Chapter... 4 : Meningkatkan Kekuatan

1052 Words
Chu Xiang melihat jika dirinya telah kembali ke goa pertama. Tak melihat keanehan yang terjadi padanya atau goa tempatnya berada. Sesaat yang lalu ia masih berada di sebuah padang pasir, tapi sekarang telah kembali ke dalam goa. Ini benar-benar aneh. Tak mau banyak berpikir, Chu Xiang kemudian memejamkan mata berniat menggali informasi dari ingatan pria tua. Ketika memejamkan mata, semua pengetahuan yang dimiliki pria tua seolah berputar dalam kepalanya. Terdapat sedikit kesulitan ketika ia harus memilah satu persatu mencari apa yang ia butuhkan. "Teknik Belati Langit," gumam Chu Xiang dalam keadaan setengah sadar, ia masih terlarut dalam ingatan, sehingga enggan untuk keluar. Chu Xiang menemukan kumpulan teknik bertarung, semua menggunakan belati sebagai senjata. Sungguh disayangkan bahwa ia tak memiliki belati, bahkan cincin penyimpanan pun sudah ia jual. Kecewa, perasaan itu membuat Chu Xiang membuka kembali kedua matanya. Ia memutuskan untuk menjajal kekuatan baru setelah mampu mengumpulkan Qi. Meski tak mendapat teknik bertarung yang cocok dari ingatan pria tua, ia masih mengingat beberapa teknik tangan kosong yang dahulu ia pelajari. Walau bagaimanapun Chu Xiang pernah menjadi genius yang disegani, bahkan membuat semua orang mengagungkan namanya. Andai tak terjadi peristiwa malam yang kelam itu, mungkin namanya masih melambung di langit Kota Wuhan. Hng! Chu Xiang menggelengkan kepala, tak ada artinya ia merenungi kejadian yang sudah berlalu. Bahkan ia seharusnya bisa mengambil suatu yang baik dari kejadian itu. Perlakuan semua orang kepadanya bukan suatu yang tulus, melainkan karena ingin mencari keuntungan untuk diri mereka sendiri. Ia dituntut lebih dewasa oleh keadaan, menghadapi semua cacian yang tertuju kepadanya. Tantu saja itu tidak mudah. Bahkan Chu Xiang tak jarang menangisi hidupnya yang begitu sulit. Namun tak ada yang mengetahui kesedihannya kecuali dirinya sendiri, meski ada yang tahu mereka juga tak akan peduli. Oleh sebab itu Chu Xiang selalu menunjukkan kepada seluruh penduduk kota bahwa ia tak akan menyerah. "Teknik Tapak Seribu," ucap Chu Xiang sembari mulai menggerakkan tangan melakukan beberapa gerakan. Ketika telapak tangan menghantam dinding goa, nampak percikan api yang timbul membuat senyum samar terukir di antara bibirnya. Ini jelas merupakan kemajuan, bahkan dapat dirasakan jika kekuatan Teknik Tapak Seribu miliknya mengalami kenaikan. Teknik Tapak Seribu merupakan teknik andalannya. Daya hancur yang kuat serta kestabilan serangan membuat teknik ini sangat susah untuk dikalahkan. "Kultivasiku sekarang berada di tingkat petarung warior bintang tiga. Meski tak sebanding dengan tingkatanku saat itu, aku yakin tak membutuhkan waktu lama untuk mencapainya kembali." Chu Xiang memiliki ingatan roh pria tua, banyak sekali metode kultivasi yang sudah menunggu untuk dipelajari. Untuk generasi muda Kota Wuhan paling jenius berada di tingkat petarung elit bintang delapan, jika tidak salah usianya 23 tahun. Dia berasal dari Klan Ling, bernama Ling San. Sebenarnya Ling San berada di peringkat kedua, peringkat pertama tentu saja adalah Chu Xiang yang berada satu tingkat di atasnya--petarung elit bintang sembilan. Namun itu dulu, sebelum ia kehilangan kultivasinya. Chu Xiang duduk bersila, perlahan memejamkan mata dan mencari metode kultivasi yang berguna baginya. Namun tanpa sumber daya, hanya beberapa metode yang dapat ia gunakan. "Pengorbanan Darah," Saat Chu Xiang mencoba mengorek informasi tentang metode pengorbanan darah, ia merasa tertarik karena metode ini tak membutuhkan sumber daya ataupun semacamnya. Namun, metode ini sangat menyiksa tubuh. Karena dalam prosesnya, darah seperti dihisap dan daging seolah di sayat. Chu Xiang diam sejenak. Metode pengorbanan darah ini dapat meningkatkan kultivasi dua kali lebih cepat dari pada kultivasi biasa, terlepas dari rasa derita yang digambarkan jelas dalam ingatan pria tua. Menurutnya itu sepadan, karena tanpa usaha apa yang bisa didapatkan. Chu Xiang tidak terlalu percaya pada keberuntungan. Baginya keberuntungan itu ada karena kemampuan bertemu dengan kesempatan, jadi keberuntungan tercipta karena dirinya sendiri. Penghinaan yang telah ia terima sudah menusuk sampai ke hati, rasa sakit apa yang belum ia dapatkan selama ini. Ini hanya rasa sakit, pasti bisa terlalui. Sambil menguatkan tekad Chu Xiang mulai bersiap melakukan kultivasi pengorbanan darah. Ketika ia melakukan seperti apa yang muncul dalam ingatannya, cahaya merah bersinar di antara kening dan terus menjalar sampai ke tubuh bagian bawah. Alis hitam yang tenang bergerak menyatu, keringat mulai keluar membasahi wajahnya. Nampak rasa sakit mulai terasa, itu jelas terlihat dari ekspresi Chu Xiang yang amat tersiksa. Darah dalam tubuh dibolak balik alirannya. Tulang digores, daging disayat. Rasa sakit yang mampu membuat air mata Chu Xiang tanpa sadar keluar. Teriakan tak lagi dapat dihindarkan, terdengar begitu menyakitkan. Untuk mempertahankan kesadaran Chu Xiang menggigit ujung lidahnya, sehingga darah mengalir dan membasahi mulutnya. "Aku tak boleh menyerah, seorang petarung sejati harus mampu menahan semua ini. Rasa sakit ini hanya sementara, kekuatan untuk selamanya!" Chu Xiang menggigil seperti kedinginan, tapi sebenarnya ia telah gah menahan rasa sakit yang tak bisa digambarkan. Hari demi hari berlalu, tapi teriakan dalam goa sungguh menyayat hati dan pikiran. Namun, dari sini sudah nampak jelas perubahan pada pemuda berusia 17 tahun itu. Tubuhnya bertambah tegap, otot nampak terukir indah di antara perut dan tangan. Tak ketinggalan aura yang terpancar semakin kuat, ia telah berhasil menerobos tingkatannya. Setelah rasa sakit yang panjang, Chu Xiang membuka mata dan merasakan perubahan pada tubuhnya. Senyum terpampang nyata dan kepuasan mengiring ekspresinya. "Bintang delapan, kultivasi ku sekarang berada di tingkat petarung warior bintang delapan." Meski masih di tingkat petarung warior, naik lima tingkat hanya dalam kurun beberapa hari merupakan suatu hal yang langka. Bahkan ia dahulu membutuhkan beberapa bulan untuk naik satu tingkatan. Chu Xiang melihat dirinya yang penuh dengan keringat. Ia memutuskan untuk keluar goa, menuju sungai untuk membersihkan diri. Selain itu tujuan utamanya untuk keluar adalah berburu beast. Dengan kekuatan petarung warior bintang delapan, ia dapat menaklukkan beast tingkat satu, juga bukan tidak mungkin mengalahkan beast tingkat dua. Ia memiliki cukup banyak pengalaman dari ingatan roh pria tua, kemampuan bertarung dan analisisnya sudah terasah dengan matang. Kemudian jangan melupakan fakta jika dirinya adalah mantan generasi muda paling genius di seluruh Kota Wuhan. Chu Xiang keluar goa tanpa membawa apapun, barang barangnya ia tinggal di goa. Sementara untuk senjata dia memang tidak memilikinya. Seorang petarung tangan kosong menjadikan tangan sebagai senjata, walau tanpa pedang ia mampu menebas pohon hingga tumbang. Beberapa lama berjalan, dari arah depan terdengar suara gaduh pertarungan. Sontak hal ini membuat kening Chu Xiang berkerut samar. "Bukankah ini adalah hutan mati? Tidak mungkin ada orang lain yang memasukinya." Tak mau banyak berpikir, Chu Xiang langsung melesat dan memburu ke tempat sumber suara. Ketika sampai, kedua mata terbelalak melihat apa yang ada di hadapannya. "Petarung tingkat master!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD