20

1652 Words
Gadis itu terlihat sedang brada di bandara menunggu kedatangan seseorang yang sangat di nantikannya, tatapannya fokus pada layar ponselnya dan sesekali melirik kesana kemari memastikan yang di tunggunya sudah muncul atau belum. “ Bell.” Seru seorang gadis yang membuat Belmira mendongak. Belmira tampak senang dan langsung menyambut gadis itu dengan pelukan yang hangat, hari ini Lily dan Austin sengaja datang berkunjung menegoknya dan akan tinggal selama beberapa hari di Madrid. “ Aku merindukanmu.” Ucap Belmira setelah melepas pelukannya dari Lily. “ Aku juga.” Balasnya tak kalah senang. Setelah itu mereka pun segera meninggalkan bandara, sebenarnya Belmira sudah ingin mengajak dua sahabatnya untuk check in di hotel dekat dengan apartemennya tapi tiba-tiba saja Lily ingin bertemu dengan Ruan. “ Boleh ya, aku ingin sekali melihat visual asli dari si Bright boy ini.” Pinta Lily dengan sangat. “ Boleh, tapi sepertinya dia sedang sibuk saat ini.” “ Kita kan bisa mengunjungi kedainya, setidaknya kita bisa melihatnya meskipun tidak bisa mengajaknya mengobrol.” Belmira tak punya pilihan lain, ia pun meminta pada supir taksi untuk membawa mereka di kedai Ruan. Dua sahabatnya ini memang belum melihat sosok asli Ruan dan hanya bisa mendengar kisahnya dari Belmira, sejuah apa yang di ceritakan oleh Belmira keduanya merasa sangat berterima kasih karen Ruan telah merubah kehidupan sahabatnya itu. Setibanya di kadai teh milik Ruan, mereka bertiga segera mengambil tempat yang berada di luar kedai. Maria kemudian menghampiri mereka dan menyapa Belmira seperti biasa, Belmira memperkenalkan Lily dan Austin pada Maria sebagai sahabatnya dari Barcelona. “ Oh iya, apa pemilik kedai ini ada di dalam.?” Tanya Lily yang sudah sangat penasaran dengan Ruan. “ Dia tidak masuk hari ini, katanya ada hal penting yang harus di kerjakan.” Balas Maria kemudian. “ Sayang seklali, padahal aku sangat ingin bertemu dengannya.” Gumam Lily kembali memelas. “ Kita masih ada beberapa hari tinggal disini, jangan memasang ekspresi seperti itu.” Tegur Austin sambil mengusap lembut kepala Lily. “ Aku pesan seperti biasa, begitu pun dengan mereka berdua.” Kata Belmira segera di laksanakan oleh Maria. Karena Ruan tak ada terpaksa mereka bertiga hanya dapat mengobrol seputar pengalaman Belmira selama tinggal di Madrid, gadis itu sudah cukup sering memberitahu kabarnya via telpon namun kurang lengkap rasanya jika tidak di bahas secara langsung seperti saat ini.   **   Belmira menatap gedung tinggi yang ada di depannya dengan tatapan nanar, semenit yang lalu ia baru saja tiba di lokasi tersebut dalam keadaan setengah sadar. Hari ini dia tidak memiliki kesibukan sehingga ia bebas kemana pun dia inginkan. Dan saat ini Belmira sudah berdiri di depan apartemen Ruan dengan membawa makanan yang telah ia buat saat di apartemennya. Sedikit ragu untuk melangkah lebih maju karena ia tak ingin Ruan salah paham dengan kehadirannya tanpa mengabari terlebih dulu, seseorang menyadari gerak-gerik aneh Belmira dan dia adalah Roberto yang baru saja keluar dari gedung tersebut. “ Belmira, apa itu kau.?” Seru Roberto dan di balas anggukan cepat darinya. “ Hey, kau ingin bertemu dengan Ruan.?” Lanjut Roberto ketika ia sudah berdiri di hadapan Belmira. “ Iya, aku datang membawakannya makanan.” “ Kebetulan sekali, dia ada di dalam dan saat ini sedang flu berat. Aku baru saja akan keluar membelikannya obat.” “ Jadi dia sakit.” “ Tidak begitu parah, kau bisa masuk untuk melihatnya.” Belmira akhirnya segera masuk dan berpisah dengan Roberto, keraguan mulai menggerogoti hatinya hingga berpikir untuk tidak menengoknya saja. Tapi langkahnya terus membawa gadis itu hingga berhenti tepat di depan pintu kamar pria itu. Ting..Nung..Ting..Nung Belmira menatap pintu berwarna coklat itu dengan tatapan gugup, tak lama kemudian pintu terkuak dan memunculkan sosok Ruan dengan wajah pucat sekaligus terkejut dengan kehadiran Belmira saat ini. “ Aku datang membawakan makanan untukmu, di luar aku bertemu Roberto dan dia memberitahuku kalau kau sakit makanya aku langsung datang, apa aku mengganggumu?” Ruan tertawa melihat tingkah polos dan lucu dari Belmira, namun hal itu membuat Belmira semakin kebingungan sebab dia tidak menemukan hal lucu dari dirinya saat ini. “ Silahkan masuk.” Ajak Ruan membuka pintu tersebut dengan lebar. Belmira kini melangkahkan kakinya memasuki apartemen tersebut, ini kali kedua dirinya memasuki tempat itu namun kali ini dia di temani langsung oleh Ruan. Setelah Belmira di persilahkan duduk di sofa, Ruan datang menyodorkan minuman untuk gadis itu. “ Kamu bawa makanan apa.?” Tanya Ruan melirik paper bag berisi makanan yang Belmira bawa. “ Aku membuatkanmu Fabada Asturiana dan Churos kesukaanmu.” “ Benarkah, berikan padaku aku akan menyiapkannya.” Kata Ruan. “ Biar aku saja, kau terlihat sangat pucat.” Ruan menarik kembali tangannya dan membiarkan Belmira yang menyiapkannya, gadis itu segera menuju dapur milik Ruan dan menyiapkan masakannya untuk pria itu. Dulu saat mereka SMP, Ruan sangat suka dengan masakan yang di buatnya dan hal itu masih membekas di kepala Belmira sampai saat ini. Selang beberapa saat Belmira kembali dengan mangkuk yang berisi masakan buatannya, ia meletakkan nampan berisi masakan itu di hadapan Ruan dan saat ini ia menatap pria tersebut dengan tatapan tulus. “ Terima kasih.” Ucap Ruan lirih. Pintu baru saja terkuak dan memunculkan sosok Roberto yang baru saja kembali dengan obat di tangannya, menghirup aroma yang tak asing lantas membuat Roberto segera mengambil mangkuk yang ada di hadapan Ruan dan menatapnya penuh teliti. “ Ini kan.” Belum selesai Roberto mengucapkan kalimatnya tiba-tiba Ruan kembali merebut mangkuk tersebut dan berteriak cukup keras. “ Jangan mengambilnya dariku, Belmira sudah repot-repot membuatkannya.” Ucap Ruan menjauhkan mangkuk itu dari Roberto. “ Tapi itu kan.” “ Mana obatku?  Aku butuh obatnya sekarang.” Sambung Ruan kembali mengalihkan pembicaraan. Ruan berhasil membuat Roberto tidak bisa berkata-kata lagi, karena pria itu masih ada urusan ia pun segera pergi meninggalkan mereka berdua. Belmira masih terlihat bingung ketika melihat keduanya bersikap sangat aneh, dan setelah Ruan kembali duduk ia pun lanjut menikmati masakan Belmira dengan senyum yang merekah setiap suapan masuk ke mulutnya.   **   Belmira sedang mencuci piring bekas Ruan menghabisakan makananya, pria itu kini sedang berada di kamarnya untuk istirahat setelah ia minum obat. Begitu Belmira selesai mencucinya, ia juga membuatkan teh lemon untuk Ruan agar flu nya cepat reda. Gadis itu mengetuk pintu kamar Ruan namun tak mendapat respon apapun dari dalam, karena khawatir ia pun membuka pintu kamar tersebut dan sangat terkejut ketika melihat pria itu terkulai lemas sambil memegang dadanya di lantai. “ Ruan, kau kenapa.?” Belmira mencoba membantunya untuk mengambil posisi yang nyaman untuk pria itu. “ Tolong ambilkan aku obat yang ada di dalam laci itu.” Tunjuk Ruan pada laci yang berada di sebelh tempat tidrunya. Belmira segera membukanya dan mendapati begitu banyak obat dengan jenis yang berbeda-beda, Belmira menunjukkan satu persatu obat kepada Ruan dan pria itu meminta obat dengan bungkus berwarna biru tua. Setelah membantu Ruan untuk minum obat, kini Belmira kembali membantunya naik ke tempat tidur. Ia membenarkan posisi Ruan dengan penuh kelembutan, hingga pria itu merasa sangat tertolong dengan keberadaanya. “ Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini.?” Tanya Belmiracemas. “ Tidak apa-apa, jangan cemas.” Balas Ruan parau. “ Ya sudah kalau begitu istirahatlah. Aku akan pulang setelah kau terlelap.” Karena efek obat yang di minumnya hal itu membuat Ruan mengantuk dan perlahan menutup kedua matanya, Belmira masih berada di sebelahnya menatap pria itu dengan penuh arti. Lalu Belmira tersadar dengan suasana kamar Ruan yang bernuansa vintage sangat sesuai dengan karakternya yang keren dan menyenangkan. Tanpa sengaja Belmira mendapati sebuah lukisan yang terpajang di kamar pria itu, Belmira ingat ketika lukisan pertamanya yang ia buat adalah Ruan yang sedang tertidur. “ Ternyata kau masih menyimpan lukisan ini.” Ucap Belmira kembali melirik Ruan dengan senyum yang merekah.     “ Aku ingin sekali bertemu dengan Ruan, Bell. Tolong bawa aku bertemu dengannya." Pinta Lily dengan sangat. “ Beberapa hari yang lalu dia sakit, aku ragu kalau dia ada di kedai saat ini.” Balas Belmira sibuk dengan lukisannya. “ Waktu itu kau pergi tanpa memberitahuku, padahal aku ingin ikut denganmu.” “ Kau ingin Austin tinggal sendirian.?” “ Austin sibuk dengan urusannya di kota ini, aku tidak ingin mengganggunya.” “ Kalau begitu tunggu aku selesai dengan lukisan ini, kita pergi ke kedai Ruan.” “ Okeeee.” Seru Lily sangat kegirangan. Hari ini Belmira baru saja menyelesaikan satu lukisan yang akan di pajang di galeri untuk pameran minggu depan, setelah itu selesai barulah ia dan Lily meninggalkan apartemen menuju kedai teh milik Ruan. Setibanya di sana secara kebetulan Ruan sudah kembali, dan saat ini pria itu terlihat sedang melayani pelanggan yang duduk di dalam kedai. Belmira dan Lily sengaja mengambil tempat di luar agar bisa menikmati udara sore hari. Sementara itu Maria baru saja memberitahu Ruan kalau di luar ada Belmira dan temannya, melihat keduanya ia pun segera keluar dan melayani mereka dengan sangat ramah. “ Hai, aku Lily sahabatnya Belmira sejak SMA.” Ucapnya sambil menyodorkan tangan ke arah Ruan. “ Hai Lily, aku Ruan.” Balasnya dengan senyuman. “ Aku sudah lama ingin bertemu denganmu sejak Belmira menceritakan tentangmu, sejak SMA aku dan Belmira sudah mencarimu cukup sering dan tidak di sangka kalian akan bertemu di kota ini.” Ruan hanya tersenyum bingung menanggapinya seperti apa, Belmira kemudian meminta Lily untuk tidak membahas hal itu lagi. Dan seperti biasa Belmira hanya memesan teh citrus dan cheese cake untuknya dan Lily, setelah Ruan pergi barulah Belmira kembali melirik Lily. “ Untuk saat ini jangan membahas soal itu lagi.” “ Kenapa.?” “ Dia pernah kecelakaan dan mengalami amnesia, beberapa ingatannya mungkin kembali dan aku tidak ingin membuatnya teringat dan menyesal.” “ Ayolah Bel, bukannya itu justru bagus? Buat Ruan untuk terus mengingat semuanya, supaya kalian bisa bersama.” “ Kau tidak mengerti, melihatnya yang sekarang terkadang membuatku merasa kalau dia bukanlah Ruan yang ingin mengingat masa lalu denganku.” “ Maafkan aku.” “ Utuk sekarang mungkin lebih baik seperti ini, dengan dia yang mengingatku saja sudah membuatku senang.” Kata Belmira melirik Ruan yang sedang melayani pelanggannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD