•° Sudden Plan

986 Words
Setelah melewati banyak drama yang menghambat pertemuan mereka, Inge dan Ganda akhirnya bisa bertemu di gudang. Sebelumnya Inge sempat mengamuk memberantakan benda-benda tak terpakai seperti kardus dan kerangka-kerangka bangku dan meja kayu saat Ganda mengirimkan pesan bahwa cowok itu tidak bisa menemuinya karena dicegat Sofi. Untungnya Ganda memberinya janji akan datang ketika KBM berlangsung dengan dalil ke toilet. Dan disinilah keduanya. Saling berhadapan dengan perasaan Inge yang campur aduk. “Maksud Sofi itu apa? Ganda kamu jangan diem aja. Jawab! Maksud dia kamu nembak itu apa?!” tetes demi tetes buliran bening jatuh di pipi Inge. “Dan demi apapun, kamu ngapain di apartemen dia?! Jawab Ganda, JAWAB!” yeah, dari semua yang ia dengar, Inge paling geram saat Sofi jalang mengungkapkan hal seperti itu pada kedua temannya. Saat itu, gatal sekali Inge ingin menjambak dan menampar cewek tidak tahu malu itu! “Sayang, kamu tenang dulu. Kamu dengerin penjelasan aku. Kamu salah paham, okey?” cowok itu mencoba menenangkan Inge yang sedang memukulinya sambil menangis. “Dimananya yang salah paham? Salah kalo aku tanyain ini ke kamu? Salah kalo aku cemburu, iya? Kamu tega selingkuhin aku sama cewek murahan itu? Tega kamu Ga.” pekiknya yang memelan diakhir. Sakit rasanya membayangkan apa saja yang dilakukan Ganda dengan cewek itu. Terlebih Inge sudah sangat hapal tabiat jalangnya. Inge mencoba melepaskan kedua tangannya yang berhasil ditahan Ganda namun kalah kuat. Iapun pasrah dengan membuang pandangan sebagai protes terakhirnya. “Udah?” Ganda memastikan kondisi kekasihnya itu sebelum memulai. Dirasanya sudah lebih tenang, Ganda menarik napas perlahan yang dihembuskannya berat. Ditatapnya gadis didepannya itu penuh sayang. “Kamu denger ya, gak ada niat sama sekali aku buat selingkuhin kamu. Kamu tahu itu, Nge. Apalagi itu sama Sofi.” tuturnya tak habis pikir. Seolah hal itu sangat mustahil terjadi. Kali ini tatapannya berubah lelah. “Asal kamu tau Nge, aku ngelakuin itu juga karena Sofi udah tau rahasia aku sama kamu.” ungkapan tak terduga Ganda berhasil membuat tangisan Inge berhenti detik itu juga. Dengan cepat gadis itu menoleh dengan wajah sangat terkejut. “Dia tau kita pacaran?” Ganda mengangguk. “Aku juga syok waktu dia bilang itu ke aku. Karena bingung harus bagaimanagimana, dan sikonnya juga kepepet banget akhirnya aku coba akting jadi cowok yang deketin kamu karena aku mau sama dia. Seperti beberapa mantan bohongan kamu. Aku gak tau itu berhasil atau enggak, tapi waktu itu aku bener-bener gak ada waktu diskusiin ini ke kamu. Jadi aku ambil inisiatif sendiri.” Inge menatap kekasih tampannya itu dengan sorot mata sendu dan bersalah. Inge gantian menggenggam tangan Ganda yang menahan lengannya. “A-aku minta maaf, Sayang. Aku udah tuduh kamu yang enggak-enggak. A-aku cuma takut kehilangan kamu.” maafnya sungguh-sungguh. “Aku ngerti, kok. Udah ya, jangan nangis lagi. Kita cari jalan keluarnya bareng-bareng.” ucap Ganda sambil mengusap air mata Inge menggunakan ibu jarinya lembut. Kemudian keduanya saling merengkuh tubuh dengan erat. “Lagipula gak mungkin juga aku buang permata demi sesuatu yang jelas-jelas gak lebih dari sampah. Kamu yang paling tau secinta apa aku sama kamu. Bahkan kalo bukan karena kamu yang minta supaya aku bertingkah seakan-akan tertarik sama dia, aku juga gak mau deket-deket Sofi.” Inge menarik sedikit tubuhnya lalu mendongak. “Langkah kamu udah tepat. Kamu lanjutin akting kamu sampai dia sadar kalo dugaan dia itu sebenarnya salah. Dan selama itu pula, aku bakal bertahan sama Jerry. Supaya dia berfikir kalo kamu memang sama kayak cowok lainnya.” lagi-lagi rencana sepihak. Sebenarnya ketika dari awal Inge meminta agar hubungan mereka dirahasiakan, Ganda sangat enggan mengiyakan. Kenapa harus backstreet coba? Namun karena terlalu cinta, dan kala itu Inge hampir menyerah dengan hubungan mereka yang baru beberapa jam jika Ganda tidak menyanggupi permintaan anehnya, cowok itu akhirnya mengiyakan. Yang terpenting ia bisa bersama Inge. Bahkan sampai sekarangpun ia masih tidak tahu apa tujuan dari semua yang mereka lakukan ini. Sering bertanya, papi sekali gadis itu merengek padanya, ia dengan mudahnya luluh. Mengurung niatnya. Dan sekarang apalagi? Ia harus rela melihat Inge dengan cowok lain untuk yang keberpuluh-puluh kalinya. Bukan hal baru memang. Tapi yang ini berbeda. Karena lamanya ia dan Sofi pacaran, itu akan mempengaruhi hubungan Inge dan Jerry. Sedangkan iapun tidak tahu akan bagaimana kedepannya. Huh... Meski berat, iapun mengangguk saja. Menurut. “I love you, Ganda.” “Love you too, Sayang.” Tanpa mereka ketahui, sedari awal ada seseorang yang mendengar semua pembicaraan mereka. Buruknya, orang itu adalah Sofi. Objek sekaligus subjek rencana mereka. “Ck, awas aja. Mulut nakalnya bakal gue hukum.” gumam Sofi. ••• Langit biru nan cerah perlahan meredup hingga semburat jingga nampak menghiasi angkasa kemudian malam bersinggah. Langit malam ini begitu cerah biru tuanya yang nampak karena rembulan bertahtah bulat sempurna. Berbeda sekali dengan suasana hati Ganda yang anjlok tak tersisa. Di balkon kamar Ganda sudah termenung cukup lama dengan pikiran yang berkelana kemana-kemana. Dari pakaiannya, Ganda tampak sudah rapi dengan hoodie hitam dilengkapi bawahan jeans dan kets putih yang melingkupi kakinya. Yeah, awalnya dia memang punya rencana ngedate dengan Inge. Dan ketika sudah siap dan mengais kunci motor, tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda notif pesan masuk. Inge : Ga, keluarnya jangan malam ini ya. Jerry tiba-tiba dateng ke rumah dan ngajak jalan. Aku gak mungkin nolak, soalnya inikan malming pertama sama dia. Maaf banget ya, Sayang. I love you (Emoticon kiss) Dan semua persiapannya batal. Bisa bayangkan seberapa dongkolnya Ganda saat ini. Saking kesalnya Ganda bahkan tidak membalas pesan Inge tersebut. Entah kenapa semakin hari Ganda semakin merasa semua ini salah. Hubungannya seperti sebuah tirai yang tertutup berisikan zonk. Sudah backstreet, diduakan, dan ditambah dia pula yang harus sering mengalah seperti sekarang ini. Jika bisa protes, ingin sekali Ganda bertanya maksud dan tujuan hubungan mereka ini kepada Inge. Hubungan yang seharusnya menyenangkan, justru menjadi tak bebas. Dan Ganda merasa ini tidak wajar. Namun, rasa cintanya pada Inge mengalahkan semua jiwa-jiwa yang ingin memberontak untuk menyudahi. Hatinya sudah cukup dalam mencintai. Dan jika diakhiri, rasanya Ganda enggan menerima untuk hari ini. Tetapi Ganda hanyalah manusia biasa yang tidak pernah tahu kejadian kedepannya bagaimana. Jika pada akhirnya harus terpisah, mungkin ia harus tetap mengikhlaskan. Karena sejatinya iapun tak munafik bahwa kesabaran, pengorbanan dan kesetiaan yang dimilikinya ada batasnya juga. Kalau terlalu lama dan Inge selalu mengujinya begini, ia tak berani jamin hatinya akan terus sama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD