Bag 7

1617 Words
Mereka makan dalam diam dengan pandangan mata Gama yang terus-terusan mengawasi cara makan Desi. Gama terlihat takut seakan-akan Desi akan tersedak kembali. Dari sudut mata, Desi hanya dapat menghela napas gugup berkali-kali sampai akhirnya mereka berdua telah selesai menghabiskan makanan mereka masing-masing. "sudah kenyang? Apa kamu mau tambah pesanan lagi? " tanya Gama lembut yang seketika membuat Desi merona karena mendengar suara lembut Gama yang setengah berbisik. Untuk menghilangkan kegugupannya, Desi menggeleng kuat yang dibalas tawa tampan pria yang berada di depannya itu. "eng.. Kak.. Kayaknya Desi harus segera pulang. Soalnya ada urusan. Dan, ini.." Desi menyerahkan beberapa lembar uang kertas setelah merogoh tas dan mengambilnya dari dompet yang membuat Gama menatap tajam kearah Desi. "apa-apa an kamu!" "hah? Ya.. Kakak masih mau disini kan? Desi titip bayar pesanan Desi ya. Kalau gitu Desi permisi kak" Desi hendak beranjak dari duduknya, namun kedua bahunya langsung ditahan Gama sampai Desi terduduk kembali dikursinya. "kita belum selesai bicara, enak saja kamu main pergi begitu saja. Aku gak akan biarkan kamu ninggalin aku lagi untuk kesekian kalinya, Des. Ingat itu! Dan lagi, ambil uang kamu! Semua makanan ini aku yang bayar. Kamu mau menjatuhkan harga diriku sampai semana lagi?!! "tanya Gama tajam menghunus sambil bersedekap yang membuat Desi gelagapan karena melihat reaksi Gama yang seperti ini. "D-De-Desi gak ada niat buat jatuhin harga diri Kak Gama kok. Dan maaf, ini Desi ambil lagi uang Desi. Kakak gak usah liatin Desi kayak gitu dong. Desi ngeri.." Desi kembali memasukkan uang yang berada di atas meja kedalam dompetnya, selanjutnya menunduk dengan melirik Gama Sembunyi-sembunyi. Terdengar helaan napas berat yang keluar dari bibir tipis Gama. " aku kesini mau menemui calon istriku" Desi memutar bola matanya malas. "Back to that topic again? Seriously? Apa kak Gama gak bisa lihat kalau aku gak tertarik sama sekali sama calon istr.." "kamu" "apa?" Desi mengernyit bingung mendengar ucapan ambigu Gama. "kamu! Yang aku cari di kampus itu ya kamu, Des. Calon istri yang aku bilang itu ya kamu!bahkan bukannya tadi aku juga bilang sama teman pria kamu kalau aku itu calon suami kamu? " ucap Gama tenang yang membuat wajah Desi pias tanpa dapat merespon ucapan Gama. Lama mereka terdiam dengan wajah pucat Desi dan tatapan datar Gama sampai akhirnya Desi menyeret kasar kursi yang didudukinya dan berdiri dengan wajah memerah. " sudah cukup ya kak!" Desi menggebrak meja di depannya dengan tatapan tajam menghunus Gama. "Desi lagi gak mau main-main! Waktu Desi gak sebanyak itu cuma buat denger candaan kak Gama yang gak lucu sama sekali!" Desi beranjak pergi dari hadapan Gama yang sempat tertegun dengan amarah yang dipancarkan gadis polosnya itu. Dengan langkah tergesa-gesa setelah tersadar, Gama menuju kasir dan memberikan beberapa lembar uang tanpa dihitungnya kembali dan langsung pergi mengejar Desi tanpa mendengar teriakan kasir yang akan memberikannya uang kembalian. ************* "calon istri?? Ha.. Ha.. Ha.. Lucu banget tuh orang gila!" gerutu Desi yang tanpa sadar mengeluarkan air mata yang tidak dapat di cegahnya. Desi terus berjalan menuju jalan besar untuk segera mencari transportasi. Entah itu angkot, bis, taksi, atau becak sekalipun Desi tidak peduli. Yang dia pedulikan dia harus pergi dari hadapan Gama sesegera mungkin. Tiba-tiba, Desi dikejutkan dengan berhentinya mobil Range Rover di sampingnya yang membuat Desi malah mempercepat langkah kakinya yang dibalut high heels setinggi 10cm. Desi sangat tahu siapa pemilik mobil itu, karena tadi dia sempat naik di mobil mantan kakak kelas sialannya itu. "Des, tunggu" Gama yang sudah turun dari mobil berhasil mengejar langkah Desi dan menarik lengan kiri Desi sampai tubuh Desi berbalik dan menghadap Gama. "APAAN SIH KAK !!! DESI MAU PULANG !!!" teriak Desi sambil mengusap kasar air mata yang keluar dengan tangan kanannya. "aku antar, okay.." ucap Gama lembut karena tiba-tiba Gama merasa hatinya sakit melihat air mata yang keluar dari mata wanita itu dan penyebabnya adalah dirinya. "gak!! Desi mau pulang sendiri aja!! Please kak.. Lepasin!" "gak Des!! Aku sudah bilang gak akan lepasin dan biarin kamu ninggalin aku gitu aja. LAGI! Sekarang ikut aku" ucap Gama sambil setengah menyeret wanita itu. "aku akan teriak kalau kak Gama gak mau lepasin aku!" desis Desi yang masih berusaha melepas cekalan tangan Gama yang setengah menyeret langkahnya. "teriak sesuka kamu aku gak peduli." "kakak bakal dikeroyok massa kalau aku teriak. Dan aku gak main-main kak. Aku akan teriak sekarang! TOL.." "silahkan kamu teriak, aku gapapa dikeroyok massa kalau itu buat kamu puas, Des" Gama memotong suara Desi yang sudah akan berteriak dan menatap dalam mata Desi setelah menghentikan langkah mereka. Desi melihat tatapan Gama yang sulit diartikan. Menghela napas gusar, Desi mengalihkan pandangannya kearah lain. "aku antar pulang, ya.." ucap Gama kembali lembut sambil menarik pelan lengan Desi yang sudah tidak lagi memberontak. *************** Di dalam mobil Gama, mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya Gama mengeluarkan suara memecah keheningan yang tercipta sambil mengemudi. "aku serius, Des. Jadiin kamu calon istriku" "kenapa? Karena Gara? Dengar ya kak Gama, Gara itu bukan anak kakak! " ucap Desi tajam kearah Gama yang terlihat konsentrasi menyetir. "lalu.. Dia anak seorang pelaut yang lagi sibuk nyari baby shark and family?" Desi terkejut mendengar sindiran Gama. "kakak kok.." "maaf, aku menemui Gara di sekolahnya. Dan dia yang bilang sendiri kalau ayahnya seorang pelaut. Dan kamu.. Adalah pembohong ulung. Selamat, Hon.."ucap Gama sambil menoleh sebentar kearah Desi dengan seringainya dan setelahnya kembali fokus pada jalanan. " berani-beraninya kakak kesekolah anakku! "emosi Desi menatap Gama tajam. " anak kita Des.. Anak kita.."ralat Gama. " dia anakku!!! Bukan anak kita!! Apalagi anak kakak!! Jadi jangan ngarang deh!! " bentak Desi murka. " Apa guru Gara biarin orang asing nemuin Gara? Ck.. Sekolah apaan itu! Pengawalannya gak ketat sama sekali! "ucap Desi gusar sambil menghempas kasar tubuhnya dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan kasar. " kamu gak takut make up kamu luntur kalau kamu usap kasar begitu? Hmmm?? "tanya Gama jahil yang berhasil membuat Desi memelototkan matanya garang. " gak penting make up Desi mau luntur atau hilang sekalipun!! KAKAK JANGAN LAGI NEMUIN ANAK AKU!!!! "teriak Desi frustasi yang berhasil membuat Gama menutup sebelah telinganya karena suara nyaring yang di keluarkan wanita itu. Napas Desi tersengal-sengal setelah berteriak seperti telah berlari 200 meter. D a d a Desi naik turun dengan wajah merah padam sepenuhnya karena amarah yang membara. Gama menghentikan laju mobilnya dipinggir jalan yang dirasanya lumayan sepi. "aku baru mau lamar kamu loh, Des. Tapi kok napas kamu sudah putus-putus kayak kita habis malam pertama berkali-kali?" tanya Gama sambil tersenyum miring setelah menumpukan siku tangan kanannya di kemudi lalu telapak tangan pria itu mengepal dan menyangga dagunya sendiri. "ekspresi kamu yang seperti ini mengingatkanku pada Desi lima tahun yang lalu di kamar hotel itu. Apa kamu juga ingat?" tanya Gama kembali yang semakin memancing amarah Desi. Ketua OSIS sialan!! Si m3sum yang sayangnya Desi cinta itu!! B3rengsek!! Desi semakin menatap Gama tajam dan setelahnya melepas seat belt dengan kasar lalu membelakangi Gama untuk membuka paksa pintu mobil Gama. " BUKA KUNCINYA!!! BUKA!!"teriak Desi sambil memukul kaca mobil Gama tanpa menatap pria yang berada di belakangnya. "sssttt...kalau minta sesuatu itu bisa baik-baik kan, Sayang?" Desi terdiam mendengar bisikan Gama di samping telinganya dan jangan lupakan tangan pria itu yang sudah memeluk erat perut ramping Desi. Tubuh Desi meremang merasakan napas hangat pria itu di telinganya. " k-kak.. "bisik Desi tercekat. "biar begini sebentar, Desi. Aku rindu aroma ini..aroma yang kamu tinggalkan di hotel itu.. " balas Gama berbisik sambil menghirup dalam ceruk leher Desi yang mengeluarkan aroma bunga Lily yang sudah menjadi candunya sejak beberapa tahun yang lalu. Desi terdiam dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Setelah beberapa lama, terdengar isakan kecil yang keluar dari bibir Desi dan air matanya pun jatuh membasahi lengan Gama yang memeluk perutnya. Gama tersentak dan langsung membalikkan tubuh Desi kearahnya dan menatap mata Desi yang berair. "sssttt... Hon.. Jangan nangis.. Please.." Gama menghapus airmata Desi yang malah semakin deras karena bujukan Gama. Melihat tangisan Desi yang semakin menjadi, Gama memeluk Desi erat sambil mengusap punggung Desi berharap tangisan wanita itu mereda. "k-kak.. Hiks.. Lepas.." bisik Desi sambil memberontak di pelukan Gama. "nggak akan, sebelum tangisanmu berhenti, Hon.. " Desi semakin menangis kali ini dengan suara jeritan tertahan sampai air matanya membasahi kemeja yang dipakai Gama. Dengan sabar Gama mengusap rambut panjang dan punggung rapuh Desi. Setelah hampir 20 menit, tangisan Desi mereda lalu Gama melonggarkan pelukan mereka dan menghapus sisa air mata di pipi wanita itu. "haus?"tanya Gama lembut yang hanya dibalas anggukan lucu Desi yang membuat Gama tertawa. " siapa suruh nangisnya lama banget. Untung aku selalu sedia air mineral di mobil. minum dulu, sayang" Gama menyodorkan air mineral kemasan tanggung kearah bibir Desi setelah Gama membuka tutupnya. Desi merebut botol itu dari tangan Gama dan meminumnya dengan rakus seakan-akan sudah lama tidak menemukan air minum. Gama hanya dapat menyembunyikan tawanya melihat cara minum Desi. Desi menyerahkan minuman yang sisa setengah botol ke tangan Gama dan adegan selanjutnya yang membuat Desi melongo, Gama menghabiskan sisa minuman yang di sodorkan Desi. "kak.." "memang kamu saja yang haus? Aku juga haus Des. Apalagi melihat cara kamu minum seperti tadi. Membuat tenggorokanku kering saja! " ucap Gama santai setelah meletakkan botol kosong dibawah kakinya. "tapi.. Tapi.. I-itu bekas Desi" ucap Desi gelagapan karena bukankah itu sama saja mereka berciuman walaupun secara tak langsung? "hah?? Oh.. Pantas.." "pantas?" tanya Desi karena Gama menggantung ucapannya. "Pantas air mineralnya jadi manis." ucap Gama enteng yang membuat wajah Desi merona malu.  Desi mengalihkan pandangannya ke depan menutupi wajah meronanya dari tatapan jahil Gama. "oke.. Sekarang serius deh aku tanya. Kenapa kamu tiba-tiba menangis?" tanya Gama dengan raut wajah serius sambil kembali menopang dagunya seperti posisi sebelum memeluk Desi. "Desi gak mau jadi calon istri kak Gama! " ucap Desi lugas sambil masih menatap kearah depan yang berhasil membuat tubuh Gama menegang.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD