Lebih Baik Mati!

1086 Words
“Bagaimana malam ini kau langsung melayaniku sayang?” tanya Arsen, berjalan mendekati Namira menatap wajah cantik mantan istrinya yang penuh dengan air mata. “Kau tidak lelah menangis?” Arsen mendekatkan wajahnya dengan wajah Namira, lalu menjulurkan lidahnya. Rasa asin terasa di lidah Arsen. Lelaki itu tertawa kecil menjilat air mata Namira, yang menurutnya sangat manis sekali dirasakan bukan asin. Jempol Arsen mengusap air mata Namira lagi. “Hem, memang manis sekali. Terus menangis sayang. Buka bajumu sekarang! Aku ingin melihat tubuhmu yang menggoda itu lagi.” Perintah Arsen, tidak mau dibantah. “Saya mohon… lepaskan saya. Kita sudah tidak memiliki hubungan lagi Arsen. Jangan mengurung dan mengganggu anak-anak tidak berdosa.” Namira menangkup dua tangannya di depan. Lalu bersujud dengan tatapan memohonya minta dilepaskan oleh lelaki di depannya ini. “Kau minta dilepaskan sayang? Hem, coba memohon lagi.” Arsen menarik kursi dan duduk dengan gaya angkuh di depan Namira yang bersujud dengan air mata terus menetes. Bagaimana kalau air mata itu diganti dengan darah? Sangat menyenangkan sekali. “¡Vamos, suplica! sayang. Bukankah kau ingin bebas dari sini?” (Spanyol – Ayo, memohon!) Namira merangkak menuju Arsen, merendahkan dirinya untuk malam ini. Asalkan dirinya bisa terbebas dari mantan suaminya yang sudah gila dan menyerkap dirinya di dalam mansion penuh kemewahan. Namun Namira tidak merasa senang berada di sini. “Aku mohon … kisah kita sudah usai Arsen. Kau sudah menandatangani surat perceraian itu dulunya. Bebaskan aku dari sini.” “Sudah usai? Bagi dirimu. ¡No para mí! ¡Nunca terminamos!” teriakan membahana terdengar di dalam kamar. Arsen menatap tajam Namira, yang berkata mereka sudah usai. Ya. Usai bagi wanita itu tapi bagi dirinya tidak pernah usai. Malah dia selama ini selalu mengawasi Namira. (Spanyol – Bukan bagiku! Kita tidak pernah usai!) “Kau sudah tanda tangani surat cerai itu sendiri. Kau juga sudah mengatakan pada ayahku, kalau kita tidak memiliki hubungan lagi. Kau yang memaksaku malam itu. Kau menarikku untuk ikut denganmu dan kau dengan kejinya memperkosaku, Arsen! Kau pria biadab! Maka lepaskan aku dari sini!” Namira menatap penuh kebencian dan rasa bencinya untuk lelaki di depannya tidak pernah hilang. Walau sudah satu tahun mereka bercerai, namun rasa benci itu masin tetap memupuk di dalam hatinya. Bahkan lelaki di depannya ini yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal. Namira tahu, perusahaan ayahnya tidak akan mudah goyah begitu saja. Kalau tidak ada ikut campur dari tangan Arsen. “Kau berani sekali menatapku dengan tatapan kebencian sayang. Bagaimana mulut manismu ini dijadikan untuk memuaskan bagian bawah tubuhku.” Arsen menendang Namira, wanita itu jatuh terlentang di lantai sambil memegang perutnya yang kesakitan. “Kau hanya wanita lemah, baby girl. Kau tidak mampu untuk melawanku. Jangan pernah beraninya matamu yang indah ini menatapku penuh kebencian. Coba kau tatap aku dengan tatapanmu yang lembut penuh mendambakanku.” Arsen, mengusap wajah Namira dengan ujung pisaunya. “Kalau kau mau mengurungku! Maka kau bunuh saja aku sekalian!” Arsen tertawa mengelegar. “Membunuhmu sayang? Mana bisa? Kau itu selalu membuatku ingin menyentuh dirimu. Selama setahun ini sudah cukup untukmu bebas, tidak bisa lari lagi kelinci kecil. Kau sudah puas untuk bermain selama setahun ini.” Arsen mengores sedikit ujung jari Namira. Namira meringis pelan, lalu matanya menatap pada bibir Arsen yang menyesap darahnya. “Manis. Seperti biasanya sayang.” Ucap Arsen setelah menyesap darah Namira, yang baginya begitu manis sekali. Namira menggeleng. “Kau bukan manusia!” tunjuk Namira di depan wajah Arsen. Arsen tergelak. “Kalau aku bukan manusia? Lalu apa sayang? Malaikat yang mengurungmu di sini? Hem. Benar sekali. Kau tidak bisa bebas dariku sayang, kau akan menjadi pelayan di sini. Yang melayani diriku. Karena status menjadi istriku kembali, sepertinya terlalu berharga untuk mantan istriku ini. Dia pernah menyiakan status itu. Maka dia meminta untuk menjadi pelayan di sini?” tanya Arsen, kembali duduk di kursinya dengan mengerakan lehernya. Sehingga timbul bunyi yang membuatnya merasa tenang. “Bukan bajumu Namira! Bukankah saya sudah menyuruhmu untuk membuka baju tadi? Malam ini kau akan telanjang di depanku sampai pagi menyapa sayang. Pagi hanya membutuhkan waktu dua jam lagi. Cepat! Atau kau mau—bom! Duar! Maka anak-anak yang biasa kau lihat penuh tawa itu mereka menangis dalam simbah darah dengan tubuh yang hancur?” tanya Arsen tergelak bak seorang Raja Iblis. “Kejam! Kau lelaki tidak punya hati! Anak-anak itu tidak memiliki masalah padamu!” Arsen dengan santai menyesap rokok elektrick di tangannya. “Ya. Mereka tidak memiliki masalah. Tetapi salah satu pengasuh mereka yang memiliki masalah denganku. Sayang, kau masih mau untuk membantah? Hanya dengan hitungan; satu, dua, ti-ti-ti-.” “Baik! Aku akan membuka seluruh pakaianku!” Namira berkata cepat. Tahu ancaman lelaki di depannya ini tidak pernah main-main. Arsen tersenyum senang mendengar apa yang dikatakan oleh Namira. “Pilihan yang baik.” Tangan Namira bergetar ketika membuka bajunya perlahan. Namira bukan seorang perawan lagi, dirinya pertama kali melakukannya dengan lelaki biadab di depannya. Yang memperkosa dirinya dan merenggut apa yang seharusnya dijaga olehnya. Tubuh telanjang Namira kita terekpose di depan Arsen. Arsen bersiul, lalu mata lelaki itu terfokus dengan sebuah tatto phoenix yang diberikan oleh Arsen pada Namira di bawah p******a sebelah kanan Namira. “Kau lihat tatto itu? Dia adalah saksi bisu kau itu memang milikku Namira. Sejauh apapun kau berlari dan bermain di luar sana. Kau tetap akan kembali padaku.” Arsen menatap pada tubuh tanpa busana di depannya. Mantan istrinya yang cantik. Kau tetap akan kembali setelah semuanya selesai bermain di luar sayang. Padahal Arsen ingin menjemput Namira satu bulan lagi di tempat kumuh itu. Ternyata kelinci kecilnya tidak sabar untuk kembali pada Arsen, dia menemukan Arsen sendiri. “Kenapa kau tidak merangkak ke sini, lalu melaksanakan pekerjaanmu yang pertama, baby. Kau harus menjadi pelayan yang baik dan patuh pada Tuannya. Kemari sayang. Buka celanaku lalu kau tahu apa yang kau lakukan selanjutnya.” Arsen menggerakan tangannya, seolah memanggil Namira untuk mendekatinya. Tubuh Namira bergetar, ia menggeleng pelan. Hanya minta dilepaskan oleh Arsen, tetapi lelaki itu tidak mau melepaskan dirinya. Arsen tetap mengurung Namira di sini menghancurkan harga diri Namira semakin hancur tidak berbentuk. “Lepaskan aku… Arsen… aku mohon…” “Daripada kau meminta untuk dilepaskan terus! Lebih baik kau gunakan mulutmu itu dengan cara yang benar! Jangan hanya bisa memohon!” “CEPAT! Atau kau mau banyak nyawa yang menjadi korban, karena pengasuh mereka yang menumpang hidup di panti asuhan, tidak melaksanakan pekerjannya dengan baik.” Titah Arsen dengan nada ancaman untuk Namira. Tangan Namira semakin terkepal. Lebih baik mati, dibanding ia harus merendahkan dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD