24

1444 Words
Hujan kembali mengguyur kota sejak tadi pagi hingga dini hari, cuaca yang lembab dan sedikit dingin itu membuat Belmira yang sedang sibuk melukis mendadak melirik ke arah jendela yang menampilkan bulir hujan yang jatuh membasahi bumi. “ Sepi sekali.” Pekik Belmira sambil meletakkan kuasnya dan beralih menuju jendela sambil memegang cangkir teh hangat miliknya. Biasanya Belmira tidak akan merasa kesepian tapi entah mengapa semenjak Ruan sibuk dengan kedainya ia pun mulai merasa kesepian, di rumah itu hanya ada dia seorang tanpa ada siapapun yang dapat di ajaknya bicara. Melukis pun rasanya sangat membosankan saat ini, jika saja hujan tidak turun maka dia akan pergi keluar mencari tempat yang bagus untuk mulai melukis. Ponsel Belmira baru saja berdering menandakan ada pesan yang masuk, ketika melihat nama Ruan di sana ia langsung tersenyum merekah. “ Kau sedang apa? Sebentar lagi aku akan pulang, apa kau membutuhkan sesuatu.?” Sambil terseneyum Belmira mulai membalasnya, “ Aku tidak membutuhkan sesuatu, pulanglah dengan selamat.” Belmira senang akhirnya Ruan sebentar lagi pulang, dan sebelum Ruan kembali dia akan membuat makan malam untuk mereka berdua. Ruan tidak akan mengambil alih kesempatan ini lagi jika dia tidak ada, dan Belmira juga sudah memastikan dengan baik bahwa tangannya tidak ada masalah apapun.   ** Hari sudah semakin larut dan waktu telah menunjukkan pukul 12:00 malam, Belmira masih menunggu kepulangan Ruan yang sampai saat ini belum menunjukkan batang hidungnya. Bahkan ketika di hubungi pun sangat sulit, membuat Belmira khawatir tentang pria itu. Saat itu tedengar suara pintu yang terbuka secara perlahan, Belmira dengan cepat bangkit dari tempat duduknya menuju ruang tamu. Ia begitu terkejut ketika melihat Ruan yang pulang dalam keadaan babak belur dan langsung terjatuh tepat di pangkuan Belmira. “ Apa yang terjadi padamu.?” Tanya Belmira cemas. Ruan tak bisa berkata-kata dengan kondisinya sekarang, Belmira segera membantunya bangkit menuju sofa terdekat untuk membaringkan pria itu. Setelah berhasil ia pun segera mengambil kotak obat untuk menngobatinya, Belmira masih syok namun berusaha melakukan yang terbaik. Dengan sangat hati-hati dan penuh kelembutan Belmira mengobati setiap luka yang di alami Ruan, terlebih di bagian wajah yang menimbulkan memar cukup parah. Setelah semua selesai ia pun segera membersihkan tubuh pria itu dan membantunya mengganti pakaian, Ruan masih tak berdaya dan beberapa kali meringis kesakitan yang membuat Belmira tidak kuat melihatnya. “ Padahal dulu kau sangat pandai melawan orang-orang, tapi kenapa sekarang kau terlihat tidak berdaya seperti ini? “ Benak Belmira hanya dapat menatap wajah Ruan yang saat ini sudah terlelap. **   Perlahan tapi pasti pria itu mulai membuka kedua matanya, ia menyadari seseorang tengah memeng tangannya dan menyadari keberadaanya di ruang tamu bersama Belmira yang tertidur di sebelahnya dengan posisi yang kurang nyaman. “ Aww.” Keluhnya begitu menyadari sekujur tubuhnya merasakan sakit begitupun dengan wajahnya yang terasa bengkak. “ Kau sudah bangun.” Ucap Belmira yang juga terbangun setelah mendengar suara Ruan. “ Apa yang sudah terjadi.?” “ Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, kau lupa kalau semalam kau datang dalam keadaan babak belur.?” Ruan mulai berusaha mengingat apa yang terjadi dan setelah beberapa saat ia mulai mengingatnya, ketika Ruan sudah mulai duduk bersandar pada sofa, Belmira segera ke dapur membawakan segelas air untuk pria itu. “ Sekarang kau bisa ceritakan padaku apa yang telah terjadi.” Ucap Belmira meliriknya teduh. “ Semalam kedaiku di serang oleh sekumpulan pria yang tidak ku kenal, mereka datang melukai semua pegawai dan merusak kedai ku tanpa sebab. Aku sudah melaporkan semuanya ke kantor polisi, mereka akan mencaritahu pelaku dari kejadian semalam.” “ Sebenarnya siapa orang-orang itu? Kenapa mereka terus melakukan p*********n?” “ Entahlah, aku juga tidak mengerti tentang ini.” “ Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini.?” Tanya Belmira. “ Untuk sementara wkatu aku akan menutup kedai sampai kondisi para pegawaiku membaik, ku rasa aku juga butuh waktu untuk istirahat sejenak.” “ Kau bisa kembali ke kamarmu, aku akan membuatkan makanan untukmu.” “ Belmira.” Panggil Ruan seketika membuat wanita itu menoleh dengan penasaran. “ Tidak apa-apa, tolong buatkan aku sup jamur putih entah mengapa aku sangat ingin memakannya.” “ Baiklah, aku akan membuatkannya untukmu.”   **   Semenjak Ruan menutup kedainya, ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama Belmira di rumah. Ketika Belmira sedang melukis ia pun ikut belajar melukis bersamanya, hingga suatu hari Ruan begitu ingin pandai melukis seperti Belmira dengan melukis wanita itu hampir setiap hari. Seperti hari ini ketika kondisinya sudah pulih ia pun mencoba melukis wajah Belmira yang sedang sibuk melukis juga, Belmira tak sadar kalau Ruan sedang melukisnya hingga beberapa saat kemudian pria itu menyelesaikan sketsa dasar dari wajah Belmira. “ Kau sedang apa.?” Tanya Belmira yang mulai penasaran. “ Kau akan mengetahuinya segera.” Balas Ruan semakin membuatnya penasaran. “ Buat penasaran saja.” “ Kau juga selalu berkata seperti itu jika aku ingin melihat lukisanmu.” Seloroh Ruan membuat Belmira tertawa kecil. “ Apa kau sudah selesai.?” Tanya Ruan yang akan melanjutkan lukisannya nanti. “ Memangnya kenapa.?” “ Aku ingin mengajakmu bermain di taman hiburan.” “ Boleh, ayo kita pergi.” Balas Belmira ikut merapihkan perlatannya.   ** Mereka telah sampai di wahana hiburan pada pukul 4 sore. Mereka masih punya waktu berkunjung sebelum tempat itu tutup. Belmira tak berhenti memasang wajah bahagia bahkan saat di perjalanan sampai sekarang, Ruan pun ikut tersenyum senang bisa membuat Belmira tersenyum seperti itu. “ Ayo masuk.” Ajak Ruan di sambut anggukan cepat dari Belmira. Setelah mereka selesai melakukan trsansaksi di loket, mereka kemudian masuk dan berhenti sejenak untuk melihat daftar wahana apa saja yang sedang aktif. “ Kau ingin naik apa.?” Tanya Ruan meliriknya sebentar. “ Hmm, aku suka semua wahana. Jadi biar kamu saja yang memilihnya.” Ucap Belmira kemudian. Ruan yang kini di berikan pilihan akhirnya memilih wahana yang tidak begitu ekstrim, Ruan takut dengan wahana yang menantang sehingga dia memutuskan untuk mencoba wahana komedi putar. “ Kau yakin ingin naik ini.?” Tanya Belmira meliriknya heran. “ Tentu saja, katamu kau suka dengan semua wahana. Ayo pergi kesana.” Ajaknya berjalan menuju wahana komedi putar. Tibalah mereka di wahana komedi putar yang dimana para pengunjung disana kebanyakan anak-anak, Ruan terlihat tidak mempermasalahkannya dan kini sudah naik di salah satu kuda yang ada di wahana itu dengan mengajak Belmira untuk mengambil tempat di sebelahnya. Setelah beberapa saat mencoba wahana komedi putar, Ruan kembali melirik beberapa wahana lain yang serupa dengan komedi putar. Belmira kemudian curiga kalau Ruan takut dengan wahana yang menantang. “ Kau takut dengan wahana itu.” Tunjuk Belmira pada wahana roller coaster. Ruan meliriknya dengan tatapan aneh, “ Aku nggak takut, hanya saja aku tidak ingin membuat rambutmu berantakan jika kita naik wahana itu.” Lanjut Ruan sambil menggaruk kepala tak gatal Belmira kemudian mengeluarkan ikat rambut dari dalam tasnya dan menguncir rambutnya yang barusan tergerai, kini tak ada alasan untuk tidak mencoba wahana itu dan alhasil Ruan pun mengajak Belmira untuk mencobanya. “ Kau baik-baik saja.?” Tegur Belmira yang memperhatikan ekspresi berbeda dari Ruan. “ Aku baik-baik saja.” Balasnya berusaha terlihat baik. Kini mereka berdua sudah duduk bersebelahan di kursi roller coaster dengan pandangan lurus ke depan, perlahan tapi pasti wahana roller coaster tersebut mulai bergerak dan membawa orang-orang yang mengisi setiap kursinya. Ketika roller coaster tersebut menambah kecepatan spontan Ruan berteriak cukup keras mengalahkan teriakan orang-orang yang mencoba wahana tersebut. “ AKHHHHHHHH.” Belmira meliriknya terkejut dan dugaannya teranya benar kalau Ruan tidak bisa mencoba wahana seperti itu, namun di satu sisi ia tertawa melihat ekspresi Ruan yang ketakutan seperti ini.   **   Setelah menaiki wahana tersebut, Ruan muntah beberapa kali dan membuat Belmira merasa bersalah karenanya. “ Maafkan aku, kau seharusnya bilang kalau tidak bisa naik wahana itu.” Belmira memijat pelan tengkuk Ruan. “ Uhukkk..uhukk.” Belmira memberika sapu tangan miliknya pada Ruan untuk membersihkan sekitar bibirnya, pria itu kini mulai merasa lebih baik setelah memuntahkan semua isi perutnya. Namun di samping itu ada perasaan malu yang tidak bisa di jelaskan oleh kata-kata lagi. Mereka hanya menikmati dua wahana saja setelah itu pulang, tapi Belmira ingin mengajak Ruan untuk singgah di sebuah restoran sebagai permintaan maaf karena dirinya Ruan sampai muntah-muntah. “ Makanlah.” Ucap Belmira menyodorkan makanan yang telah ia pesan. “ Aku benar-benar malu, tolong jangan menertawakan aku.” Kata Ruan menunduk malu. “ Kau tidak perlu malu, semua orang memiliki ketakutan yang berbeda-beda. Untuk itu kau harus berkata lebih jujur ke depannya, bagaimana aku bisa tahu kalau kau merahasiakannya dariku.” Lontar Belmira di balas anggukan pelan oleh pria itu. Dan malam itu mereka menikmati makan malam mereka yang berupa sup daging iga yang sangat terkenal di Madrid, tak ada rasa canggung dan perasaan malu lagi yang di rasakan oleh Ruan setelah Belmira memahami tentang dirinya.   **        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD