"Hai, kamu karyawan baru itu ya? Sekretarisnya pak Bian?"
Langkah kaki Keyra terhenti. Dia tersenyum, menganggukan kepala. "Benar, aku sekretaris barunya pak Bian."
Wanita di depan Keyra tersenyum, wajah riangnya kini terpampang nyata. Tangan wanita itu terulur. "Kenalin, aku Chatrine. Mau temenan sama aku ngga? Aku ngga gigit kok, kalau ngga percaya tanya aja sama karyawan yang lain. Tapi jangan coba-coba tanya ke orang yang namanya Anna."
Keyra dengan senang hati menerima jabatan tangan itu. "Aku Keyra, salam kenal ya, Chatrine."
Mendapat kenalan baru tentu Chatrine sangat senang. Karena selama ini wanita itu selalu mendapat julukan si paling gampang akrab. Chatrine sudah mendengar nama Keyra sejak pagi dari beberapa karyawan yang bergosip. Ternyata gosip itu benar, bosnya sudah mendapatkan sekretaris baru. Entah harus senang atau kasihan kepada Keyra, Chatrine tidak tahu. Pasalnya dia juga kenal sama mantan sekretaris bosnya. Bahkan dia juga tahu apa alasan yang membuat orang itu resign.
"Udah jam makan siang, kamu mau makan siang bareng sama aku ngga? Nanti juga aku kenalin sama Anna dan Zeffana. Mau?" tanya Chatrine. Selain memang ingin mengenal lebih jauh, tujuan Chatrine mengajak Keyra karena dia tahu menjadi anak baru itu tidaklah mengenakkan. Salah satunya belum punya teman. Maka dari itu Chatrine menawarkan diri.
Tanpa fikir panjang Keyra mengangguk mengiyakan. Setidaknya first day dirinya bekerja tidak semuanya buruk. Setelah mendapat jawaban Chatrine meraih tangan Keyra, mengajaknya ke luar dari kantor. Seperti biasa, karena tidak ingin jauh-jauh Chatrine mengajak Keyra makan di restoran tepat di sebrang kantor.
Setibanya di dalam restoran Chatrine mendapati dua orang melambaikan tangan ke arahnya. Mengetahui itu adalah kedua sabahatnya, dia kembali menarik pergelangan tangan Keyra. Keyra yang tidak tahu mau dibawan ke mana hanya bisa manut tanpa penolakan.
"Lo lama banget sih, Rin?"
"Tau lo, udah kayak orang sibuk."
Mendapat teguran dari kedua sahabatnya Chatrine terkekeh. Kedua tangan Chatrine memegang pundak Keyra yang berdiri di sampingnya. "Kenalin, ini namanya Keyra. Orang yang tadi kalian kepoin itu loh. Keyra ini sekretaris barunya pak Bian, dia baru masuk hari ini."
Anna dan Zeffana saling lirik. Melihat itu awanya Keyra ragu. Apa mereka berdua keberatan?
"Gue Anna." Wanita bernama Anna itu mengulurkan tangannya.
"Gue Zeffana. Salam kenal ya."
Lega. Itulah yang Keyra rasakan saat ini. Beruntung tidak ada drama penolakan. Masih dengan senyumnya Keyra menerima jabatan tangan keduanya secara bergantian. "Aku Keyra. Salam kenal juga ya. Memangnya aku boleg gabung sama kalian."
"Ya bolehlah, masa engga? Ngga ada alasan juga kita menolak. Bukan begitu, Chatrine?" Anna menaik-naikkan alisnya menatap Chatrine.
"Yups! Karna kita sama-sama manusia. Lagipula aku liat kamu kayak kebingungan tadi, makanya aku SKSD. Awalnya aku fikir kamu bakal nolak karna ... ya mau gimanapun kita beda. Aku karyawan biasa sedangkan kamu sekretaris," jawab Chatrine. Wanita itu duduk di samping Zeffana, sedangkan Keyra dipersilahkan duduk di dekat Anna.
Berhubung Anna dan juga Zeffana sudah memesan makanan, Chatrine pun memanggil pelayan. "Mba, aku mau nasi sama ayam goreng ya? Salad sayur satu, minumnya lemon tea."
"Baik, apa ada tambahan?"
Chatrine menoel lengan Keyra, menyadarkan wanita itu dari lamunannya. "Kamu mau pesan apa, Key?"
Keyra buru-buru membuka menu, membacanya satu per satu. Walaupun sejak pagi belum sarapan tapi entah kenapa perutnya tidak merasakan lapar. Tapi demi menghargai ketiga teman barunya alhasil Keyra memilih menu sate dan juga cumi chrispy.
Sambil menunggu pesanan datang ketiga wanita itu saling bertukar obrolan. Ketiganya memang sangat ramah, tetapi maklum saja karena baru ketemu Keyra jadi susah untuk nyambung. Tapi dia tetap menjawab saat ditanya.
"Lo serius mau jadi sekretarisnya pak Bian?" Anna menatap lekat wanita di sampingnya.
"Emangnya kenapa?" tanya Keyra balik dengan wajah bingung. Wajar saja dia bingung tiba-tiba ditanya seperti itu. Selain itu, nada bicara Anna terdengar seperti meragukan. Apa ada yang salah?
Zeffana melirik Keyra. Wanita itu memilih diam sambil menikmati makananya. Pertanyaan yang baru saja Anna lontarkan seperti mewakili isi hatinya sejak tadi. Maka dari itu dia tidak sabar menunggu apa jawaban Keyra.
"Lo tau ada berapa orang yang resign dari sekretaris beliau? Ada tiga, Key. Paling lama mereka kerja cuma tiga bulan. Bayangin, itu paling lama. Ngga ada yang hitungan tahunan sama sekali," ujar Anna sambil melihat sekeliling. Suara yang awalnya normal dia kecilkan. Karena antisipasi lebih baik, daripada tiba-tiba orang yany dibicarakan muncul.
Kebingungan semakin hinggap di hati Keyra. Aktivitas makan wanita itu terhenti, Keyra menatap ketiga wanita di sekelilingnya secara bergantian.
"Pak Bian itu terkenal galak, Key. Sama dia ngga boleh salah sedikit, ngga boleh lemah, harus punya inisiatif tinggi. Karna sekali aja buat salah, pasti ditegur habis-habisan sama dia kayak Fenny. Fenny ini sekretaris yang kemarin resign. Dia bilang lebih banyak tertekannya daripada senang. Makanya dia resign," timpal Zeffana. Dari raut wajah Zeffana bisa menyimpulkan kalau Keyra sedang kebingungan.
"Semenakutkan itu?" Keyra menerjap, menatap Zeffana.
Niat hati ingin menenangkan, tapi apa yang Zeffana katakan benar semua. Alhasil Chatrine hanya mendengarka. Dia tidak mau ikut buka suara karena takut teman barunya itu overthinking. Tangan Chatrine terulur, mengusap punggung Keyra membuat wanita itu menolah.
"Its okay, jangan dibawa overthinking. Apa yang baru aja Zeffana katakan bisa kamu ambil sisi positifnya. Tetap lakukan pekerjaan yang baik, niscaya bos galak itu bakal adem." Chatrine tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya.
Astaga, baru hari pertama sudah mendapat cerita kurang enak. Entahlah, tapi Keyra belum sepenuhnya tahu sifat Bian.
***
Jam makan siang telah usai. Setelah mendapat arahan dari Helen kini Keyra sudah mulai memahami apa saja tugasnya. Pertama-tama Keyra mengecek semua data, mengumpulkan berkas menjadi satu, serta menyusun agenda bosnya. Sesaat Keyra dibuat terdiam karena dia sadar ada beberapa berkas yang menerlukan tanda tangan Bian.
Sambil mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja Keyra berfikir. Karena sadar tidak bisa menghindar, mau tidak mau Keyra mengambil berkas itu lalu menyusun. Setelah disusun wanita itu beranjak meninggalkan ruangannya.
Sebisa mungkin Keyra berjalan lambat, tapi sialnya tetap saja dia sampai di depan ruangan Bian. Pintu ruangan tidak tertutup rapat, maka dari itu Keyra mencoba mengintip dari celah. Di dalam sana ternyata Bian tidak sendiri, ada seorang wanita yang ... duduk di atas panguan pria tersebut. Jantung Keyra berdegup kencang, kakinya seakan terkunci. Kalau sudah begini apa yang harus dirinya lakukan?
'Kalau ngga susah, ya sial. Gini banget hidup gue,' batin Keyra.
Dengan nyali yang seadanya Keyra mengetuk pintu. Dia tidak langsung masuk selagi belum ada perintah.
"Masuk!"
Pintu Keyra buka. Wanita yang awalnya duduk dipangkuan Bian kini sudah berdiri. Suasana seketika menjadi canggung. Keyra yang tidak ingin basa-basi segera mendekat ke arah meja.
"Maaf kalau saya menganggu. Tapi, ada beberapa dokumen yang harus Bapak tandatangani. Selain itu saya juga mau konfirmasi soal pertemuan nanti malam," kata Keyra, menyerahkan berkas yang dia bawa dari dalam ruangnnya.
"Kamu bicara sama siapa?"
Refleks Keyra mengangkat kepalanya membuat tatapan mereka beradu.
"Lain kali kalau bicara sama atasan yang sopan."
***