BAB 6

1419 Words
RIFAI TIRTA ERLANGGA POV Sudah empat hari kepergian elis ke lombok, sudah empat hari juga aku uring-uringan tidak jelas. Cemburu? Tidak mungkin, tidak mungkin. Tapi.. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya . arghhh..... Aku juga bingung, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya, apa aku uring-uringan karna elis pergi ke luar kota bersama pria bukan cemburu tapi lebih ke khawatir terhadap sahabatnya yang pergi jauh bersama pria asing yang tidak jelas. Tapi entah kenapa, aku menjadi kesal kalau elis sedang bersama dengan julian.  Dan... saat aku dengan tidak sopannya membuka kamar Elis tanpa mengetuk, disitulah aku merutuki diriku yang begitu ceroboh, aku melihat elis hanya mengenakan bra dan celana dalam saja, oh man... Aku ini normal, bohong kalau aku tidak merasakan apa-apa.  Setelah kejadian itu, entah kenapa aku merasa Elis menghindariku, kenapa? Tentu dia malu bodoh, dan lebih bodohnya aku bilang, kita dulu sering mandi bersama waktu kecil. Hell waktu kecil? Tentu saja itu berbeda dengan sekarang, saat masih kecil belum punya otak kotor seperti sekarang, ya otakku sudah kotor karna elis, kalau saja bukan di rumah atau elis bukan sahabatku, sudah kupastikan kita akan berakhir di ranjang.  Apa kalian berfikir aku suka one night stand dengan cewek-cewek atau dengan mantan-mantanku? jawabannya adalah, tidak.  Meskipun aku suka bergonta ganti pacar, sekalipun aku tidak pernah menyentuh mereka, hanya sekedar berciuman, aku tidak mau terkena masalah dengan keluargaku. Tidak sedikit ada yang ingin menjatuhkan keluargaku atau hanya ingin memanfaatkan kekayaan yang keluargaku punya.  Kalau sampai aku menghamili seseorang sudah kupastikan, bang Vano dan papih akan membunuhku, dan kupastikan aku hanya akan tinggal nama.  Saat Elis nememuiku di club paredaise, oh god, Elis sungguh sedang menguji imanku, bagaimana tidak, Elis hanya memakai kaos kebesaran yang menutupi seluruh celananya seperti tidak memakai bawahan, apa Elis tidak tau kalau cara berpakaiannya bisa mengundang nafsu para pria, termasuk aku.  Aku melihatnya sedang mencariku, aku sengaja tidak langsung menghampirinya, bermaksud ingin mengerjainya. tapi tunggu, dia sedang di goda oleh pria b******k sialan. Hey beraninya dia menyentuh kulit Elis. Aku segera menghampirinya dan menghajar muka sialan itu tanpa ampun. Setelah puas memukulinya, aku memblacklist namanya dari tempat ini, ku yakin bang Vano tidak akan marah denganku karna sudah mengusir tamu VIP nya. Dia mungkin akan lebih parah dariku kalau tau Elis di sentuh olehnya. Dan sudah ku pastikan bang Vano akan membuatnya jatuh sampai keakar-akarnya. abangku memang sangat kejam kalau sudah menyangkut keluarganya. Elis kubawa ke atas, ketempat ruangan milik bang Vano tempat bisa ia untuk beristirahat. aku melihat tangannya memerah karna cengkraman pria b*****t itu, dan berdarah bekas cakaran. aku langsung kalap ingin sekali membunuh orang itu saat ini juga. Kalau bukan karna Elis, saat ltu juga aku ingin menyeret mukanya ke aspal. Elis bilang tidak apa-apa hanya goresan saja. Tetap saja aku marah, keluargaku sangat menyayanginya tidak pernah sekalipun membuatnya seperti ini. Elis menyunggingkan senyumannya, senyuman kecil sukses membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Ah god, apa lagi ini, aku sulit mengartikan apa yang aku rasakan saat ini.  Aku mengajaknya pulang, tapi ia menolak, dia bilang sebentar saja, saat Elis berbincang dengan David, teman bang vano, aku merasakan panas, entah panas karna ruangannya atau panas melihat Elis tertawa dan berbincang lepas dengan David. Dan sialanya, baby datang dengan merangkulku dari belakang, aku segera menghempaskan tangannya dari tubuhku, entah kenapa aku tidak ingin Elis melihat ini. David menyuruhku berbicara di tempat lain, aku menurutinya, aku membawa baby ke lorong sepi, baby meminta balikan padaku. Haha... Aku tau akal busukmu wanita jalang, kau berselingkuh dengan rekan bisnisku, dan saat ku dengar ia bangkrut kau datang merengek minta kembali, cihh, wanita seperti ini harus ku jauhkan dari hidupku. Aku kembali ke tempat David dan Elis tadi, setelah ku bentak habis-habisan baby yang bertindak gila, dengan membuka gaunnya ingin menggodaku, aku tidak tergoda dengannya sekalipun dia telanjang bulat di hadapanku, yang kupikirkan saat ini adalah Elis, yang kutinggalkan dengan pria seperti David. ya meskipun David bukan orang jahat, tapi tetap saja aku tidak tenang. Dan saat baby ingin menciumku, aku langsung mendorong tubuhnya keras sampai ia terjatuh dengan posisi p****t terlebih dahulu mencium lantai. Perduli setan dia mengaduh sakit, dan bilang aku ini pria kasar. Aku tidak perduli karna di mataku dia hanya seorang sampah, penjilat, jalang sialan yang melakukan apapun demi uang. Aku juga heran kenapa dulu bisa berpacaran dengannya.  Aku lihat Elis sedang tidur dengan tangan menopang di wajahnya. What?? Dia mabuk??, astaga David, kalau bang Vano tau, bisa mati aku. Entah sudah berapa banyak ia minum sampai terkapar seperti itu. Aku memapah Elis untuk pulang ke mobilku. Ia mengigau memanggil namaku, dia sedang bermimpi apa? Tanyaku. Aku tidak menghiraukan nya dan sibuk melafatkan doa supaya bunda sudah tertidur pulas dan tidak tau kalau Elis sedang mabuk. Saat sampai aku menggendong Elis ala brydal style, ia terus mengoceh tidak jelas, konser-konser boyband, dan aku dibilang mirip personel EXO yang aku tidak tau siapa dia, astaga kumohon berhenti mengoceh Elis nanti bunda bisa bangun.  Aku menjatuhkan elis dikasurnya. Bajunya terangkat hingga menampakan branya, aku langsung menggelengkan kepalaku menahan sesuatu yang ingin kukeluarkan, dengan cepat aku membetulkan bajunya, saat aku sedang merapikan bajunya elis tiba-tiba merangkul tengkuk leherku dan masih bergumam memanggil namaku. Entah setan apa yang merasukiku, aku mencium bibir Elis hanya menempel, namun Elis merespon ciuman itu, ia melumat bibir atas dan bawah milikku.  Aku yang terbuai dengan ciuman itu pun tak kalah panas membalasnya, aku melumat bibir elis dan menggigit bibir elis agat terbuka untuknya. "Ahh..." desah Elis saat lidahku bermain dengan lidah Elisa.  Aku yang mendengar desahan Elis semakin ganas melumat bibir elis. Tidak sampai situ ciumanku berpindah ke leher panjang milik Elis, aku merasa seperti akan meledak, gairahku benar-benar naik hanya dengan berciuman dengan Elis, aku mencecap leher itu, bahkan tanganku sudah menggapai satu gundukan padat milik elis.  Elis mengerang nikmat setiap sentuhan yang aku berikan, ciumanku semakin turun kebawah, ku naikan baju kebesaran milik Elis, sampai menampakan bra dan belahan p******a milik Elis, astaga, aku harus menghentikan ini, tapi tubuh dan otaknya tidak singkron ia menginginkan elis. Aku menaiki tubuh Elis, alu melumat kembali bibir manis Elisa sampai turun ke leher lalu ke payudaranya yang sangat padat minta di keluarkan dari sangkarnya, kunaikan bra merah milik Elis dan memperlihatkan seluruh p******a bulat dengan n****e merah muda yang sangat ingin aku cecapi, aku meremas pelan gundakan itu sampai sang empunya mengerang nikmat. Aku semakin gila mendengar erangan itu. Aku memainkan nipplenya yang sudah tegang dengan ibu jariku, tidak puas hanya memainkannya, aku menjilat pucuk gundukan itu memainkan dengan lidahku, tanganku yang satunya tidak hanya diam, meremas p******a sebelah kirinya. Elis semakin mendesah kuat, saat tanganku ingin bermain di kemanitaan elis aku berhenti, aku harus sadar kalau yang aku lakukan ini salah, aku mengangkat wajahku, sangat terlihat mata menggelap karna gairah. Ia terbangun? Atau bagaimana? Elis mengerang meminta lagi namun buru-buru aku pergi ke kamar mandi yang terdapat di kamar Elis untuk menjernihkan pikiranku, aku ingin mandi air dingin untuk menghilangkan gairahku. Tidak memperdulikan Elis yang merengek.  Saat keluar dari kamar mandi, aku melihat Elis yang sudah tertidur, ku rapihkan baju dan bra milik Elis yang berantakan akibat ulahku, dan menyelimutinya. Setelah selesai aku mengecup kening Elis dan berucap. "I'm so.. Sorry Elis." kataku dan pergi dari kamar Elis. Aku tidak tau apa yang akan dilakukan Elis terhadapku kalau dia tau apa yang aku lakukan saat dia mabuk. Dan saat kudengar dia akan pergi ke lombok karna urusan bisnis, aku sedikit kesal ia tidak langsung memberitahuku, tapi itu Bagus, selama Elis di luar kota ia ingin melupakan sebentar kejadian malam mabuk Elis.  Tapi tetap saja aku merasa kesal tidak jelas, aku memberitahunya untuk tidak dekat-dekat dengan Julian. mungkin aku memang sudah terlalu bodoh, bagaimana bisa aku melarangnya berdekatan dengan julian sedangkan mereka ini atasan dan sekertarisnya. Bodoh.... Bodoh... Mungkin Elis menganggapnya sangat t***l.  Aku masih uring-uringan di dalam kamar. jam sudah menunjukan pukul sepuluh, saat bunda mengajak untuk sarapan, aku berdalih sedang tidak nafsu makan.  Cklek Pintu kamarku terbuka, menampakan wajah dingin abangku, bang Vano.  Pletak "APA SI BANG.." teriaku marah. tapi saat melihat wajah sangarnya aku menunduk takut. "Ini udah jam berapa, ngga keresto, caffe? Dasar ngga bertanggung jawab." ucapnya menarik selimutku.  "Males bang, masih ngantuk gue. Sana-sana gue mau tidur lagi." usirku. "Dasar songong sama abang sendiri, yaudah sana tidur lagi, tadinya kakak mau nyuruh kamu ke lombok buat ngecek hotel yang disana, kebetulan juga Elis menginap di sana." ucap bang Vano memberi tahu. "Yaudah kalo lo maksa." ucap Rifai bergegas ke kamar mandi. "Cih!! Siapa yang maksa, baru di bilang sekali langsung berangkat, sudah kuduga, this love, tapi gengsi." lirih Vano.  ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD