“Tuan Muda Gu,” sapa seorang prajurit gagah yang diketahui bahwa tangan kanan dari Gu Sheng Jun.
Mendengar hal tersebut tidak sedikit murid Akademi Tangyi langsung berbisik-bisik sembari memperhatikan raut wajah Xuan Yi. Pemuda tampan itu terlihat kesal sekaligus tidak percaya dengan apa yang telah terjadi di hadapannya.
Asisten guru yang melihat situasi cukup terkendali dengan adanya Xuan Yi pun menyela, “Bukankah Xuan Yi sudah ada di sini? Kalau begitu, selesaikan urusan kalian dan jangan membuat keributan lagi.”
Setelah itu, kerumunan pun dibubarkan dengan menyisakan Xuan Yi, Chang Qi, Shen Jia, dan tangan kanan dari Jenderal Gu. Mereka berempat tampak duduk di salah satu ruang tamu milik Akademi Tangyi berada tidak jauh dari pavilium yang menghadap danau-danau buatan.
Keempatnya tidak ada yang membuka pembicaraan sampai Shen Jia menyuguhi teh pada cangkir milik Xuan Yi dan tangan kanan dari Jenderal Gu. Mereka saling terdiam satu sama lain.
“Cepat katakan apa yang disuruh oleh Ayahku, Komandan Ju,” pinta Xuan Yi tepat menandaskan gelas pertama miliknya.
Seorang lelaki tak kalah tampan nan gagah itu tampak menghela napas panjang, lalu membalas, “Kau harus segera kembali, Tuan Muda. Jenderal Gu benar-benar tidak bisa mengizinkanmu untuk tetap berada di sini.”
Akan tetapi, sayang sekali Xuan Yi sudah sangat lelah mendengar semua hal yang dikatakan pada dua orang berbeda tersebut. Memang pada dasarnya, semua inti dari perkataan mereka benar-benar hanya satu.
“Aku tidak bisa, Komandang Ju. Kalau kau datang ke sini hanya untuk menghentikanku, maka dengan berat hati aku harus mengusirmu keluar. Karena kau sudah cukup menganggu ketenangan Akademi Tangyi,” tolak Xuan Yi dengan tidak menghilangkan rasa hormatnya sama sekali.
Sontak perkataan itu pun membuat Komandan Ju tersenyum tipis. Sifat keras kepala dan teguh pendirian itu memang benar-benar diwariskan Sheng Jun hingga ke anak semata wayangnya. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa keduanya sulit dipersatukan.
“Aku mengerti keteguhanmu mengenai untuk tetap belajar di sini, tapi harus aku ingatkan sekali lagi bahwa Ayahmu pasti tidak akan melepaskanmu begitu saja, Xuan Yi. Karena kau satu-satunya yang dia punya,” ucap Komandan Ju menyiratkan sesuatu yang cukup mendalam.
Namun, Xuan Yi sudah kepalang tanggung merasa kesal akan sikap otoriter sang ayah pun lebih memilih untuk tidak menghiraukannya. Ia terlihat acuh tak acuh sembari menatap ke arah lain.
Sedangkan Shen Jia merasa ada suatu keanehan yang terjadi pun ikut mendengarkan, lalu ada Chang Qi berwajah datar seakan tidak mendengar apa pun. Pemuda tampan yang menjadi penjaga bagi Xuan Yi itu terlihat biasa saja.
Kemudian, Komandan Ju bangkit dari tempat duduknya melihat Xuan Yi sudah berubah menjadi diam yang acuh tak acuh. Sama persis seperti Sheng Jun ketika melanggar perkataan ayahnya sendiri.
Sepeninggalnya Komandan Ju yang menyuruh para prajurit untuk pergi dari Akademi Tangyi, terlihat seorang pemuda tampan bangkit dari tempat duduknya dengan pandangan yang begitu kosong. Ia tersentak pada sesuatu tak kasatmata yang berada di dalam hatinya.
“Xuan Yi, kau mau ke mana?” tanya Shen Jia berusaha mengejar pemuda tersebut.
Akan tetapi, sayang sekali tindakan tersebut digagalkan oleh Chang Qi yang langsung menahan gadis itu untuk tidak mengejar majikannya. Entah kenapa ia merasakan sesuatu kekuatan besar yang ada di dalam diri Xuan Yi hendak mendesak keluar.
“Jangan dikejar. Biarkan dia sendirian dulu,” ucap Chang Qi menggeleng pelan.
“Tapi, dia terlihat tidak baik-baik saja,” balas Shen Jia mengernyit penuh khawatir.
“Tidak apa-apa. Sekarang biarkan tubuhnya tenang. Karena Tuan Muda selalu dalam emosi kalut ketika ingin menyendiri,” pungkas Chang Qi dengan nada yang begitu mantap membuat Shen Jia merasa harus mempercayai perkataan pemuda tersebut.
Akhirnya, Shen Jia yang tidak mengejar Xuan Yi pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Tentu saja ia hendak menemui Sang Qi. Dayang pribadinya sejak kecil yang kini sedang membereskan beberapa kekacauan disebabkan oleh para prajurit tadi.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Akademi Tangyi berubah menjadi sangat berantakan, Mengingat para prajurit datang untuk mencari seseorang sekaligus mengacaukan keadaan dengan merobohkan beberapa benda yang terpajang rapi. Baik itu pot bunga, dan kursi santai di depan kamar kediaman.
Shen Jia tersenyum tipis melihat keadaan kamar kediaman yang sudah sedikit rapi berkat Sang Qi dengan sabar membersihkan semuanya sendirian.
“Xiao Jie, kau sudah kembali?” sapa Sang Qi menghampiri seorang gadis yang kini mendudukkan diri di anak tangga sembari menyandarkan tubuh pada pegangan tangga.
“Sudah, Sang Qi,” jawab Shen Jia lemas.
“Ada apa, Xiao Jie?” tanya Sang Qi penasaran sembari mengusap punggung Shen Jia lembut. “Kau bisa mengatakannya pada Sang Qi.”
“Kenapa latar belakang anak murid Akademi Tangyi luar biasa, Sang Qi? Apa kau tahu? Xuan Yi benar-benar anak dari Jenderal Gu,” celoteh Shen Jia tertawa pelan dan terdengar mentertawakan dirinya sendiri.
Sejenak Sang Qi mengerti kenapa majikannya kesal sekaligus tidak percaya. Memang beberapa hari belakangan ini banyak sekali hal mengejutkan yang terjadi. Padahal semua jelas tidak ada yang direncanakan.
“Mungkin Tuan Muda Gu memiliki alasan lain sampai menyembunyikan kebenaran ini semua. Tapi, aku yakin dia tidak bermaksud seperti itu,” balas Sang Qi tersenyum tipis.
Mendengar hal tersebut Shen Jia pun mendadak teringat di mana Xuan Yi sempat ia pergoki termenung di atap. Mungkin saat itu, Xuan Yi sedang benar-benar kalut hingga menginginkan waktu untuk menyendiri.
Sehingga tidak menutup kemungkinan, semua itu adalah jawaban dari banyak pertanyaan yang keluar dari benaknya, termasuk menyembunyikan identitasnya sebagai cucu dari keluarga kultivasi terpandang selama beberapa ratus tahun.
Setelah itu, tanpa aba-aba Shen Jia pun bangkit dan berlari meninggalkan Sang Qi yang terdiam di tempatnya berdiri. Namun, sedetik kemudian ia langsung tersadar bahwa majikannya sudah cukup jauh.
“Xiao Jie, kau mau ke mana!?” teriak Sang Qi, tetapi tidak didengar oleh Shen Jia.
Hal tersebut membuat seorang dayang berpakaian tidak jauh berbeda dari majikannya itu pun menghela napas pelan, lalu melenggang masuk untuk membersihkan kamar kediaman lagi. Karena tadi hanya dibersihkan bagian terasnya saja, sedangkan bagian dalam belum ada yang tersentuh sama sekali.
Sehingga keadaannya benar-benar sangat kacau membuat siapa pun yang melihatnya langsung merasa gemas ingin segera membersihkan. Sama seperti apa yang dilakukan oleh Sang Qi. Pelayan muda itu tanpa lelah melangkah ke sana-kemari membersihkan apa pun kotoran yang singgah di lantai tanpa dosa.