"Mana bisa kamu pulang, Mil. Tiket pesawat itu mahal, apalagi kamu mau bawa anak-anak. Harus punya pegangan uang minimal empat jutaan. Memangnya kamu mau bayar pakai apa? Pakai daun?" Seakan ada yang menusuk ke jantung hatiku. Rasanya sakit mendengar hinaan dari suamiku sendiri. Hal ini makin membuatku bertekad untuk segera pulang. Aku berlalu ke kamar. Tanpa terasa kristal bening ini jatuh berderaian di pipi. Allah, tolong hambamu ini ... "Bunda, kenapa nangis?" tanya Daffa sambil mengusap lembut pipiku. "Nenek sedang sakit di kampung, Nak. Tapi kita gak bisa pulang. Uang simpanan bunda masih kurang buat beli tiket pesawatnya." Daffa-Daffi langsung memelukku. Entah kenapa hatiku makin terkoyak. Sakit sekali. "Bunda jangan sedih ya, kami pasti akan doakan nenek supaya cepat sembuh.