"Aw!" Ellie mengeluh pelan, saat mencoba membuka mulut lebih lebar untuk menggigit apel. Sudut bibirnya masih nyeri, karena tamparan Pohon itu. Selain sifatnya yang tidak dapat diprediksi, besarnya tenaga yang dipakai untuk menampar Ellie, sepertinya juga tidak sesuai dengan bentuk tubuhnya yang langsing. Sesuai dugaan Rose, pipi Ellie kini berwarna ungu gelap. Ellie membuka kulkas mengambil ice pack, dan menempelkannya di pipi yang memar itu. "Sekali lagi aku bukan ahli jiwa, tapi wanita itu tidak normal, El. Kau lihat bagaimana cepatnya sikapnya berubah bukan? Itu mengerikan!" ujar Rose, berapi-api. Sambil berjalan masuk ke dapur. "Entahlah, Rose." Ellie mengambil pisau di meja, mengiris apel menjadi lebih kecil, agar mulutnya tidak perlu menganga lebar. "Ini!" Rose meletakkan irisa