Ryan rasanya hendak menyumpahi Afif yang mengejutkan dirinya. Sudah jantungnya yang rasanya mau copot, karena terjangan kucing dengan warna hitam kelam, serta bola mata berwarna kuning. “Kenapa kamu masuk ke dalam kamarku, bukankah kita sudah sepakat bertemu di lorong kamar!” kata Ryan sedikit kesal. “Maaf, hanya saja, aku tadi sudah memanggil-manggil namamu, karena jam kita janjian untuk bertemu sudah lewat,” sahut Afif tidak merasa bersalah sama sekali. Ryan pun melihat jam tangannya, ia tidak menyangka, kaiau dirinya tadi terlalu lama berdiri di depan jendela kamar. “Aku belum mandi, kau tunggu sebentar, terserah mau menunggu di sini ataukah di luar,” sahut Ryan. “Aku menunggu di balkon kamarmu saja, aku belum pernah melihat pemandangan dari sana.” kata Afif, sambil berjalan menuju