**4 itu Papat**

823 Words
Reres telah kini telah ada di tempat bekerja. Ia bekerja sebagai pelayan di sebuah toko brownies tak jauh dari kampus. Bekerja di sini beberapa tahun belakangan sebenarnya sudah buat ia nyaman sekali. Hanya saja Reres ingin bekerja di tempat yang lebih baik. Reres sudah selesai merapikan toko, kini ia hanya tinggal menunggu pelanggan datang, atau kiriman kue yang di datangkan dari toko pusat. Senyumnya terulang saat ia melihat sebuah mobil sedan biru terhenti di depan toko. Lalu sesosok pria ke luar dari dalam mobil, memiliki perawakan gagah, bahu lebar dengan rambut terpangkas rapi dengan model brushed on top, kemeja hitam yang ia biarkan terbuka kancingnya, terlihat t-shirt putih yang di kenakannya, lalu sepatu convers hitam senada dengan celana yang ia kenakan. Pria itu memiliki tatapan sendu yang tajam, Reres selalu mengatakan kekasihnya itu punya tatapan setajam Nicholas saputra. Hanya beda nasib saja, Bisma kini masih harus melanjutkan S2nya di luar kota. Bisma tersenyum dengan tatapan yang jelas memancarkan kesedihan. Merasa bersalah karena ia baru bisa datang menemui Reres hari ini. Kemarin ia masih menjalani sidang akhir. Bisma berjalan cepat masuk ke dalam toto di sambut Reres yang keluar dari balik meja kasir. Keduanya berpelukan sesaat lalu Bisma mengecup kening kekasihnya. setelahnya, ia melepas pelukan di anatar mereka menatap Reres dalam-dalam. tatapan kekasihnya buat Reres meneteskan air mata. "Maafin aku ya, baru bisa datang." Reres menggeleng tak seharusnya bisma minta maaf itu bukan salahnya dan semua yang terjadi terlalu mendadak. "Kakak enggak salah. Semua emang tiba-tiba banget." Bisma mengacak rambut reres lalu mengecupnya singkat. "sebentar lagi kuliah aku selesai kerjaan juga udah ada. Aku akan selalu ada buat Reres. Terus Mas Bagus gimana?" Reres peluk singkat Bisma, kemudian melepasnya. "Mas Bagus belum tau ada di mana Reres coba hubungin juga enggak aktif nomernya." Bisma hela napas kesal juga mendengar apa yang dikatakan Reres. Apalagi ia tau sejak dulu kakak dari kekasihnya itu selalu buat ulah. "Yaudah, kalau gitu enggak usah dipikirin," katanya coba menenangkan sang kekasih. "Mumpung aku ada di sini aku tungguin kamu seharian ya?' "Kakak enggak ada urusan lain?" "Tujuanku ke sini cuma buat kamu. Mama sama papaku juga enggak tau kalau aku ke sini." Bisma dulu adalah kakak kelas Reres saat SMU. Berawal dari keisengan anggota OSIS lain saat menggoda siswa baru di sekolah buat Bisma jatuh cinta meski mungkin menurut sebagian orang Reres rak cantik karena punya tubuh yang gemuk. Namun, Bisma melihat hal lain dari sikap Reres yang begitu lembut buat ia tertarik. Coba dekati Reres, ia tau jika tak salah maka yang lakukan selanjutnya adalah menyatakan perasaan pada sang adik kelas. tentu saja pernyataan cintanya di terima oleg reres sejak itu mereka menjalin hubungan hingga kini enam tahun hubungan ke duanya berjalan. *** Juna berjalan ke luar kantor ia akan makan siang dnegan sang kekasih Biyan. Biyan teman Juna sejak SMU kemudian mereka memilih menjalin hubungan sejak beberapa bulan belakangan. Saat ini gadis itu telah menunggu sang kekasih di depan halte yang berada di depan kantor Karuna Textile. Gadis cantik dengan rambut panjang berwarna hitam itu duduk menunggu. Tak lama samapi akhirnya juna datang menghampiri, lalu duduk di samping kekasihnya itu. "Kok enggak naik mobil tumben?" tanya Juna. "Mobilku masuk bengkel mogok habis dipinjem." "Hmm, kebiasaan pasti Fara lagi yang minjem ya?" "Bukan, yang pake si Anin." Biyan sebenarnya anak dari kalangan yang cukup berada. Bisa saja ia meminta mobil pada sang ayah yang adalah seorang pengusaha Real estate. Hanya saja bagi Biyan mobil itu penuh dengan kenangan. Kenangan saat ia bersama juna. Sejak mereka masih SMU. Biyan sering m, mengantarkan Juna pulang sekolah. Meski Juna adalah kakak kelasnya dan menyebabkan ia harus menunggu sebelum mengantar Juna pulang. Biyan sama sekali tak peduli. "Jalan yuk." ajak Juna. keduanya segera berdiri lalu berjalan menuju tempat mobil juna terparkir. Seperti biasanya Biyan berjalan di belakang Juna menatap punggung belakang kekasihnya, seraya tangannya memegang ujung kemeja Juna. Juna melirik ke belakang saat Biyan menutup bibirnya yang tersenyum dengan tangan. "Kenapa kamu senyum?" "Lihat punggung kamu." "Kenapa punggung aku?" Juna bertanya bingung." "Ganteng," jawab Biyan malu. Juna melirik dengan susah payah ke arah punggungnya. Bingung kenapa bisa Biyan mengatakan punggungnya tampan? "Udah jangan gitu," Rajuk Biyan seraya meminta Juna kembali menatap ke depan. Hari ini keduanya memutuskan makan siang nasi Padang kesukaan Juna dan Biyan. Setelah memesan mereka duduk di kursi tak jauh dari pintu masuk agar tak terlalu panas. "Kak Jun,* panggil Biyan. "Apa?" "Malam Minggu besok ada acara? Kita nonton yuk?" Juna berpikir sejenak. Sebenarnya, ia berniat untuk mengajak Reres, Leon dan Luna untuk nonton. "Ada film baru lho," lanjut Biyan berharap sang kekasih tertarik dengan ajakannya. "Aku ada niat ngajak Reres sana yang lain jalan. Kamu tau kan Reres masih sedih." Ya Biyan mengerti, ia hanya mengangguk. Kesal juga katena ia merasa Juna lebih mementingkan orang lain daripada dirinya. Meski ia coba pahami kalau Juna memerhatikan yang lain layaknya adik sendiri. "Iya aku tau." Jawab Biyan singkat. *** ... ... .... hai adakah yang masih membaca cerita ini ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD