KE KOTA A

1078 Words
Aliando Delfin, Evan Prambudi, dan Bagas Sanjaya tumbuh bersama. Mereka tidak pernah kekurangan karena keluarga mereka memiliki kekayaan yang bisa menghidupi mereka sampai tujuh turunan. "Apakah kamu berusaha menjilat Ibuku, hanya untuk makanan?" Aliando melirik Bagas. "Kamu akan melakukan apa saja jika kamu lapar!" Evan membela Bagas dan mengambil makanan di depan Aliando lalu memasukkan ke mulutnya. Aliando melotot melihat Evan mengambil makanan di depannya. "Kamu mencuri makanan di depanku. Aku tidak yakin kalian ke sini untuk menjengukku." Aliando menatap Bagas dan Evan dingin. "Tatapan itu tidak bagus untukmu. Kami takut dengan tatapanmu!" Evan tidak menyukai saat mereka bercanda Aliando memberikan tatapan dingin untuknya. ***** Seorang wanita berjalan ke arah ruang VIP. Dia begitu cantik dan memiliki riasan yang cukup untuk menggambarkan bahwa dirinya seorang sosialita tingkat dewa. Tingginya kurang lebih 170 cm. Memakai dress ketat yang membuat lekuk tubuhnya terlihat. Dia mengetuk kamar dua dan masuk. Ekspresinya langsung berubah saat melihat Aliando terbaring dengan kaki dibalut perban. Sejauh ini kondisi Aliando sudah stabil. Dia hanya akan merawat kakinya yang retak akibat kecelakaan itu. "Apa yang terjadi? Aku ke kediaman Delfin, pelayan mengatakan Paman dan Bibi ke Kota B karena Aliando mengalami kecelakaan. Bagaimana bisa itu terjadi, kamu kan pembalap terbaik?" Wanita itu terlihat sedih. Dia hampir meneteskan air mata. Aliando terlihat tidak menyukai wanita itu. Dia cuek dan tidak mempedulikannya. "Agnes, Paman dan Bibi langsung berangkat malam itu saat pihak asuransi memberi kabar. Kami tidak bisa memikirkan apa-apa lagi." Nyonya Delfin meraih Agnesia Milton dan menenangkannya. "Kami tidak memberi kabar, karena kami tidak ingin membuatmu repot menyusul ke mari. Hari ini, Paman dan Bibi akan mengurus kepindahan Ando. Dokter mengatakan dua hari lagi Ando sudah bisa melakukan perjalanan jauh. Kami akan kembali dan melanjutkan perawatan di Kota A," Nyonya Delfin menjelaskan panjang lebar. Aliando mendongak menatap ibunya ketika mendengar itu. Nyonya Delfin tidak pernah memberitahu bahwa ia akan dipindahkan. Dua hari waktu yang singkat. Apakah Diandra akan datang? Setidaknya butuh waktu sebulan untuknya pulih dengan baik. Apakah dia bisa menunggu? ***** Dari perusahan Nugroho, Diandra tidak pergi ke tempat lain. Dia langsung pulang diantar Azka. "Sampaikan salamku kepada Kakek dan Nenek. Aku akan menjemputmu besok pagi." "Okey." Azka pergi meninggalkan kediaman Abimanyu Nugroho. Dia menghabiskan malam bersama teman-temannya di sebuah bar. Pagi berikutnya, Azka menjemput Diandra dan menuju Kota A. "Apa kamu tidak apa-apa mengemudi sendiri?" Diandra bertanya pada Azka yang seharusnya menggunakan supir saat perjalanan jarak jauh. "Tidak apa-apa. Setidaknya aku memiliki banyak waktu berdua denganmu." Azka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia menggunakan mobil sport 12.000 CC, yang akan memudahkan mereka melakukan perjalan jauh dengan waktu yang memungkinkan. "Kamu mengajakku agar memiliki waktu berdua. Aku tidak percaya, kamu begitu picik." Diandra menelan ludah. Diandra galau, dia tidak tahu apakah dia harus menangis agak bahagia bisa kembali ke Kota A. Tujuh tahun lalu dia meninggalkan Kota A karena Kartika mengirimnya ke Kota B bersama Hadi Winoto. Sepanjang perjalanan, meskipun Azka menghiburnya dengan berbagai candaan, perasan Diandra masih saja resah. ***** "Ando, kami harus kembali. Besok aku akan menemuimh di rumah sakit Pertama." Evan pamit pulang pada Aliando. Evan adalah teman yang paling dekat dengan Aliando di antara yang lain. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama selepas kerja. "Kalian seharusnya tidak meninggalkan aku sendiri. Aku benar-benar muak dengannya!" Aliando melirik sebal pada Agnesia Milton. Agnesia Milton adalah anak tunggal Walikota A yang sangat berpengaruh. Raymond Delfin mengatur pertemuan mereka karena pertemanannya dengan sang Walikota. "Kami harus pergi, kami tidak bisa terjebak di sini. Bisnis butuh kami." Evan mengelola bisnisnya sendiri. Tidak seperti Pewaris lainnya, Evan tidak bergantung sepenuhnya pada bisnis keluarganya. Dia memiliki perusahaan sendiri. Kemudian, Aliando memandang Bagas Sanjaya. Bagas tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak memiliki alasan yang akan menyelamatkannya. Dia menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, dan hampir tidak pernah bekerja. Bagas memiliki saham dari Keluarga Sanjaya. Dia tidak harus bekerja untuk mendapatkan uang. "Aku juga harus pergi. Agnesia Milton sangar menakutkan, dia seperti akan mengulitiku. Aku sungguh tidak menyukainya!" Bagas mengatakan sambil merinding. Agnes meminta Tuan dan Nyonya Delfin agar kembali ke hotel. Agnes sangat dekat dengan keluarga Delfin. Tuan dan Nyonya Delfin sangat menyukainya. Saat dia kembali ke ruang rawat, Evan dan Bagas terdiam. "Bukankah kalian akan pulang?" Agnesia Milton pura-pura bertanya. "Ya, kami akan pergi," kata Evan. Bagas melirik Aliando dan berbisik, "Aku harus pergi, atau dia akan memakanku." Aliando tidak mengatakan apa-apa. Setelah Evan dan Bagas pergi, Agnes menghampiri Aliando. "Apa kamu butuh sesuatu?" tanyanya sok perhatian. "Aku akan tidur. Bukankah kamu juga harus beristirahat, Kota A begitu jauh. Kamu seharusnya ke hotel untuk istirahat." Aliando menarik selimutnya dan berbaring. "Aku akan menjagamu. Jangan khawatir, aku baik-baik saja!" Agnes tidak ingin pergi. Aliando pura-pura tertidur, berharap Agnesia Milton menyerah. Tapi, Agnes tidak mau menyerah. Dia mengambil kursi dan duduk di samping tempat tidur Aliando. "Jangan memaksaku, aku tulus padamu. Aku tahu kamu tidak menyukaiku, tapi aku tidak akan menyerah. Menikah tidak harus saling menyukai satu sama lain," kata Agnes sambil tersenyum licik. Agnesia sangat menyukai Aliando ketika Walikota dan Raymond Delfin memperkenalkan mereka. ***** Azka dan Diandra tiba di kota A setelah melakukan perjalanan selama tiga jam. "Kamu bisa memakai mobilku. Kamu mungkin butuh waktu bersama keluargamu." Azka memberikan mobilnya kepada Diandra. "Tidak. Aku akan naik taksi atau bis. Kamu bisa turunkan aku di halte depan," kata Diandra. Azka menurunkan Diandra di halte dan lanjut melaju ke perusahaan cabang. Azka disambut oleh beberapa karyawan. "Selamat siang, Presdir. Saya Baskara Putra akan menjadi asisten Anda selama di sini. Kami sudah menyiapkan rapat yang akan dimulai setengah jam lagi." Salah satu karyawan menjelaskan dan berjalan masuk mendampingi Azka. Azka tidak menjawab dan hanya mengangguk. Di halte, Diandra terdiam dan terlihat gelisah. Dia tidak tahu apakah dia harus ke rumah Kartika atau tidak? Dia masih bertanya-tanya. Diandra memanggil taksi. "Daerah Wilmart," katanya saat naik dan duduk di kursi belakang. Supir taksi itu mengangguk. Itu tempat di sekitar rumah Kartika. Diandra turun dan berjalan. Setelah berjalan sepuluh menit, Diandra berhenti di depan sebuah warung kecil. Dia memperhatikan situasi di dalam warung yang terlihat ramai itu. Pemilik warung terlihat sibuk dengan beberapa pelanggan yang datang untuk makan siang. "Bibi, kami ingin sup pangsit dan pangsit tumis daging, masing-masing satu porsi," kata pelanggan itu. "Bibi, sup pangsit 2 mangkok." Setelah beberapa menit terdiam di depan warung, Diandra berjalan masuk. "Saya ingin pangsit dengan tumis daging satu porsi." Diandra menunduk saat berbicara. Kartika yang terlihat sibuk tidak melihat Diandra, hanya berkata, "Segera!" Saat akan melangkah Kartika terdiam. "Suara itu ....?!" Dia kemudian berbalik untuk melihat orang yang baru saja memesan. **Bersambung**
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD