6. Pereda Konflik

755 Words
"Mawar!" Aku mengerjapkan mata karena terkejut akan suara yang baru saja kudengar. Ah, Mawar, kamu selalu saja melamun ketika sudah dimarahi oleh Bu Isma seperti tadi. "Mawar!" Pak Anton memanggilku lagi. "Eh, iya, Pak. Ada apa, Pak?" tanyaku gugup. Sungguh aku malu sekali, Pak Anton sampai dua kali memanggil namaku dan betapa kurang ajarnya aku yang tidak mendengar itu dengan baik. Luar biasa kelakuanmu, Mawar. Setelah ini tidak ada ampunan bagimu dari Bu Isma. Lihat saja jika aku terus membuat kesalahan, aku pasti akan angkat kaki dari rumah ini, aku pastikan itu. "Kamu kenapa? Melamun?" tanyanya bingung. Iya Pak! "Enghh... enggak kok, Pak!" jawabku malu dan berbohong. Mana mungkin aku mengaku, Pak Anton bukan temanku–yang harus kuberi tahu secara jujur apa yang kurasa. "Ya sudah, segera kamu siapkan sarapannya! Saya akan membangunkan Keysha dulu," kata Pak Anton yang langsung kuanggukan. Setelah Pak Anton pergi, aku segera mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak. Kali ini aku masak mie goreng saja biar cepat selesai. Pasti Pak Anton sudah terlambat ke kantor, ini juga salahku yang bangun kesiangan. Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku masih sayang pada rumah ini dan juga Keysha. * * * Di tempat lain "Hei, ayo bangun! Masa princess Papa bangun kesiangan, sih?" ucap Anton pada putri semata wayangnya yang masih di alam mimpi. "Keysha, sayang!" panggil Anton sambil menggoyangkan pelan tubuh mungil Keysha. "Engghhh...." Keysha yang terusik karena goyangan Papanya itu, mencoba untuk membuka mata dan merenggangkan seluruh otot-otot tubuhnya. Setelah membuka mata, ia langsung terkejut bukan main. "Papa!" ucap Keysha kaget sambil melototkan matanya. "Kenapa, hm?" tanya Anton dengan nada menggoda anak kesayangannya itu. "Ayo bangun, Sayang!" Ia menyibakkan selimut berwarna pink yang menutupi permukaan tubuh Keysha dan membantunya bangun. "Mandi dulu sana, bau, nih!" ledek Anton dengan nada bercanda. Keysha lalu menunjukkan wajah yang memerah karena malu. Padahal Anton tidak benar-benar mencium bau badan Keysha. Hahaha, dia hanya menggoda, bukan sungguhan. "Hehe... iya Keysha mandi dulu ya, Pa!" "Oke, Papa tunggu di meja makan, ya!" "Oke!" * * * Setelah selesai membuat sarapan, aku langsung menghidangkannya di meja makan. Menu kali ini sedikit berbeda seperti biasanya, karena sarapan kali ini terlihat sangat sederhana, tetapi untuk mengganjal perut agar tidak lapar sampai jam makan siang mungkin bisa. "Wah, harum sekali masakannya. Kamu masak apa?" tanya Pak Anton dengan tiba-tiba, aku sampai terkejut karenanya. Uhm, ternyata dia juga penasaran dengan bau harum masakanku. Hehehe.... "Engghh... saya masak mie goreng dan telur goreng, Pak. Cuma itu yang bisa saya buat sekarang, minumannya s**u cokelat seperti biasa. Kalau saya masak nasi goreng mungkin nggak keburu waktunya. Bapak kan harus segera ke kantor," jawabku dengan sejelas-jelasnya. Menu kali ini memang berbeda, biasanya aku menyiapkan sarapan yang lumayan berat, maksudku makanan dengan nasi dan lauk lainnya. "Hmm... oke-oke, tapi kita tunggu Keysha dulu, ya!" kata Pak Anton dan langsung mendapat anggukan dariku. Syukurlah aku tidak terlalu lama untuk menyiapkan sarapan pagi ini. Kasihan Pak Anton, dia akan terlambat kalau aku masak nasi goreng. "Pagi, Papa! Pagi, Tante Mawar!" sapa Keysha dengan penuh semangat, aku pun semakin semangat melihatnya hari ini. Dia sudah rapi dengan baju terusan bermotif bunga-bunga itu, semakin membuat keindahan saja pagi ini. Pemandangan yang mengelokkan mata sekali. Duh, Keysha sumber kebahagiaanku. "Pagi, Keysha Sayang!" ucapku dan Pak Anton bersamaan. Aku langsung tertegun, begitu juga dengan Pak Anton. Untuk beberapa detik kami saling menatap satu sama lain. Namun, sebuah suara justru menghentikannya. "Cie, cie, Papa sama Tante Mawar barengan!" ledek Keysha pada kami berdua, sontak itu membuat kami menjadi tersipu malu. Keysha ini ada-ada saja, cuma kebetulan saja, kok! "Engghh...." Karena merasa malu, Pak Anton menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Gugup sih iya, tapi kok sampai begitu? Hahaha, Pak Anton ini bisa saja membuat lelucon. Perutku jadi sakit melihat tingkahnya saat ini, ia sangat lawak sekali. "Eh, Keysha, ayo kita makan!" suruhku cepat, aku tidak ingin Pak Anton semakin terlambat bekerja. Pagi itu, kami makan bersama, tetapi kali ini hanya bertiga, tidak ada Bu Isma, yang lagi-lagi absen untuk kesekian kalinya. Seperti biasa, aku menyuapi Keysha untuk makan, karna dia sulit sekali ketika makan sendiri. Katanya, nafsu makan akan hilang jika tidak disuapi. Duh, aneh sekali memang anak ini, tetapi Keysha lucu, kok! Setelah makan, Pak Anton pun pergi ke kantornya. Aku juga harus tempur untuk membereskan rumah ini lagi, tetapi untunglah ini hari minggu, karna Keysha ada di rumah untuk menemaniku. Kalau Pak Anton, sih, terus bekerja meski hari libur sekalipun. Tidak tahu apa yang dia kerjakan, yang pasti kalau dia sudah berpakaian rapi, dia pasti akan berangkat ke kantor.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD