Dengan langkah gontai Purnomo kembali mengangkat tubuh Inges ke luar dari mobilnya yang sudah terparkir di ujung susut tersembunyi Club Star. Inges masih belum sadarkan diri, ini sudah terhitung 6 jam lamanya dari dia di tangkap dan di bius. Hari sudah berganti malam dengan gemerlap lampu indah yang tergantung menghiasi club itu. Tepat ketika Purnomo melewati lampu terang di pos keamanan club pintu belakang wajah inges terlihat sangat jelas di bawah sorot cahaya lampu tersebut. Dari jarak beberapa meter tanpa sadar ada yang sedang membelalakan matanya memperhatikan pria yang sedang menggendong seorang wanita memasuki pintu khusus ke ruangan pemilik club tersebut.
"Astaga itu kan nona Inges kenapa dia bisa sampai di sini. Saya harus cepat memberi tahu tuan Radit!" ucap pak Surya yang langsung keluar dari mobilnya setelah melihat pria itu menghilang di balik pintu dan menerobos masuk ke dalam club.
Dengan langkah cepat pak Surya langsung memasuki ruangan di mana tuan mudanya berada. Radit dan Surya sedang diutus untuk mengurus pertemuan dengan rekan bisnis perusahaan Raden yang di percayakan untuk bernegosiasi mengenai proyek terbaru yang akan di jalankan di kota itu.
Sementara itu di ruangan Bagas, Purnomo dengan sisa tenaganya meletakkan anaknya di atas sofa panjang itu. Nampak sedikit raut sedih terlihat di wajahnya hatinya pun mulai terasa tak karuan melihat betapa teduh wajah anak gadisnya itu. Namun dengan cepat ia menghilangkan rasa ibanya yang tiba-tiba muncul, ia kembali mengingat perbuatan mertuanya yang begitu tega menghabisi keluarganya. Seketika amarah kembali menyelimuti wajah letihnya.
“Ini wanitanya tuan!” ucap Purnomo pada Bagas yang kini tengah duduk di kursi kekuasaannya.
Bagas berjalan mendekati Purnomo yang tengah berdiri di samping gadis tersebut.
“Kamu benar-benar sedang mempermainkan aku hah. Apa kamu sudah bosan dengan nyawamu?” bentak Bagas yang menatap Purnomo dengan penuh amarah melihat sosok gadis yang ada kursi panjang tersebut nampak hanya seperti gadis biasa.
“Ti-tidak tuan mana berani saya membohongi anda. Gadis ini hanya bersembunyi di balik riasannya, para pekerja tuan pasti bisa menghapusnya riasannya seperti yang pernah saya katakan pada anda sebelumnya.” Purnomo mencoba menjelaskan.
“Gery kamu gantikan aku di sini. Jaga gadis ini sebaik mungkin. Aku akan memastikan ucapan lelaki sialan ini dulu!” perintah Bagas pada Gery yang sedari tadi berdiri tegak di samping kursi kebesarannya, “dan kamu ikut aku!” lanjutnya lagi meminta Purnomo agar mengikutinya ke tempat rahasianya.
Mereka pun berjalan keluar meninggalkan ruangan itu dengan Purnomo yang berjalan di belakang Bagas. Saat mereka tiba di sebuah ruangan rahasia yang begitu ketat dengan para penjaga bertubuh kekar dan besar itu. Bagas menyerahkan satu koper besar berwarna hitam pada Purnomo. Itu lah hasil bayaran kerjanya yang telah membawa gadis itu ke clubnya.
“Ingat kamu dalam pengawasanku, kalau semua perkataan mu hanya omong kosong belaka maka bersiaplah untuk mengikhlaskan nyawamu” ucap bagas memberi peringatan dengan tegas pada Purnomo.
Purnomo hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan memberanikan diri menatap wajah bagas yang terlihat sangat menyeramkan. Mata tajam Bagas yang sudah seperti mata elang yang sedang mengawasi mangsanya dari atas langit sana terlihat mengerikan. Dengan cepat Purnomo memalingkan wajahnya lalu meninggalkan ruangan itu di ikuti beberapa orang penjaga yang dipekerjakan Bagas.
****
Sementara itu di ruangan lain tempat diadakannya pertemuan bisnis masuklah pak Surya dengan langkah cepat menghampiri bosnya.
"Tuan nona Inges sedang berada di kota ini, di club ini. Sepertinya ia akan di jual oleh seseorang yang sebelumnya telah mengikutinya waktu itu,” bisik pak Surya di telinga Radit.
Dua wanita yang tadi duduk di sampingnya kini terlihat cemas dan sedikit menjaga jarak melihat sosok lelaki tampan yang tadi mereka kelilingi kini wajahnya merah padam, rahang nya mengeras dan tangannya terkepal di atas meja itu. Mereka berdua saling tatap seraya mengangkat bahu, entah apa yang dibisikkan lelaki paruh baya itu ke bosnya.
"Tuan harus bergegas ke ruangan Bagas!" lanjut pak Surya.
"Mohon maaf saya harus permisi dari ruangan ini. Pak Surya yang akan menggantikan saya!" ucap Radit sehalus mungkin untuk berpamitan dengan para bos-bos besar itu. Sangat jelas terlihat wajah Radit sedang berusaha meredam amarahnya.
Tanpa diberikan aba-aba pak Surya langsung berdiri tegak dan sedikit membungkukkan badan memberi salam dan hormat kepada bos-bos itu.
Radit bergegas meninggalkan ruangan tersebut menuju ruangan yang tadi di sebutkan pak Surya.
Pak Surya adalah kaki tangan kepercayaan tuan Raden, selain menjadi supir pribadi pak Surya ikut berperan penting dalam bisnis perusahaan karena ia adalah perwakilan ke dua Raden dalam setiap pertemuan perusahaan dengan orang-orang penting selain Radit. Mereka bertiga adalah kombinasi yang sangat bagus dalam keberhasilan perusahaan sekarang setelah Raden yang diberikan wewenang penuh menduduki jabatan sebagai CEO. Pewaris utama perusahaan tersebut.
"b******k ternyata pria tua bangka itu tidak menyerah, bahkan ia sudah sangat berani melancarkan rencananya." Radit geram seraya terus melangkah cepat menuju ruangan Bagas.
Cklek
Terdengar suara pintu sedang dibuka dan didorong oleh seseorang. Pintu besar itu terbuka Radit berhasil masuk setelah bernegosiasi dengan dua penjaga di luar sana, di lihatnya Gary sedang berada di kursi kebesaran bosnya. Gary adalah asisten Bagas, Radit mengedarkan pandangannya di seluruh ruangan tersebut dan menemukan sosok gadis yang dikenalnya berbaring di sofa panjang itu dengan kaki dan tangan terikat.
Inges sudah sadar, mulutnya di tutup dengan plester. Ia terlihat lemas karena beberapa menit lalu ia mengamuk di sana namun sekuat apapun tubuhnya melawan ia tetap kalah dari para lelaki bertubuh besar itu di tambah lagi ia dalam keadaan berpuasa seharian. Wajahnya nampak pucat, buliran air mata telah membasahi pipinya. Ada sedikit harapan di wajahnya melihat Radit yang kini berada di ujung sana.
Gery sedari tadi tersenyum licik melihat kedatangan Radit di ruangan itu. Radit mengalihkan pandangannya dari Inges dan kini menatap tajam ke arah Gerry. Siapa yang tidak kenal dengan Radit di tempat ini. Image di sini adalah bos muda dengan sejuta pesona setiap ada wanita baru pasti akan langsung di booking nya dengan harga yang bahkan sangat fantastis. Dia adalah pemain hebat begitulah penilaian orang-orang terhadapnya namun jangan salah sangka dulu ya itu hanya penilaian orang dari yang mereka lihat saja.
"Tuan, anda memang sangat cepat ya. Tau saja kalau ada yang masih anget!" seru Gery dengan senyum sumringahnya.
(Lu pikir pisang goreng masih anget?)
"Hahahaha. Itu harus Ger karena aku tidak suka memakai bekas orang." Suara itu terdengar sangat menjijikan di telinga Inges.
Aku gak nyangka Dit kamu ternyata lelaki b***t. Aku benci kamu Dit! batin Inges yang kini sudah tidak bisa menahan kekecewaannya. Air matanya semakin deras mengalir mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Radit. Pandangan Inges mulai kabur karena air matanya yang terus bercucuran tanpa henti. Tubuhnya kini semakin lemas terasa.
"Baiklah langsung saja ke intinya berapa tawaran yang akan kamu berikan. Gadis ini masih muda, cantik, mulus dan masih perawan tentunya!" Gerry mulai menawarkan Inges sudah seperti barang dagangan.
"Jangan membodohi ku gadis kampungan seperti ini kamu bilang cantik mulus? Sepertinya kamu buta. Aku sangat yakin dia tidak bisa memuaskan ku!" cibir Radit merendahkan. Dia sengaja berkata begitu karena ingin mencari tau sesuatu.
"Cih kamu ingin mencoreng nama baik club kami? Kamu tau sendiri club kami ini adalah yang terbesar dan termegah di kota ini tentunya tidak akan kami menawarkan barang kualitas rendahan tuan!" suara Gery sedikit meninggi karena tersinggung.
"Santai Ger tidak usah emosi, sangat wajar tuan muda kita ini berbicara seperti." Celetuk Bagas yang tiba-tiba masuk dari pintu rahasianya yang berada di belakang meja kebesarannya. Ia tidak sendiri ada dua orang laki-laki yang di belakanganya membawa kotak rias warna hitam. Biasa laki-laki yang berpenampilan wanita alias BENCIS. Hihihi.
Inges semakin tidak tahan mendengar ucapan laki-laki berengsek di sekelilingnya itu.
"Maaf bos." Ucap Gery seraya bangun dan menepi dari meja kekuasan Bagas.
"Kalian berdua hapus topeng gadis kecil itu" Perintah bagas pada dua lelaki b*****g itu. Mereka adalah make up artis yang di bayar khusus oleh club ini untuk mempersiapkan wanita-wanita andalan club ini.
"Sialan mereka tau wajah asli Inges. b******k kamu Purnomo!" pekik Radit dalam hati, jemari tangannya mulai terkepal lagi namun wajahnya masih menunjukkan ketenangan kini ia berjalan mendekati kursi yang ada di samping tempat Inges berbaring lemah.
Radit memang sudah tau menyelidiki penguntit yang waktu itu mengintai Inges. Sampai saat ini dia masih melakukan pengawasan dan mencari tau lebih jauh siapa sebenarnya Purnomo dan apa tujuannya ia mengincar Inges.
Duo banci mulai melakukan tugasnya tanpa berani berkata-kata. Inges yang lemas hanya pasrah riasan wajahnya mulai di hapus. Tidak butuh waktu lama wajah asli Inges sudah nampak jelas sekarang di dalam ruangan besar itu. Sangat cantik di terpa sorot cahaya lampu di sana. Radit membelalakkan matanya kagum. Tak hanya itu seisi ruangan itu kaget bukan kepalang menyaksikan apa yang ada di hadapan mereka.
"Wow dahsyat sekali. Lihat wanita yang kami miliki adalah berlian yang tersembunyi," ucap bagas antusias. Ya dia diliputi hati bahagia sekarang uang 1 M nya tidak sia-sia di berikan ke Purnomo, "apa perlu kami sekalian mengganti pakaiannya dengan yang lebih indah agar angsa yang tadi buruk rupa ini semakin sempurna?" Lanjutnya.
Mendengar kata-kata itu Radit langsung menyela. "Tidak perlu aku sudah bisa melihat kecantikan tubuhnya hanya dari wajahnya saja. Berapa harga yang kamu inginkan. Aku akan membelinya dalam keadaan utuh."
Yang dimaksud Radit utuh di sini adalah membeli Inges seutuhnya bukan untuk menyewanya dalam hitungan jam. Tapi menjadikan Inges miliknya. Terdengar suara tawa yang menyeramkan dari Bagas. Sementara Inges hanya bisa menatap Radit dengan tatapan yang sulit diartikan. Rasanya ingin sekali dia membunuh pria itu, sekarang dia bahkan ingin membelinya. Bukannya menolong malah akan menghancurkan Inges.
"Kamu sangat lucu tuan, kami tidak pernah menjual berlian kami secara utuh!" tolak Bagas. Gery hanya menyimak pembicaraan mereka sedangkan dua wanita jadi-jadian itu sudah beranjak pergi meninggalkan ruangan. "Apalagi berlian satu ini adalah yang paling berharga," lanjutnya.
"Cih jangan sampai aku bertindak kasar dengan harta karun mu ini!" ancam Radit yang artinya itu menyangkut nyawa kehidupan club itu. Bagas dengan susah menelan salivanya bodohnya ia menolak tawaran Radit dan mengabaikan keselamatan bisnisnya.
Radit bisa saja membawa Inges dengan kekerasan dan paksaan. Kakaknya adalah penguasa di kota itu namun ia tidak ingin melibatkan nama baik kakaknya dan tidak ingin mengundang banyak masalah nantinya. Jadi dia memutuskan untuk menggunakan cara halus menarik Inges dari tempat kotor itu. Sebelum orang-orang itu sadar dengan wajah Inges yang itu artinya akan membawa malapetaka bagi kelangsungan hidup bahkan perusahaan besar sang kakak tercintanya.
"Maafkan aku kak kali ini aku bertindak tanpa izin mu. Seharusnya kamu tidak akan marah mengenai uang kan?" batin Radit.
"Hahaha aku hanya bercanda tuan. Tidak mungkin tawaranmu akan ku tolak. " Bagas memulai negosiasinya.
"Sudah langsung ke intinya berapa yang kau minta? 10? 20? 30? Sebutkan saja." Ucap Radit dengan percaya dirinya. Kini Inges sudah melotot bahkan sudah seperti mau keluar saja itu bola mata dari tempatnya.
Radit kamu benar benar gila kamu menyebutkan angka-angka itu segampang itu Dit. Apa sebenarnya rencana mu? batin Inges, ia tau angka yang tadi di sebutkan Radit itu pasti dengan nilai miliaran.
"50 M" ucap Bagas mantap dan tanpa berfikir panjang Radit langsung mengiyakan sebelum Bagas sadar dan berubah pikiran untuk mempersulit transaksi ini.
Tanpa ragu ia mengeluarkan lembaran kecil panjang dari saku jasnya dan menuliskan angka yang di ucapkan Bagas di sana. Masalah Inges jangan di tanya lagi dia sudah pergi ke alam bawah sadarnya setelah mendengar kata 50M tadi.
HAHAHAHA.