15. Pertemuan yang mengharukan

1513 Words

Dengan polosnya Daffa-Daffi mengangguk antusias. "Boleh, Om. Ayo, aku mau naik mobil bagus!" "Tapi, Nak--" "Bunda, ayo! Mumpung ada om baik," celetuk Daffi seraya menarik tanganku. Mas Denny hanya tersenyum melihat tingkah anak-anakku. "Pak Wid, kita anterin teman saya dulu ya," titah Mas Denny pada sopirnya. "Baik, Mas. Kita mau kemana ya, Mbak?" "Desa Siayuh, Pak." "Mas, desa itu jauh sekali dari sini, bisa-bisa kita kemalaman disana." "Tidak apa-apa, Pak. Saya masih punya banyak waktu luang," jawab Mas Denny dengan tenang. Pak sopir mengangguk dan mulai menjalankan setir bundar itu. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, bersiap menuju kampung halamanku. Kampung halamanku memang sangat jauh dari kota, mungkin bisa dikatakan desa terpencil. Butuh waktu enam jam perjalanan agar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD