“Xuan Yi, kau benar-benar sangat nekat!”
Dua murid Akademi Tangyi yang sedang menikmati liburan itu pun melangkahkan kedua kakinya menuju salah satu rumah penduduk kaya. Membuat Shen Jia sesekali membenarkan penampilan penyamarannya menjadi seorang pria.
“Sudah, tidak apa-apa. Percayakan padaku saja kalau penyamaranmu tidak akan gagal.”
Setelah itu, Xuan Yi mendorong sebuah pintu gerbang cukup besar menampilkan pekarangan yang begitu luas dengan beberapa prajurit tengah melakukan penjagaan keliling.
Tentu saja kedatangan mereka berdua membuat prajurit itu tampak penasaran sekaligus tidak percaya. Sebab, dua pria tampan nan cantik itu terlihat arogan.
“Permisi dua pemuda, apa yang ingin kalian dapatkan di sini?” tanya salah satu prajurit menghampiri Xuan Yi dan sesekali melirik ke arah Shen Jia yang tengah sibuk membenarkan letak pakaiannya sendiri.
“Aku ingin bertemu dengan pemimpin kalian! Di mana dia?” jawab Xuan Yi galak.
“Maaf, Tuan Muda, sayang sekali kalian datang terlambat karena Gubernur baru saja keluar untuk memastikan keadaan penduduk jauh lebih aman,” ucap prajurit tersebut mermasang ekspresi penyesalan yang begitu palsu.
“Kalau begitu, aku akan menunggu dia sampai datang ke sini,” balas Xuan Yi bersikeras untuk tetap meminta mereka memanggilkan sang objek perhatian pemuda tampan tersebut.
Sedangkan Shen Jia lebih memilih untuk diam saja. Sebab, apa yang dikatakan Xuan Yi memang benar. Tidak menutup kemungkinan bahwa prajurit itu berbohong. Apalagi masih dalam keadaan sepagi ini berliau sudah pergi.
Prajurit yang tidak bisa melakukan hal apa pun lagi itu pun melenggang pegri masuk ke dalam untuk melaporkan situasi yang telah terjadi tanpa diduga oleh siapa pun.
“Mengapa kalian berdua begitu keras kepala?” keluh para lelaki itu dengan menghela napas panjang.
“Kau izinkan kami atau dengan terpaksa aku melakukan hal di luar dugaan!” ancam Xuan Yi berusaha menggetarkan pemuda tersebut.
Shen Jia dan Xuan Yi memang sengaja melakukan perencanaan di luar dugaan sekaligus untuk melihat bahwa apa yang dikatakan Tian Mi selaku pedagang pakaian mewah tersebut benar adanya.
Akan tetapi, keduanya terlihat menyamar seperti pedagang yang ingin mengadukan sesuatu membuat sebagian prajurit tampak percaya dan tidak percaya. Sebab, keadaan mereka berdua sedikit meyakinkan.
Tak lama kemudian, datanglah seorang lelaki paruh baya berpakaian hanfu hijau dengan kepala terhiasi topi ala kehakiman. Membuat Xuan Yi semakin bersemangat. Tentu saja dugaannya tadi memang benar karena ia sudah memastikan terlebih dahulu bahwa Gubernur Guangzhou berada di tempatnya tanpa pergi ke manapun.
Dikarenakan lelaki tamak itu sudah mendapat banyak sekali bagian dari Keluarga Li yang baru saja berangkat ke Chang’an untuk menjual kembali hasil pembelian mereka di Gungzhou dengan begitu kejam.
Namun, semua penduduk yang ada di sini tidak bisa melakukan apa pun lagi. Karena mereka sudah pasrah dengan kepemimpinan yang hanya menginginkan hartanya saja. Padahal para rakyat juga berhak menyuarakan tidak terima atas apa yang telah terjadi.
“Gubernur Hwang!” sapa Xuan Yi sok akrab dengan senyuman lebar membuat lelaki paruh baya itu ikut tersenyum.
“Apa ... kita pernah berkenalan?” tanya Gubernur Hwang bingung.
“Tentu saja! Aku salah satu awak kapal milik Keluarga Li,” jawab Xuan Yi begitu percaya diri.
Sedangkan Shen Jia hanya memutar bola matanya malas. Membuat salah satu prajurit yang melihat hal tersebut langsung membisikkan sesuatu pada sang gubernur berperut buncit dengan kumis tebal menghiasi wajahnya.
“Kalau begitu, mari masuk, Tuan Mi,” ucap Gubernur Hwang dengan mempersilakan dua pemuda tampan itu masuk ke dalam.
Dan Shen Jia melenggang lebih dulu daripada Xuan Yi. Namun, sebelum itu ia menyempatkan diri untuk mencubit pelan lengan pemuda itu sembari mendesis tidak percaya. Karena pemuda itu benar-benar nekat bertemu dengan seorang koruptor kerajaan kelas kakap.
Siapa pun pasti tidak ada yang menyangka bahwa di balik kesengsaraan rakyatnya ada seorang pejabat tamak dengan hasil kekayaan melimpah ruah. Bahkan bisa dikatakan lelaki itu hidup jauh lebih menyenangkan daripada yang sebenarnya.
Semua itu dihasilkan berkat uang korupsi dari para warga yang memberikan upeti lebih banyak daripada biasanya. Bahkan pajak bagi lelaki lajang pun bertambah naik sepanjang tahun membuat beberapa dari mereka frustasi dan lebih memilih untuk tanggal di tempat lain.
Sedangkan orang-orang yang tidak bisa melakukan imigrasi dengan terpaksa mengikuti semua aturan gubernur tersebut. Meskipun terkadang membuat mereka merasa tidak nyaman sekaligus sengsara akan mahalnya upeti yang harus dikeluarkan.
Terlihat di sebuah ruang tamu bernuansa mewah dengan porselen berbagai dinasti membuat pandangan Xuan Yi mengarah pada salah satu guci berwarna hijau mewah terletak di sudut ruangan.
“Jadi, bagaimana transaksi tadi?” tanya Gubernur Hwang tertawa lebar menatap Xuan Yi penuh minat.
Sedangkan pemuda itu tampak mendesis remeh melihat betapa menginginkannya sekali lelaki berperut buncit ketika mengetahui bahwa Xuan Yi adalah utusan dari Keluarga Li. Jelas sekali tidak ada yang bisa menolak aura kekayaan dari para penjilat.
“Berjalan cukup lancar,” jawab Xuan Yi sekenanya.
“Apa Kepala Keluarga Li merasa senang?” tanya Gubernur Hwang berbinar senang, lalu mengkode kepada pengikutnya untuk menuangkan minuman pada Xuan Yi dan Shen Jia.
“Tentu saja kau akan segera mendapatkan hasil hari ini,” jawab Xuan Yi tersenyum miring.
Ia mulai melancarkan aksinya membuat Shen Jia tanpa sadar memutar bola matanya malas. Akan tetapi, tindakan itu diketahui oleh pengikut Gubernur Hwang.
“Apa kau merasa tidak nyaman di sini, Tuan Muda?” tanya seorang dayang cantik sembari menuangkan minuman ke dalam gelas.
Shen Jia melirik sesaat, lalu menggeleng pelan. “Tidak ada. Aku hanya merasa sedikit pengap di sini. Apa kau bisa mengajakku berkeliling?”
Sejenak gadis yang menyamar menjadi seorang pemuda itu pun menoleh pada Gubernur Hwang. Lelaki berperut buncit yang kini berpikir keras sembari mengernyitkan keningnya dalam.
“Tentu saja boleh. Kau bisa menganggap tempat ini sebagai rumahmu sendiri,” sahut Gubernur Hwang tertawa lebar membuat Xuan Yi ikut tertawa.
Setelah itu, Shen Jia yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan pun langsung bangkit dari tempat duduknya. Kemudian, seorang dayang cantik itu pun menunduk hormat pada Xuan Yi dan Gubernur Hwang.