“Jadi, penyakitmu sama dengan Almarhum Om Haris?” tanya Sharga, usai mendengar jawaban dari sang istri. Gadis itu menganggukkan kepala. “Dan Ayah, memilih menyerah dengan penyakitnya, tanpa pesan terakhir, bahkan sebelum bertemu dengan saya, dan Bang Kiki.” Senja mendengkus pelan, sembari tersenyum miring. “Ayah tidak pandai berpamitan, seperti cahaya senja. Ayah hanya memberi kenangan indah, tanpa ingin meninggalkan luka,” gumam Senja sangat pelan, bahkan hampir tak terdengar. Mendengar kata-kata itu, Sharga seketika terdiam. Indera pendengarannya seakan tidak asing, dengan kalimat tersebut, membuat pria itu mencoba berpikir lebih keras, dan mengingat-ingat kembali, kapan, dan di mana ia pernah mendengar serangkaian kalimat tersebut. Sampai pada akhirnya, sekelebat bayangan masa lalu