7. Hantu Tampan

579 Words
1 bulan kemudian Malam ini aku sedang mencuci peralatan makan. Setelah selesai, aku harus segera tidur agar tidak kesiangan untuk yang kedua kalinya. Ya, cukup sebulan yang lalu saja aku dimarahi oleh Bu Isma habis-habisan. "Huh, akhirnya selesai juga!" ucapku dengan nada lelah, sangat lelah sekali. Setelah itu aku beranjak ke kamar, kulihat jam weker yang terletak di atas nakas. 21:30 WIB Aku harus tidur sekarang dengan membaringkan tubuhku ke samping agar mendapatkan posisi tidur yang nyaman. Lalu menarik selimut berwarna biru itu untuk menutupi tubuhku, hanya sebatas leher saja, tetapi gerakanku terhenti karena aku mendengar pintu kamarku yang terketuk. Tok tok tok "Siapa?" batinku heran. Tok tok tok Suara ketukannya sangat pelan. "Apa mungkin Bu Isma?" batinku bertanya-tanya. Tetapi itu tidak mungkin, untuk apa dia mengetuk pintu kamarku? Biasanya langsung memanggil dari kamarnya jika perlu sesuatu. Tok tok tok "Siapa, sih, yang malam-malam begini berkeliaran? Apa mungkin Keysha? Tetapi tidak mungkin dia terbangun. Ohhh... jangan-jangan... hantu yang mengetuknya?!" batinku takut. Kututupi seluruh tubuhku dengan selimut karena ketakutan. Wajar saja aku takut. Toh, hanya ketukan dan tidak bersuara, tetapi kalau bersuara aku lebih takut lagi. OMG, bisa-bisa aku tidak tidur semalaman kalau begini caranya. Bagaimana bisa rumah Pak Anton memiliki hantu? Selama ini aku tidak pernah mendengarnya sama sekali. Atau hantunya baru saja masuk ke rumah Pak Anton? Atau bisa juga hantunya baru keluar dari tempat persembunyiannya selama ini. Mereka mengintaiku hingga waktu yang tepat, dan inilah mungkin waktu yang tepat itu, sehingga mereka baru menyerang. Huuaaaa.... Tok tok tok Waduh, kok masih ada sih ketukannya? Aku pikir hantunya sudah pergi. Coba intip saja, deh, semoga saja hantunya benar-benar tidak ada. Dengan begitu aku bisa tidur dengan nyenyak sekarang. Oh, my God, tolong kasihanilah diriku yang tak berdaya ini. Ceklek Kubuka pintu kamar dengan sangat pelan, lalu kutolehkan kepala ke depan, tetapi tak ada siapa pun di sana. "Huh, syukurlah, ternyata hantunya sudah pergi," ucapku pelan, setelah itu aku berbalik untuk menutup pintu. "Hantu apa?" "Hah?" Aku terkejut. Karna penasaran, aku berbalik untuk mengetahui siapa yang berbicara, huh, ternyata Pak Anton. Bagaimana mungkin dia bisa di depan kamarku dengan tiba-tiba seperti ini? "Kamu bilang tadi, hantunya sudah pergi, hantu apa?" tanya Pak Anton heran. Aku langsung gugup dan tidak tahu ingin menjawab apa. Mana mungkin aku mengatakan jika hantunya adalah dirinya sendiri. Bisa-bisa ini malam terakhirku berada di sini sebagai pembantunya. "Hantu... Bapak kok bisa di sini?" tanyaku yang juga penasaran akan kehadirannya secara tiba-tiba ini. Belum lagi dia menjawab, dia sudah masuk ke dalam kamarku. "Untuk apa dia masuk?" batinku heran. Kulihat dia berjalan sempoyongan dan seperti mencari sesuatu. "Tetapi apa yang dia cari di kamarku? Aneh sekali!" batinku lagi-lagi berbicara, entah untuk keberapa kalinya "Bapak sedang mencari sesuatu?" tanyaku penasaran. "Ya!" jawabnya singkat. "Apa yang Bapak cari?" "Ranjang!" "Hah?" "Saya cari ranjang!" tegasnya, aku mengerjapkan mataku sesaat. Tidak mengerti atas apa yang dia katakan, aku berniat untuk bertanya lagi. Namun, sebelum aku membuka suara, dia sudah berjalan ke arah pintu. Entah apalagi yang dia lakukan, kalau ingin pergi bagus sekali. Aku bisa tidur nyenyak sekarang juga. Eh... tetapi apa yang dia lakukan? Kenapa tidak keluar juga? Malah berdiri tegak menutup pintu. "Hah? Menutup pintu? Apa yang dia...." Belum sempat aku menghabiskan kata-kata dalam hatiku, Pak Anton sudah mendorongku ke dinding dan menghimpitnya. Jujur saja saat ini aku begitu sesak sekali, dia tak membiarkan sedikit pun kelonggaran untuk tubuhku. Bernapas saja aku sulit, dia terus menghimpitku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD