Nadia benar-benar menjalani pekerjaannya sebagai seorang sekretaris dengan sangat baik. Terhitung sudah hampir 3 bulan dia bekerja di Skyline Corporation tanpa ada masalah sama sekali.
Semua yang dia kerjakan selalu lancar, dan kesalahan kecil seperti miss waktu itu termasuk wajar. Kinerjanya yang sangat baik, cekatan dan bisa di andalkan membuat Nadia sering mendapatkan pujian dari Abimana.
Bahkan, Nadia juga sudah beberapa kali ikut Abimana ke luar kota untuk perjalanan bisnis. Padahal, sebenarnya tugasnya hanya perlu di kantor saja. Tapi Abimana selalu punya alasan untuk mengajaknya juga.
Sebagai sekretaris pria itu, tentu saja Nadia menurut apa pun yang Abimana perintahkan. Selagi pekerjaannya di kantor tidak terhambat sama sekali.
"Pak, terimakasih untuk makan siangnya." ujar Nadia sebelum Abimana menghentikan laju mobilnya.
"Sama-sama, saya yang justru berterimakasih padamu Nad. Terimakasih sudah mau menemani saya makan siang di luar kantor."
"Tidak masalah Pak Abimana. Hanya saja, saya sedikit terkejut Anda tiba-tiba saja mengajak saya untuk makan siang di luar. Saya—"
"Kenapa? Kamu risih pergi dengan saya karena hanya berdua saja?" sela Abimana dan Nadia buru-buru menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Bukan begitu Pak Abi. Saya senang-senang saja bisa menemani Anda makan siang di luar, apalagi ditraktir oleh bos sendiri. Jelas saya tidak akan menolak. Begitu pun karyawan lainnya jika berada di posisi seperti saya."
"Lalu apa masalahnya?"
"Maaf jika lancang Pak, saya hanya takut saja jika nanti Mbak Stella salah paham." jawab Nadia dengan cepat. "Maaf Pak, tapi ini hanya ketakutan saya saja."
"Untuk apa takut? Stella hanya teman saya. Dan kamu adalah sekretaris saya. Bukankah wajar jika kamu jadi sering bersama saya?"
Nadia sontak terdiam saat mendengar jawaban dari Abimana tepat di saat mobil tersebut sudah terparkir di halaman kantor. Nadia ini tau mengenai Stella ya karena wanita itu sering datang untuk menemui Abimana. Selama ini, Nadia mengira bahwa Stella itu adalah kekasih Abimana, namun perkiraannya selama ini salah besar. Stella tidak ada hubungan sama sekali dengan Abimana. Hanya sebatas teman saja.
"Setelah ini, kamu ikut saya untuk cek perkembangan pembangunan resort terbaru ya. Bawa sekalian dokumen yang isinya para daftar pekerja di pembangunan proyek itu."
"Baik Pak,"
Jawaban Nadia sebagai akhir dari percakapan mereka di dalam mobil. Keduanya keluar dan berjalan beriringan memasuki gedung perusahaan. Nadia dan Abimana benar-benar terlihat seperti pasangan pada umumnya. Sangat serasi di mata orang-orang yang tidak tau kebenaran hubungan dari keduanya.
Nadia beberapa kali sempat menjadi pusat perhatian karena terlihat begitu dekat dengan Abimana sang CEO di perusahaan tersebut.
Kedekatannya dengan sang CEO tampan itu beberapa kali memang menjadi gunjingan para karyawan lainnya. Mereka sering membicarakan kedekatan antara Abimana dengan Nadia yang terbilang sangat mencurigakan. Entah pikiran dari mana, sampai mereka bisa berpikiran yang tidak-tidak mengenai hubungan Nadia dan Abimana. Padahal jelas-jelas keduanya hanya sebatas bos dan sekretaris. Tidak ada yang lebih dari itu.
Beberapa karyawan membungkukkan sedikit tubuhnya serta menyapa Abimana yang baru saja kembali dari luar bersama Nadia.
Kembali, kedekatan keduanya menjadi pembicaraan detik itu juga. Tepat ketika Abimana dan Nadia masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai atas, beberapa karyawan tadi langsung menatap sinis ke arah kotak besi yang sudah tertutup rapat.
"Gue kok yakin ya kalau Pak Abimana sama sekretaris barunya itu ada main?"
"Awalnya gue mikir kedekatan mereka ya cuma sekedar profesional dalam bekerja aja sih. Tapi makin ke sini kok gue juga mikirnya sama kayak lo ya Kar? Kayak aneh gitu, Deket banget." ujar Dini menimpali ucapan Sekar sebelumnya.
"Iya kan? Aneh banget. Mana sering ke luar kota bareng lagi. Biasanya juga Pak Abimana selalu sendiri kalau lagi perjalanan bisnis luar kota. Mana pernah ngajakin Bu Lina dulu? Nggak kan?" sahut Sekar yang kembali mengeluarkan apa yang ada di pikirannya.
"Tapi masa iya sih mereka ada main? Yang cewek aja kelihatan kalem banget kok."
"Gini ya Bima, justru cewek yang kelihatan kalem dan pendiem itu sangat berbahaya. Contohnya ya itu orang. Lo tuh jadi cowok jangan ketipu sama casingnya doang dong." balas Sekar. Dia memang yang lebih menggebu-gebu saat ini.
"Ya kalau beneran mereka ada hubungan? Kalau nggak gimana?"
"Jelas ada, kelihatan banget tau nggak. Polos-polos tapi mau juga dan kelihatan banget mepetin Pak Abi." sahut Sekar yang masih berpegang teguh pada pendiriannya, bahwa Nadia dan Abimana memiliki hubungan.
"Kayaknya mata lo emang beneran harus dibuka deh Bim biar tau kalau nggak bener kedekatan mereka berdua itu. Aneh banget, masa bisa sih si Nadia kerjanya lengket terus deket-deketan sama Pak Abi? Gue curiga sih kalau dia nyogok Pak Abimana pakai tubuh?"
"Nah tuh betul! Ada dua tipe Sekretaris menurut gue ya. Pertama yang selalu ngucapin, 'Selamat Pagi, Pak!' atau yang kedua, 'Eunghh, sudah pagi ya Pak?'. Lo pikir deh, dia yang pertama atau yang kedua."
"Gila lo Sekar, udahlah, gue balik ke ruangan. Ngeri banget kalau tiba-tiba ketahuan Pak Abi lagi ngomongin dia sama sekretaris barunya." sahut Bima yang tanpa menunggu balasan langsung melenggang pergi begitu saja.
Pria itu menganggap jika pembicaraan mereka sudah sangat di luar batas. Sampai memikirkan hal yang belum tentu benar. Berbeda halnya dengan dua wanita tersebut yang masih betah membicarakan sesuatu yang tak seharusnya. Benar-benar betah sekali menghibah.
Belum ada 15 menit, mendadak Abimana dan Nadia kembali turun ke bawah. Sekar dan Dini yang masih asyik bergunjing langsung terburu diam dan berpura-pura melanjutkan pekerjaannya. Menyapa dengan ramah pada Abimana dan Nadia begitu berjalan di depannya.
"Gila ya, apa yang pergi tadi belum puas ya? Sampai mau pergi lagi." seru Sekar.
"Udahlah, nggak perlu dipikirin juga Kar, lebih baik lanjutin aja kerjanya. Kalau mereka ada sesuatu juga lama-lama bakal kecium juga kok."
"Din, tapi masalahnya, gue tetap curiga sama tuh sekretaris baru. Kayaknya emang Pak Abimana di pelet sih sama dia. Atau mungkin emang beneran kalau dia jual diri? Opsi kedua tipe Sekretaris versi gue."
"Ya kali?" sahut Dini lalu keduanya justru tertawa seolah membenarkan apa yang ada di pikiran mereka bahwa Nadia berbuat curang untuk mendekati Abimana.
Sementara itu, Nadia yang sedang dibicarakan sedang duduk di samping Abimana yang berada dibalik kemudi. Beberapa kali Nadia merasakan bibirnya tergigit-gigit tanpa sadar. Kata orang terdahulu, pasti ada orang yang sedang membicarakannya. Entah benar atau tidak, namun kebenarannya saat ini memang ada beberapa orang yang sedang membicarakannya.