ujungnya tetap tidur bersama. Bastian membuka lemari dan menarik koper kosong dari dalam lemari itu. Bastian mulai memasukkan satu persatu pakaian Keyra.
Air mata Bastian meluruh begitu saja, Bastian tidak sanggup lagi melanjutkan kegiatannya. Bastian terduduk dan bersandar di ranjang Keyra. Wajahnya menengadah, lengannya menutupi matanya yang berair. Bastian sangat menyayangi Keyra bahkan lebih dari yang Keyra tahu. Namun, rasa sayang itu justru menjadi bumerang bagi Bastian sendiri.
Setelah lama terdiam, akhirnya Bastian kembali membereskan pakaian-pakaian Keyra. Tak semuanya ia masukkan ke koper itu. Ia ingin menyimpan kenangan antara ia dan Keyra, meski hanya kenangan yang bisa ia simpan. Bastian memasukkan berkas-berkas penting milik Keyra ke dalam amplop besar dan memasukkannya di koper.
“Maafin gue Key, gue gak tau harus gimana selain minta maaf.”
Bastian mengambil secarik kertas dan mulai menuliskan sesuatu di kertas itu. Bastian keluar sebentar dan kembali ke kamar Keyra sambil membawa sebuah kotak manis. Saat Bastian membukanya ada sebuah kalung cantik dengan bandul huruf K yang merupakan inisal dari nama Keyra.
Bastian meletakkan kotak itu beserta kertas yang tadi ia tulis ke dalam koper. Usai membereskan barang-barang Keyra, Bastian tak langsung mengantarkannya ke apartemen Nella. Bastian akan membawa koper itu besok agar ia memiliki alasan untuk menemui Keyra dan mengantarnya ke bandara.
Satu hari berlalu, Keyra sudah bersiap-siap untuk berangkat. Sahabat-sahabatnya berkumpul di apartemen Nella, kecuali Bastian. Sejak kemarin Keyra sudah menunggu Bastian, lebih tepatnya menunggu barang-barangnya dari apartemen Bastian. Namun, sampai sekarang Bastian belum muncul juga.
Keyra berkali-kali melirik ke arah pintu saat ia menikmati sarapan bersama sahabat-sahabatnya.
“Nungguin Bastian Key?” tanya Feli.
“Gue nungguin barang-barang gue, berkas-berkas gue ada di apartemennya Bastian”
Keyra menghembuskan nafas dengan kesal karena Bastian belum mengantarkan berkas-berkasnya.
“Ya udah, loe hubungin aja. Mau pake HP gue gak?” Jena menawarkan ponselnya.
“Dari pada loe gak tenang, yah mending loe hubungin. Biar Bastian kesini, kalo dia gak bisa yah biar kita yang nyamperin kesana” ucap Nella sambil memegang bahu Keyra.
Keyra tak menjawab, ia menyelesaikan sarapannya lebih awal. Kali ini ia benar-benar tak berselera. Setelah dua minggu tinggal di apartemen kakaknya, makanan siap saji seperti yang ia santap barusan benar-benar tak sebanding dengan masakan pacar kakaknya.
Saat ini, Keyra bahkan merindukan masakan Bastian. Tunggu, kenapa jadi lari ke Bastian lagi. Bastian memang sering memasak untuk Keyra. Bastian sebenarnya jago memasak, karena itu Keyra tak pernah kelaparan saat ia bersama Bastian.
“Sial” Keyra menggerutu sendiri karena mulai merindukan Bastian.
Keempat sahabat-sahabat Keyra hanya terkekeh melihat Keyra menggerutu. Mereka paham betul bahwa sebenarnya di balik amarahnya, Keyra tetap merindukan Bastian. Keyra sebenarnya sudah bergantung dengan Bastian sejak bertahun-tahun. Mereka tinggal bersama ditambah Bastian yang selalu perhatian kepada Keyra jelas akan membekas di hati Keyra selamanya.
Tak akan mudah bagi Keyra untuk melupakan Bastian bagaimanapun sakit hatinya ia saat ini. Namun, rasa sakitnya juga terlalu mengerikan jika ia membiarkannya begitu saja. Semakin dalam perasaan Keyra terhadap Bastian, semakin banyak pula ia tersakiti. Begitupun dengan Bastian, dua-duanya mengalami rasa sakit.
Keyra dan keempat sahabatnya tiba di bandara. Pesawat Keyra akan berangkat sebentar lagi, namun Bastian masih belum muncul. Keyra tak terlalu mempermasalahkan berkas-berkasnya. Jika ia memang tak bisa membawanya, ia masih bisa meminta sahabat-sahabatnya untuk mengirimkannya. Saat ini, Keyra malah mengkhawatirkan Bastian.
“Hubungin Bastian Key…” ucap Nella.
Keyra berkali-kali menatap layar ponselnya. Ia masih menggunakan ponsel pemberian kakaknya, karena ia tidak ingin Bastian terus melacak lokasinya saat ia tiba di Australia.
“Key…” Feli menyenggol lengan Keyra yang masih tak yakin untuk menghubungi Bastian atau tidak.
“Gak usah, kalo Bastian gak dateng, berkas-berkas gue masih bisa dikirim nanti. Entar gue ngirimin alamat gue.”
Keyra menyerah pada akhirnya. Kali ini ia memantapkan hatinya untuk tidak lagi terlibat dengan Bastian. Rasa sakitnya terlalu mengerikan untuk ia lupakan begitu saja. Sebenarnya Keyra memiliki trauma soal hubungan, karena itu ia tidak ingin melabeli hubungannya dengan Bastian.
Bukan karena Keyra tidak yakin dengan Bastian, namun traumanya tentang laki-laki benar-benar mengerikan. Seumur hidupnya ia terus dihadapkan bagaimana bejatnya perbuatan laki-laki. Daddynya jelas menjadi tokoh utama, selanjutnya Gibran yang terus gonta-ganti pacar, ditambah kakak iparnya, suami dari kakak sulung Keyra yang juga main gila dengan perempuan-perempuan bayaran.
Bastian tiba di bandara sambil berlari. Ia terengah-engah ketika tiba di hadapan Keyra.
“Sorry Key, nih barang-barang loe.”
Keyra menatap lekat wajah Bastian yang masih menyesuaikan nafasnya. Bulir-bulir bening bermunculan di dahi dan pelipis Bastian. Bastian segera merengkuh Keyra ke dalam pelukannya.
Untuk sesaat Keyra diam dan menenggelamkan wajahnya di d**a Bastian. Nyaman, yah pelukan Bastian selalu nyaman bagi Keyra. Sedetik berikutnya, kesadaran Keyra kembali. Keyra mendorong tubuh Bastian dan menarik kopernya. Bastian mengelus rambut Keyra sekilas.
“Sorry Key, gue telat.”
Keyra mengelak hingga elusan Bastian di rambutnya terlepas begitu saja. Keyra berpamitan dan memeluk sahabat-sahabatnya satu per satu kecuali Bastian. Keyra bahkan enggan memandang wajah Bastian. Tiap kali Bastian mendekat, Keyra membuang muka. Namun, tepat saat Keyra menarik kedua kopernya, Bastian menahan Keyra dan memeluknya sekilas.
Pelukan Bastian tak berlangsung lama karena Keyra kembali mendorongnya.
“Baik-baik yah Key, gue sayang sama loe” ucap Bastian lalu mengecup kening Keyra tanpa permisi.
Keyra mendecak kesal namun Bastian tersenyum tanpa dosa. Tanpa pikir panjang lagi, Keyra menarik kopernya sebelum Bastian kembali melancarkan aksinya lagi.
Bastian dan yang lain menatap kepergian Keyra. Lima orang itu melambai, mereka tak perlu menangis. Toh, Keyra tidak pergi untuk berperang. Gadis itu pergi untuk mengejar cita-citanya, suatu hari nanti Keyra akan kembali.
“Loe sengaja telat kan Bas?” tanya Albert.
Bastian terkekeh.
“Udah gue duga, akal busuk loe Bas, dasar loe” timpal Jena.
****