“Hai, Sayang. Kamu sibuk ya?” Angkasa menoleh kea rah pintu yang terbuka lebar, Agni tersenyum di sana. Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar, hatinya ingin sekali mengusir wanita itu cepat-cepat dari hadapannya. “Hai, Sayang. Masuk sini, kebetulan kamu ke sini ada yang mau bicara sama kamu.” Agni mendekati Angkasa, ia duduk di pangkuan laki-lak itu. Senyum wanita itu merekah sempurna, ia mengalungkan tangannya di leher Angkasa. “Kamu mau ngomong apa, Sayang? Penting banget ya? Kamu mau pergi ke Singapura juga?” “Bukan itu, Sayang, ini penting banget untuk kelanjutan hubungan kita berdua.” Agni mengerutkan dahinya dalam, ia menatap Angkasa lekat. “Kenapa sih, Angkasa Sayang? Hubungan kita kenapa? Tante Genta sama Om Raka larang kita untuk nikah? Atau malah ada perempuan lain yang ing