15

1875 Words
Gadis itu terlihat menunggu di depan gerbang sekolah, ia menunggu seseorang yang sudah berjanji padanya akan masuk hari ini. Selang beberapa waktu terlihat mobil putih yang baru saja berhenti tepat di seberang jalan, seorang pria turun dengan senyum merekah ketika melihat Belmira sudah menunggunya di depan gerbang. “ Kau menungguku.?” Ucap Ruan ketika dia sudah tiba di hadapan Belmira. “ Iya, ku pikir kau tidak akan datang lagi.” “ Aku sudah berjanji akan datang, lagi pula masalah ku sudah terselesaikan.” Keduanya berjalan bersama masuk ke dalam, setibanya di kelas semua mata tertuju pada Belmira. Tatapan itu tentu membuat Belmira kebingungan, Veronika yang berdiri di depan kelas kemudian memberikan tepuk tangan pada Belmira. “ Ada apa ini.?” Tanya Ruan ikut kebingungan. “ Selamat datang di kelas gadis yang tidak p*rawan.” Ucap Veronika di depan wajah Belmira. “ Jaga ucapanmu.” Sahut Ruan tidak terima dengan pernyataan yang di lontarkan Veronika. “ Kau tidak tahu kalau Belmira ini tinggal di sebuah El Burdel, dan semalam tempat itu terbakar dan kalian tahu apa yang ku lihat? Belmira memakai pakaian yang sama di gunakan oleh wanita malam yang ada di sana.” Jelas Veronika sukses membuat Belmira menunduk malu. “ Apa itu benar Bel?” “ Kau tinggal di sana dan menghabiskan malam bersama pria dewasa.?” “ Pantas saja sekarang penampilan mu berubah, ternyata kau gadis yang nakal.” “ Jaga ucapan kalian semua.” Joseph menggebrak meja yang membuat semua mata tertuju padanya. “ Kenapa kau ikut membelanya sekarang? Bukannya kau lebih senang melihat Belmira menderita.” Seru teman-teman kelasnya pada Joseph. “ Aku mengaku salah atas perbuatan yang ku perbuat selama ini pada Belmira, tapi aku percaya kalau dia bukanlah gadis seperti yang di katakan oleh Veronika.” Ungkap Joseph kemudian. “ Joseph? Kenapa kau membelanya, aku ini pacarmu.” Sahut Veronika tak terima. “ Pacar  katamu? Kemana saja kau selama ini, ketika mereka melakukan hal jahat padaku apa kau pernah peduli? Justru yang peduli pada saat itu hanyalah Belmira yang selalu aku sakiti, hubungan kita sudah berakhir sejak hari kau mencampakkan ku.” Lontar Joseph ketus. Suasana di kelas benar-benar tak terkendali saat itu, mereka yang awalnya menyimpan simpati besar terhadap Belmira kembali kehilangan rasa respeknya. Meski begitu Belmira tak berani angkat bicara untuk saat ini, dia terlalu takut meski sebenarnya dia tidak pernah melakukan apapun bersama pria dewasa yang datang ke El Burdel.   ** Begitu cepat perubahan yang dimiliki teman sekelas Belmira setelah mengetahui dirinya tinggal di sebuah El Burdel, banyak dari mereka yang tak ingin mengajaknya bicara lagi. Bahkan kabar tersebut sudah terdengar di telinga wali kelas mereka, alhasil Belmira di panggil untuk menemui beliau. “ Kau ingin aku menemanimu.?” Tawar Ruan namun di balas gelegan kepala dari Belmira. Gadis itu segera menuju ruang guru, setibanya di sana dia tatap oleh beberapa guru dengan pandagangan yang membuatnya merasa takut. Dan kini Belmira sudah berhadapan dengan wali kelasnya langsung. “ Ibu mendengar dari salah satu teman kelasmu kalau kamu tinggal di sebuah El Burdel, dan kau juga bekerja di sana sebagai..” “ Saya tidak bekerja sebagai salah satu wanita di sana bu, saya memang tinggal di sana sejak usia saya lima tahun. Pemilik El Burdel mengadopsi saya setelah kedua orang tua saya meninggal, meski begitu saya tidak pernah bekerja seperti yang ibu dengar.” Jelas Belmira dengan sangat serius. “ Baik, ibu percaya padamu.” “ Saya berani sumpah atas nama orang tua saya kalau saya tidak pernah melakukan hal seperti itu.” “ Semua guru dan murid sudah banyak yang mengetahui hal ini, ibu khawatir mereka akan memperlakukanmu tidak baik.” “ Saya sudah melewati banyak hal yang lebih menyakitkan dari ini, saya hanya minta untuk tidak di keluarkan dari sekolah sampai saya bisa lulus dari sekolah ini.” “ Ibu akan bicarakan hal ini dengan kepala sekolah, kamu boleh pergi sekarang.” “ Baik bu, saya permisi.” Dan Belmira pun keluar dari ruang guru dengan cepat, di luar ia di kejutkan dengan kehadiran Ruan dan Joseph yang menunggunya dengan raut wajah cemas. “ Kalian menungguku.?” Tanya Belmira cukup terkejut. “ Aku penasaran apa yang wali kelas katakan padamu.” Lontar Ruan. “ Kau tidak di keluarkan kan.?” Sambung Joseph. “ Aku tidak di keluarkan, wali kelas percaya padaku.” Jawab Belmira lirih. “ Syukurlah.”   **   “ Aku harus pergi, maaf kalau hari ini kita tidak bisa pulang bersama.” Lontar Ruan ketika bel tanda pulang baru saja berbunyi. “ Kau mau kemana.?” Tanya Belmira penasaran. “ Aku ingin ke suatu tempat bersama pamanku.” Jelasnya kemudian. “ Oke, hati-hati di jalan.” Setelah Ruan meninggalkan Belmira, yang datang menghampirinya kali ini adalah Joseph. Hal itu justru menarik perhatian dari Veronika, dia menarik lengan Joseph menjauh dari Belmira dengan cepat. “ Jangan dekat-dekat dengannya.” Ucap Veronika namun dengan cepat di lepaskan oleh Joseph. “ Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, jangan pernah menganggapku siapapun dalam hidupmu.” Ucap Joseph tepat di depan Veronika. “ Joseph.” Lontar Veronika tak terima. “ Belmira, aku boleh pulang bersama mu kan.?” Pinta Joseph namun membuat Belmira melirik Veronika dengan wajah kebingungan. “ Tapi, Veronika” Belum sempat Belmira menyudahi kalimatnya, Joseph langsung menariknya keluar dari kelas itu. Belmira hanya dapat pasrah ketika Joseph membawanya pergi, ia bahkan sempat melihat bagaimana Veronika menatapnya dengan tatapan yang tajam.   **   Dua anak manusia itu terlihat berjalan di sepanjang jalan berbatu dengan sebuah es krim di tangan mereka, untuk pertama kalinya hal ini di lakukan oleh Belmira. Dia berjalan beriringan dengan seseorang yang dulu pernah membullynya, siapa sangka waktu telah merubah segalanya dan kini mereka sudah berteman. “ Aku merasa sangat malu jika kita berteman seperti ini, rasanya aku tidak pantas untuk menjadi temanmu.” Ucap Joseph terlihat malu-malu. Belmira hanya tertunduk diam tanpa merespon, seperti yang biasa ia lakukan. Sampai saat ini gadis itu masih jarang menunjukkan ekspresi yang berbeda, padahal Joseph sangat ingin melihat berbagai ekpresi dari wajahnya. “ Boleh aku bertanya sesuatu padamu.?” Tanya Joseph menghentikan langkahnya begitu pun dengan Belmira yang menoleh dengan penasaran. Keduanya pindah di sebuah taman yang menyediakan kursi panjang berwarna coklat muda, mereka duduk bersebelahan dan Joseph kembali berkata ingin bertanya sesuatu pada Belmira. “ Boleh aku tau tentang mu? Selama ini aku selalu melakukan hal jahat padamu untuk melihat ekspresi sedihmu, tapi kau bahkan tidak pernah menangis dan terlihat sangat pasrah dengan perlakuan yang ku dapat.” Belmira kemudian melirik Joseph, hal pertama yang ia pikirkan saat ini adalah Ruan. Sejauh ini yang mengetahui tentang dirinya hanyalah Ruan, dan sekarang ada seseroang yang meminta untuk mengetahui tentangnya. “ Kau mungkin akan merasa bosan dengan cerita hidupku.” Kata Belmira lirih. “ Aku akan mendengarnya dengan seksama.” Lontar Joseph penuh antusias. Belmira tidak bisa berpikir lebih lagi, ia merasa tak ada salahnya memberitahu Joseph tentang dirinya. Dan siang itu Belmira mulai menceritakan pada Joseph tentang dirinya yang sebenarnya, begitu mendengar kisah Belmira tanpa sadar Joseph menangis. “ Kenapa kau menangis.?” Tanya Belmira heran. “ Aku merasa terharu mendengarnya, tak ku sangka aku telah melakukan kejahatan pada gadis malang sepertimu.” “ Kau tidak perlu mengasihaniku, sejak kecil aku sudah terlatih hidup dengan penuh kesulitan. Mungkin itu sebabnya aku tidak pandai dalam menunjukkan berbagai ekspresi.” Joseph kemudian membenarkan posisi duduknya, lalu dia menyuruh Belmira untuk meniru caranya tersenyum. Jika Belmira tidak bisa melakukannya setidaknya ia sudah berlatih untuk melakukan hal itu sedikit demi sedikit. Belmira yang perlahan mulai meniru senyuman yang di ajarkan oleh Joseph berakhir menjadi senyum aneh yang terlihat menakutkan, hal itu membuat Joseph berhenti menyuruhnya untuk tersenyum seperti itu. “ Sekarang aku baru tahu cara memahami seseorang semenjak mengenalmu, dulu aku selalu mengedepankan ego dan merasa paling benar. Dari kejadian yang menimpa ayahku ternyata ada baiknya juga, aku merasa sangat bersyukur sekarang.” Ungkap Joseph sambil menunduk meratapi semua yang terjadi padanya selama ini. “ Soal ayahmu, dia tidak melakukan hal itu kan.?” Tanya Belmir lirih. “ Seseorang menjadikan ayahku sebagai kambing hitam, sekarang kami tidak bisa melawan lagi karena tidak memiliki bukti dan ayahku tidak memiliki koneksi yang kuat dengan seseorang di kantor polisi.” “ Cepat atau lambat kebenaran pasti akan terungkap, jika ayahmu benar tidak bersalah aku yakin semua akan baik-baik saja.” “ Semoga saja. Oiya, bagaimana dengan tempat tinggalmu? Apa yang sudah terjadi semalam.?” “ Semalam polisi menemukan bahan bakar yang terdapat di titik tempat yang paling banyak mengalami kerusakan, aku tidak tau kalau pelakunya berhasil di temukan atau tidak. Dan semalam aku dan Olivia tinggal di bangunan yang masih terselamatkan, beruntung api tidak melahap bagian belakang.” “ Siapa yang dengan tega melakukan hal itu pada kalian.?” “ Entahlah, aku tidak begitu penasaran. “ Jawab Belmira justru merasa lega karena semalam terbebas dari pria setengah baya itu.   ** Belmira baru saja selesai bekerja dan membantu pemilik toko untuk segera menutup toko tersebut, setelah semua beres tiba saatnya untuk gadis itu pulang. Di jalan menuju rumah tak sengaja dia bertemu Ruan, rupanya pria itu sudah menunggunya di ujung jalan agar bisa bertemu dengan Belmira. “ Ayo pulang bersama.” Ajak Ruan dengan senyum yang merekah. Belmira merasa senang bisa melihat Ruan, ia pun mengangguk dan melanglah menghampiri pria itu. Keduanya jalan bersama menelusuri jalanan yang sepi, hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang saling bertautan dengan aspal. “ Kenapa kau datang menemuiku ?” Tanya Belmira tiba-tiba. “ Karena aku pulang lebih awal tadi makanya aku datang untuk bisa pulang bersamaamu.” Jawabnya kemudian. “ Tunggu disini.” Cegah Ruan mendadak membuat Belmira menghentikan langlahnya dan melirik pria itu heran. “ Kamu tunggu aku sebentar, aku akan kembali sejenak.” Lanjutnya dan berlari menuju sebuah kedai yang berada di ujung jalan. Kedai itu menjual waffle krim vanila yang menjadi kesukaan Ruan, dan dia ingin Belmira mencoba kelezatan dari  waffle tersebut. Karena tak harus mengantri Ruan pun berhasil mendapatkan dua potong waffle dan kembali pada Belmira. Namun saat itu langlaj Ruan mendadak berhenti setelah melihat Belmira tersenyum ke arah dedaunan yang berjatuhan karena tertiup oleh hembusan angin. Untuk pertama kalinya Ruan melihat senyuman dari gadis itu, senyuman tulus yang bahkan tidak pernah di tunjukkan oleh Belmira di hadapan semua orang. Meski tanpa sengaja telah melihatnya, hal itu justru membuat Ruan merasa senang. “ Ini cobalah.” Ucap Ruan ketika ia sudah berdiri di depan Belmira sambil memberikan waffle tersebut. “ Terima kasih, berapa harganya.” “ Aku membelikannya untukmu.” “ Kau terlalu sering membelikan ku jajanan, biarkan aku yang mentraktir mu lain kali.” “ Oke, terserah kau saja.” Balas Ruan tersenyum tipis. Ketika mereka kembali berjalan bersama, ingin rasanya Ruan melihat senyuman Belmira lagi. Ia pun menahan gadis itu dan menyuruh Belmira untuk tersenyum, namun senyuman kali ini yang di perlihatkan adalah senyuman yang waktu itu Joseph ajarkan padanya. “ Kenapa kau tersenyum seperti itu, aku ingin kau tersenyum seperti yang tadi ku lihat.” “ Kapan aku tersenyum.?” Belmira sendiri tak sadar kalau senyuman yang di lihat Ruan barusan adalah ketika dirinya mengamati dedaunan yang berjatuhan. “ Lupakan saja, jangan tunjukkan senyum seperti itu lagi di hadapanku.” Ucap Ruan sambil menggaruk kepala tak gatal. Belmira yang kebingungan hanya dapat terdiam dan menikmati waffle pemberian Ruan, rasa manis dan gurih ercampur menadi satu dan kelezatannya benar-benar membuat Belmira senang.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD