Ruangan Hall Golden High, 14:30 pm.
Setelah terus-menerus didesak oleh Nicholas, Aliciapun akhirnya memilih untuk membantunya mengungkap siapa pelaku pembunuhan James portman di hari pertama kepindahannya--daripada tertuduh menjadi pelaku itu sendiri.
Alicia perth--si murid pindahan yang (sialnya) kini terjebak di dalam lingkaran kasus penganiayaan dan pembunuhan berencana, terpaksa mengikuti perintah seorang detektif tampan yang ambisius seperti Nicholas Gray.
Detektif Nic duduk dengan kaki menyilang dan menggenggam jurnal pribadinya saat kembali ke hall. Sementara Alicia duduk di sebelahnya seperti hewan peliharaan yang terpaksa tunduk atau akan dihukum jika membangkang--dan kabur.
Jake berhasil membawa Elena dari kamarnya dan kini mereka duduk di hadapan detektif Nic dan Alicia. Elena, memiliki mata emerald yang redup dengan rambut pirang sebahu. Ekspresinya nampak tegang saat detektif setampan Nic menatapnya penuh selidik.
"Jadi, seseorang menuduhku berselingkuh?" tanya Elena diselingi kekehan mencemooh. "Ini konyol!"
Nicholas memicingkan mata curiga dan melirik Jake. "Ace mengatakan kau menggodanya. Apakah itu benar?"
Elena tiba-tiba tertawa, matanya yang sipit seolah menghilang dari tempatnya. Ia kemudian menggeleng dan menghentikkan tawanya. "Semua gadis di Golden High akan selalu mencoba menggodanya, detektif," kata Elena ambigu. "Tapi yang kulakukan kemarin, semata-mata karena dare konyol yang diberikan seorang teman."
Gadis bermata emerald itu kini terlihat lebih santai. Ia nampak sesekali memainkan ujung rambutnya yang ikal. Dan Alicia yang sedaritadi diam mengamati, sadar akan perubahan mimik muka Elena yang begitu cepat. Ketegangan yang ditampilkannya di awal, kini melunak.
"Begini, petinggi mengatakan bahwa kau meninggalkan hall saat agenda berkumpul berlangsung." Nicholas mengusap dagunya, lalu menaikkan sebelah alisnya. "Kemana kau saat itu?"
"Ke kamarku." Elena mengusap bagian bawah hidungnya, lalu melirik ke arah kanan. "Aku mengambil jurnalku yang tertinggal disana."
Alicia kemudian mendekat kepada Nicholas dan berbisik, "Dia berbohong." Alicia mendelik ke arah Elena yang kini asyik menatap kuku-kukunya. "Coba pancing dia!"
Nicholas mengangguk cepat dan beralih kepada Elena. "Elena, menurutmu, James itu orang yang seperti apa?"
Elena mendongak. Terjadi keheningan sesaat sebelum akhirnya gadis bermata hijau itu menggumam pelan dan berkata, "James itu orang yang menyebalkan, arogan, dia bahkan sering menyerobot antreanku di cafetaria," tuturnya ketus. "Iya, kan, Jake?" Elena meminta persetujuan.
Jake yang kini ditatap serius oleh Elena hanya mengangguk cepat. Mendukung kesaksian kekasihnya. Membuat Alicia dan Nicholas saling melempar pandangan curiga.
Elena mendeskripsikan sosok James dalam artian yang buruk. Tidak ada satupun hal baik dari James yang terucap dari mulut seorang Elena. Mungkinkah ketidaksukaan (atau kebencian) Elena yang menjadi sebuah kunci utama mengapa James ditemukan tewas di lorong utama?
Mungkinkah Elena pelakunya?
"Apa James sering mengganggumu?" tanya Nicholas.
Elena menggeleng. "Kau tahu, kekasihnya itu sangat over-protektif. Siapa juga yang berani dekat-dekat dengannya."
Alicia kini paham. Elena memang menilai orang-orang dengan sudut pandang yang sempit. Menarik kesimpulan hanya dari satu sisi. Alicia kemudian mendekat lagi kepada Nic, dan berbisik, "Kapan terakhir kali ia melihat James."
"Kelihatannya kau tidak menyukai James dan Brittany, ya," Nicholas menyimpulkan. Sementara Elena hanya mengangkat bahunya acuh. "Apa kau pernah terlibat masalah dengan mereka?"
Elena menggeleng. "Tidak. Aku hanya merasa Brittany selalu ingin mengalahkanku dalam segala hal dan James mengeluarkan Jake dari tim inti. Mereka adalah pasangan yang buruk, kurasa," ucapnya ragu.
Nicholas mencatat semua kesaksiannya dan kini mendongak. "Bolehkah aku tahu, kapan terakhir kali kau melihat James?"
Elena mengernyit sesaat, ia mengusap dahinya pelan dan manik emerald itu melirik ke kanan. "Saat aku kembali ke kamar, aku melihatnya berdiri di depan kamar Ace." ia menggigit bibir bawahnya ragu. "Ia terlihat gelisah dan terburu-buru."
Nicholas mengerutkan keningnya, lalu melempar pandangan kepada Alicia. Memintanya melakukan sesuatu kepada Elena. Dan dengan cepat, Alicia mengangguk--memberi kode yang sebenarnya tidak dimengerti oleh Nic.
"Elena, apa kau menggunakan Azature nail polish untuk kukumu?" sela Alicia tiba-tiba.
Semua orang di dalam ruangan hall sontak melihat Alicia dengan tatapan bingung. Terutama Nic, dia kesal sekali. Bagaimana bisa, di dalam interogasi sebuah kasus pembunuhan begini, Alicia malah sibuk mengurusi 'cat kuku'.
Tapi tidak dengan Elena, ia mengangkat kedua alisnya tinggi. Mimiknya berubah takjub dan antusias. Ia mengangguk cepat dan mengulum senyum. "Ini diamond black, edisi terbatas." Gadis bermata hijau itu menyodorkan jari-jemarinya yang berpoles cat kuku termahal di dunia dengan angkuh. "Lihatlah, mereka berkilau! Cantik, bukan?"
Dan itulah yang diinginkan Alicia. Gadis berambut abu itu menerima tangan Elena dan (tanpa disadari) meraba permukaan telapak tangan kekasih Jake itu. Dugaannya benar, tangan Elena memang terasa lembab karena keringat. Alicia lalu menatap netra emerald Elena. "Sangat cantik. Kau sungguh beruntung,ya," puji Alicia.
Elena menyeringai bangga dan menggerakkan jari-jemarinya di udara, mengibaskan tangannya agar cat kuku hitam ber-glitter itu dilihat oleh semua orang di hall. "Aku mengeluarkan dua ratus lima puluh ribu dollar untuk ini." Ia lalu menyilang kedua tangannya di d**a. "Omong-omong rambutmu juga indah. Hanya kurang sesuatu, kurasa," ucapnya ragu.
Sementara para lelaki itu mencebik dan terheran-heran di tempatnya, karena kedua gadis (yang tidak saling mengenal) ini malah asik dengan bahasan perempuan mereka di tengah-tengah interogasi kepolisian. Alicia justru ikut (pura-pura) tertarik dengan pembicaraan Elena. Ia memilin ujung rambut abunya dan berkata, "Ya. Kau tahu, aku akan berkencan dengan seseorang."
Elena mengangkat kedua alisnya. "Begitukah?"
"Menurutmu, apa sebaiknya aku mengikat rambutku atau menjepitnya dengan sesuatu?" Alicia nampak penasaran.
Elena menggumam pelan sembari mengusap ujung dagunya yang lancip. "Kurasa sebaiknya kau memberikan jepit rambut di atas kepalamu itu." Ia menunjuk puncak kepala Alicia dengan dagunya.
Alicia mengangguk setuju. "Kupikir juga begitu," ia lagi-lagi bermain dengan ujung rambut abunya. "Aku sangat suka dengan sesuatu yang berwarna perak."
Elena membulatkan mulutnya. "Ah, aku memiliki satu jepit yang kau inginkan," katanya, dan ia berhasil membuat Nicholas tercengang di tempatnya.
Karena kini detektif itu paham, kemana Alicia membawa arah pembicaraan mereka.
Alicia membulatkan matanya. "Sungguh?"
Elena mengangguk. "Tapi beberapa hari yang lalu, temanku meminjamnya. Mungkin aku akan membelikanmu yang--"
"Tidak perlu!" sela Alicia. Elena tertegun di tempatnya, karena Alicia mengagetkannya. "Ah, itu... maksudku... biar kutemui temanmu itu. Kau tidak harus repot-repot membelikan jepit lain untukku." Alicia tersenyum kikuk dan melirik semua orang bergantian.
Elena menatap Alicia penuh selidik sebelum akhirnya menggumam dan tersenyum tipis. "Baiklah. Aku akan memberikanmu nama dan kamarnya."
Ia meminta selembar kertas dan meminjam sebuah pena dari Nicholas, lalu menuliskan sebuah nama disana. "Temui dia dan tanyakan soal jepit rambut itu," katanya sembari menyodorkan kertas itu kepada Alicia. "Seleramu bagus, kurasa kita bisa menjadi teman."
Alicia mengangguk paham. "Kau sangat baik, terima kasih."
Elena tertawa kecil dan melirik detektif Nicholas. "Kencanmu pasti sangat beruntung," godanya.
Alicia dan Nicholas saling melempar pandangan canggung. "Ah, bukan dia," sanggah Alicia kemudian, lalu tertawa pahit.
Elena membulatkan mulutnya dan meminta izin untuk kembali ke kamar karena dia sudah memberikan kesaksiannya kepada detektif Nic. Dan setelah menimbang sejenak, akhirnya Elena dan Jake dipersilakan meninggalkan hall seperti yang lainnya.
"Jadi?" Nic tampak tak sabar.
Alicia membaca nama yang tertera di kertas pemberian Elena baik-baik. "Amanda Greenie, kamar 21, lorong 001--"
"Hey?!" Alicia membulatkan matanya, nampak menyadari sesuatu.
Nicholas mengernyit bingung. "Ada apa?!"
Alicia menjeda dan menekuk dahinya dalam sebelum melanjutkan
.
.
.
"Dia tepat berada di sebelah kamarku rupanya."
Roomates : secret series update setiap rabu.
Untuk mendapatkan spoiler silahkan follow i********: : @ helloimaaa
Jangan lupa tinggalkan votes, komen dan share cerita ini ya.
Salam,
Writer.