Teka Teki

1517 Words
Sebuah ruang bawah tanah, cukup besar untuk menyimpan puluhan brankas penting milik keluarga Erlangga. Kali kedua Ali berada di ruangan ini, tetap sama nggak berubah sedikit pun. Hanya satu rongga kosong yang berada tepat di tengah-tengah deretan brankas itu.            “Kapan kejadiannya?” tanya Ali memecah keheningan di pagi buta. Dia baru saja sampai di Gedung Tua, dan langsung diajak Elang untuk melihat lokasi penyimpanan berkas kepemilikan Gedung Tua. Satu brankas yang menyimpan berkas itu raib.            “Hari dimana SMA Erlangga menyerang SMA Gajah Mada, hari dimana seseorang yang entah siapa berusaha menculik Lintang.” Terang Bumi. Sungguh dia sendiri nggak paham apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa brankas itu bisa hilang di dalam Gedung Tua yang notabene punya pengamanan super ketat.            “Nggak ada tanda-tanda pembobolan?”            “Siapa yang berani membobol di Gedung Tua, alarm disini akan berbunyi kalau itu sampai terjadi. Semua rapih.” Jelas Elang meraup mukanya kasar. Sudah seminggu dia kalang kabut merombak ulang keamanan Gedung Tua, menyelidiki kasus p*********n SMA Erlangga, dia hampir nggak tidur. Matanya sungguh terlihat lelah, dan sebenarnya yang dia butuhkan hanya satu, Lintang. Elang tersenyum kecut mengingatnya, dia merasa kalah telak sejak mengundang Ali ke Gedung Tua.            “Apa ada selain kalian yang masuk kesini? Anak buah kalian? Gue rasa ini kerjaan orang dalam.” Ali menarik kesimpulan. Itu hal yang wajar untuk terjadi, mengingat musuh Erlangga sangat banyak.            Sesaat Bumi dan Elang saling pandang, seperti terpikirkan sesuatu. Seketika Elang mengumpat bergegas naik ke atas diikuti Bumi dan Ali. Kenapa bisa mereka begitu ceroboh? Nggak ada orang yang bisa dipercaya kan? Apalagi Elang sendiri bukan tergolong orang yang baik? Dia itu the real badboy.            “Gue punya tugas buat kalian berdua.” Titah Elang begitu memasuki ruangan kerjanya. Kali ini giliran Ali yang saling pandang dengan Bumi. Ada yang salah di bagian ini, Ali mengerutkan keningnya.            “Wait, lo bilang apa tadi?” potong Ali menginterupsi.            Elang yang sedang sibuk mencari sesuatu di lacinya langsung mendongak menatap Ali, nggak merasa bersalah samasekali, “Lo nggak denger gue ngomong?”            “Bos, kita yang seharusnya tanya? Lo nggak salah ngomong?” ganti Bumi menimpali. Bumi tahu apa yang Ali keluhkan, memang naluri pemimpin diantara mereka berdua nggak akan pernah bisa hilang. Bumi tahu betul Ali bukan orang yang suka disuruh-suruh apalagi oleh orang yang dia anggap sebagai musuh.            “Tentang?”            “Sejak kapan gue jadi anak buah lo yang bisa lo perintah?” tentang Ali menyadarkan Elang, yang langsung dibalas Elang dengan kekehan, sejenak dia menghentikan aktivitasnya.            “Seperti yang gue bicarakan kemarin lewat telpon, udah seharusnya kan lo bertindak, lagi pula lo juga turut andil dalam kepemilikan Gedung Tua lima tahun lalu.”            Ali menghela napasnya, benar apa yang dikatakan Elang. Jadi mau nggak mau, dia menangkap lemparan flashdisk dari Elang.            “Dengan bantuan Eza, gue pikir itu akan lebih mudah. Selain kita bertiga ada dua orang yang pernah masuk kesana, Kakek Erlangga dan satu lagi orang yang membantu Kakek membuat ruangan itu. Lo harus cari tahu siapa dia.”            “Dan lo Bum, cari tahu siapa dalang dibalik kerusuhan itu. Siapa yang memerintahkan anak SMA Erlangga menyerang SMA Gajah Mada dan berusaha menculik Lintang.” Tambah Elang memberi perintah pada Bumi yang hanya dibalas dengan anggukan. Memang dia juga sedang menyelidikinya, tapi sayang semua murid yang ikut tawuran sedang dalam perawatan. Dan beberapa dari wali murid mengecam sekolah mereka sampai wartawan hampir setiap hari berada di rumah sakit.            “Gue ada pertanyaan.” Potong Ali, “Kenapa Lintang dikejar? Kenapa sampai harus menculiknya? Bukankah sudah cukup dengan mengambil brankas itu? Kalau memang yang membuat ruangan itu pelakunya, nggak perlu Lintang kan?”            Elang mengangguk mengerti maksud dari pertanyaan Ali.            “Mereka butuh mata Lintang untuk membukanya, juga jari Lintang untuk merubah kepemilikan Gedung Tua. Mungkin lo belum tahu, tapi Lintang satu-satunya orang yang berusaha gue sembunyikan selama ini karena rencana Kakek. Gue nggak peduli kalo lo dalam masalah setelah lo pernah jadi pemilik Gedung Tua. Tapi Lintang? Sejak dia dijadikan pemilik Gedung Tua, sejak itu dia jadi incaran para mafia, Al. Udah tahu sekarang alasan gue tiga tahun lalu? Gue sangat mempedulikan Lintang Al, tunangan gue.”            “Ralat, mantan tunangan.” Sela Bumi menyadarkan Elang, kembali menjatuhkan Elang yang awalnya ingin mempamerkan kedekatannya dengan Lintang pada Ali. ***            Sudah seminggu rumah sakit milik keluarga Eza ini mendadak ramai dengan para wartawan. Bahkan polisi yang akan menyelidiki kasus itu harus berhenti untuk sementara karena keadaan nggak memungkinkan. Pihak dari keluarga Eza melarang polisi melakukan penyelidikan di rumah sakitnya, boleh diadakan penyelidikan setelah pasien sembuh. Dan mungkin hanya satu ruangan pasien bentrokan itu yang nggak didatangi keluarganya. Disitulah sekarang Saka berada. Duduk di samping ranjang mengelupas kulit apel untuk sang pasien alias Riko yang sudah nyengir kegirangan karena mendapat perlakuan manis dari si bocah ingusan.            “Tau gini tiap hari aja gue masuk rumah sakit.” Celotehnya kegirangan langsung dapat lemparan sepotong apel.            “Keadaan udah semakin parah, lo harus cepet sembuh b**o!” omel Saka seperti emak-emak.            “Sampek mana penyelidikan Bang Al?” timpal Riko mengabaikan omelan Saka.            Saka menggidikkan bahunya, dia belum mendapat informasi apapun. Atau lebih tepatnya mungkin karena dia lebih fokus menjaga Lintang. Ah dia senang sekali bisa menghabiskan malamnya kemarin bersama Lintang. Lain waktu Saka akan membeli rumah milik Ali dan menikahi Lintang. Iya, nanti setelah dia lulus SMA juga kuliah tentunya. Apa itu terlalu lama? Saka menancapkan pisau yang dia pegang ke apel yang ada di meja. Iya, itu terlalu lama, gumam Saka resah sendiri.            “Iqbal ngikutin Bang Al sampai ke Gedung Tua. Menurut lo siapa dalangnya? Apa Elang sendiri? Secara dia kan mantan tunangannya Lintang, dan dia yang paling menginginkan Gedung Tua itu.”            “Lo punya musuh lain selain Erlangga? Musuh yang tahu siapa diri lo sebenarnya?”            Saka diam sejenak, lalu tersenyum kesal. Kenapa semua orang menyudutkannya? Saka juga sadar sebenarnya kalau Ali pun tengah mencurigainya. Satu kelemahannya saat ini, dia nggak tahu kenapa Lintang yang harus diincar? Saka memang punya tujuan utama setelah tiga tahun lalu kembali dari Jerman, tapi saat ini Lintang harus jadi prioritas utamanya.            “Musuh? Selama ini gue udah bersembunyi dengan baik kan? Dan seorang Saka nggak pernah punya musuh. Tapi kalo lo tanya siapa musuh Tuan Muda Yachio? Gue rasa ...,” ada jeda sebentar, Saka menyisir rambutnya yang mulai gondrong dengan jari-jarinya, “Gue punya banyak.”            “Lo harus segera kembali Ka, lo nggak boleh ketahuan.” ***            Ali merasa de javu, dia tersenyum simpul melihat Lintang yang tengah tidur di ruang tamu sambil duduk. Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Ali duduk di samping Lintang mengamati setiap lekuk wajah mungil yang ada di hadapannya. Dulu Aisyah juga sering menunggunya pulang di ruang tamu sampai tertidur. Dan ini kali pertama ada orang lain yang juga menunggunya pulang. Apa Ali terlalu serakah kalau menginginkan Lintang untuk tetap berada di dekatnya?            “Bang Al udah pulang?” Lintang mengerjapkan matanya pelan, tersenyum saat Ali merapihkan rambutnya yang berantakan. Ali memang selalu berhasil membuat Lintang merasa nyaman. Dia menolak untuk tidur sendiri di kamar atas, Lintang memilih di ruang tamu menunggu Ali yang belum pulang sejak kemarin. Bahkan dia memaksa Saka untuk pergi.            “Kenapa lo usir Saka? Kan gue nyuruh dia jagain lo.” Tanya Ali balik nggak menjawab pertanyaan Lintang.            “Saka masih bocah, Bang. Nggak mungkin lah saya minta dijagain dia. Orang tuanya pasti khawatir, meski dia itu preman. Bang Ali seharusnya nggak boleh nyuruh dia jagain saya.”            Ali tertawa kembali menghadap depan, bersandar pada sofa lantas memejamkan matanya. Ali juga lelah sepertinya, dia belum makan sejak kemarin juga belum tidur. Bagaimana bisa dia makan dan tidur kalau terus mengkhawatirkan keadaan Lintang. Selama pencuri brankas itu belum ditemukan, nyawa Lintang jelas dalam bahaya.            “Terus lo minta dijagain siapa? Elang?” tanya Ali berhasil membuat Lintang terkejut, kenapa Ali semakin menyebalkan? Lintang beranjak berdiri berniat naik ke kamarnya tapi Ali menarik lengannya untuk kembali duduk.            “Lo bisa request mau dijagain siapa. Bilang aja.”            Lintang menoleh menatap Ali yang masih memejamkan matanya, apa kalau Lintang meminta akan dituruti Ali? Ali lah laki-laki pertama yang dikagumi Lintang, yang membuat Lintang berpikir kalau dia sangat menyesal pernah membuatnya menderita. Meskipun setelah beberapa tahun berlalu dia jatuh cinta juga dengan Elang. Ini bukannya kisah di film atau n****+ yang tokoh utamanya hanya bisa jatuh cinta dengan satu orang saja. Beberapa orang bisa jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang berbeda kan?            “Boleh siapa saja?” tanya Lintang memastikan.            Ali mengangguk.            “Bang Ali, dijagain Bang Ali. Cukup Bang Al, apa bisa?”            Ali tersenyum, meraih pergelangan tangan Lintang yang ada di sebelahnya, masih dengan memejamkan mata.            “Lo dalam bahaya Lin, sekali lo minta itu. Lo nggak akan pernah bisa lepas dari gue.”            Entah apa arti dari ucapan Ali, Lintang hanya tiba-tiba terkejut saat Ali menggenggam lengannya. Apakah itu artinya bukan berita bagus? Atau? Lintang menggeleng, membuyarkan halusinasi nya yang nggak bermutu itu. Sepertinya terlalu lama tinggal di rumah Ali, Lintang jadi nggak fokus dengan pekerjaan maupun masalah yang tengah dihadapi. Pesona Ali memang terlalu luar biasa malam ini.            “Boleh ralat nggak Bang?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD