Luka

1198 Words
Ada alasan kenapa Ali nggak pernah mau menghabisi Saka setelah semua hal yang dilakukannya. Betul kata Eza, Saka mirip sekali dengan Ali. Setiap melihat Saka, Ali selalu seperti melihat dirinya sendiri. Hari itu saat Ali mengetahui Saka mengidap penyakit borderline personality disorder, dia bertekad untuk membuat Saka bisa menjalani hidup normal seperti yang lainnya. Seperti dirinya sendiri, yang sampai saat ini terus berusaha menyingkirkan penyakit itu dari hidupnya. Tapi kenyataannya nggak mudah, tekanan yang dihadapi Saka ternyata jauh lebih besar. Tanpa orang-orang terdekat yang mempedulikannya, gejala penyakit itu akan lebih sering muncul. Ali sangat tahu sekali bahaya yang akan ditimbulkan Saka. Meski berkali-kali Eza menyuruh Ali untuk berhenti mempedulikan Saka dan Lintang, Ali nggak menggubrisnya. Bagi Ali, jika dia gagal menghentikan Saka itu artinya dia juga gagal menghentikan dirinya sendiri. Ali seolah terikat dengan bocah ingusan itu. Seperti sekarang ini, saat ekor matanya mendapati Lintang terburu-buru berjalan ke arahnya, Ali sangat sadar apa yang akan terjadi selanjutnya. Semuanya akan berakhir disini, saat dengan gesit Ali menarik Lintang ke pelukannya dan memutar tubuhnya sendiri, menerima peluru yang meluncur mulus dari pistol yang dipegang Saka. Suara tembakan mengakhiri drama pagi ini. Ali roboh dengan tetap memeluk Lintang, bersamaan Eza yang juga mengarahkan pistolnya sendiri pada kaki Saka. Tanpa perlawanan Ali berhasil menghentikan Saka. *** Setahun Lalu, "Patenggang diambil dari bahasa sunda pateangan teangan yang artinya saling mencari. Kisah ini tentang hubungan antara Ki Santang dengan Dewi Rengganis yang terpisah lama. Karena mereka saling mencintai, akhirnya mereka memutuskan untuk saling mencari. Dan bertemulah mereka berdua disini, di Situ Patenggang." Saka nampak takjub, matanya berbinar seolah nggak percaya kalau yang sedang bercerita di sebelahnya adalah pemilik SMA Gajah Mada. Saat itu sore hari, setelah dari sekolah Ali dan Saka memutuskan untuk jalan-jalan sebentar dan Situ Patenggang lah tujuan mereka. Ali yang sebenarnya menyeret paksa Saka untuk ikut dengannya. Dia harus menjewer telinga Saka saat nggak sengaja menemuinya di parkiran pada jam pelajaran. Saka akan bolos rencananya saat itu. "Lo liat perahu itu?" Ali menunjuk sebuah perahu tua yang ada di pinggiran danau. Saka mengangguk mengikuti arah telunjuk Ali. "Itu perahu yang diminta Dewi Rengganis pada Ki Santang. Mereka memakai perahu itu untuk mengelilingi danau ini, menghabiskan waktu bersama. Dan disana, pulau itu." Kembali Ali mengarahkan telunjuknya ke pulau yang berada di seberang. "Pulau yang bentuknya love itu?" "Namanya pulau Asmara atau pulau Sasaka." "Itu nama gue? Waw nama gue emang keren ternyata." Lagi-lagi Saka takjub dibuatnya, dia nggak berhenti tersenyum terus-terusan memandangi pulau berbentuk hati itu yang semakin cantik karena senja diam-diam menyelinap di baliknya. Saka memang selalu suka senja. Ali meliriknya sekilas, lalu membaringkan tubuhnya di rerumputan, menatap awan yang perlahan menggelap. "Kenapa lo ajak gue kesini, Bang? Biasanya juga lo giring gue langsung ke rumah." Tanya Saka ikut berbaring di sebelah Ali. Saat itu adalah seminggu setelah Saka bebas bersyarat karena tuduhan penculikan Tiara. Sebenarnya sejak saat itulah Ali tahu, Saka bukan murid biasa. Ada sesuatu tentangnya, Ali sudah tahu Saka mengidap penyakit jiwa. "Karena lo suka senja kan, ini tempat bagus buat liat senja." Saka tersenyum lebar, ah pemilik SMA Gajah Mada itu memang selalu tahu apa yang dia suka. Saka memiringkan tubuhnya menghadap Ali, "Gue candu banget sama senja Bang, ntar kalo gue udah punya anak, gue mau namai dia Senja." "Lo punya hutang besar ke gue kalo gitu." "Gue akan jadi adek lo buat bayar hutangnya." "Emang Ai mau punya adek brandal kayak lo?" "Mau dong, gue ganteng gini. Eh iya, lo jadi Bang, renov gudang belakang sekolah?" "Hem." "Buat apaan sih? Kan itu tempat favorit gue kalo mau bolos." Protes Saka agak nggak setuju dengan keputusan Ali. Yang sebenarnya dia nggak terlalu paham saja, kenapa Ali bersikeras untuk membangun ulang gudang itu. "Buat lo b**o!" "Gue?" "Ke depannya, gue mau Gajah Mada dan Erlangga bisa jadi satu. Dan gue mau lo yang mewujudkannya." Ali beranjak bangun diikuti Saka yang terus mengekori dirinya, untuk sebentar jalan-jalan di sekitar danau. Ke depannya Ali tahu betul ini nggak akan mudah. Banyak hal yang akan terjadi jika dia nggak bisa mengendalikan Saka. Ali menghentikan langkahnya, balik badan menghadap Saka. "Lo itu keponakannya Eza, tapi kenapa lo hobi banget nempelin gue?" Saka tersenyum tipis, menyibak rambuntya yang menutupi kening. Lalu memasukkan kedua tangan ke saku celana seragam. "Karena kita sama, Bang." Jawab Saka tersenyum lebar, iya saat itu memang tujuan Saka mendekati Ali karena Ali punya pengaruh besar di Gajah Mada. Saat itu memang Saka sangat menyukai Ali yang selalu saja mendukungnya meski sebenarnya Saka juga tahu, Ali pasti mencurigai gerak geriknya. "Apa lo punya mimpi?" "Mimpi?" ucap Saka mengulangi pertanyaan Ali. Tepat sekali kan dugaan Saka, Ali memang sangat mengerti dirinya. Ali lah orang pertama dan terakhir yang bertanya tentang mimpinya. Detik itu di Situ Patenggang, Saka berniat untuk nggak akan pernah menyakiti Ali. Dia ingin terus bersama Ali, mendapatkan perhatiannya. "Mungkin mimpi gue jadi murid biasa, gue rasa itu akan menyenangkan seandainya bisa terjadi, Bang." *** Mobil ambulan sampai, suaran sirine berhenti berganti dengan beberapa perawat yang keluar mendorong ranjang mendekat ke pintu belakang pintu mobil. Dua perawat pria dibantu Wahyu yang ada di dalam mobil memindahkan Ali ke ranjang dan segera membawanya menuju UGD. Beberapa kali mereka hampir menabrak pasien lain yang melintas. Pagi itu UGD terlihat ramai, banyak pasien yang berdatangan, kebanyakan dari mereka datang karena kecelakaan. Semua sibuk dengan urusan masing-masing, sedikit mengabaikan teriakan histeris para keluarga pasien yang setiap hari selalu mereka dengar. Nggak semua selamat dari perjuangan maut itu. Banyak duka juga yang datang disana. Ali menempati salah satu ujung ruangan, sudah siap dengan salah satu dokter dibantu beberapa perawat untuk memeriksa lukanya. Baju Ali digunting tepat di bagian dimana dia menerima tembakan beberapa menit lalu. Entah kenapa mendadak Ali mengalami kejang, kekhawatiran semakin menjadi saat dokter mulai melakukan kejut listrik dengan difribilator. Lalu beberapa penanganan singkat yang Wahyu pun nggak tahu itu apa. Dia hanya berdiri nggak jauh dari ranjang Ali, harap-harap cemas, sesekali menilik arloji, menunggu Eza dan Aisyah datang. Sampai mendengar dokter mengisyaratkan para perawat untuk menyiapkan ruang operasi. "Gimana keadaan Ali, Dok?" Wahyu menahan lengan sang dokter saat beliau akan bergegas menuju ruang operasi. "Ali sedang kritis, dia harus segera menjalani operasi. Bisa nak Wahyu mengurus administrasinya sekarang?" Wahyu mengangguk, menepuk pelan lengan sang dokter setelah meminta untuk semaksimal mungkin menyelamatkan Ali. Luka tembak itu sedikit mengenai bagian bawah bilik jantung. Dokter menyarankan untuk segera melakukan operasi mencabut pelurunya dan juga untuk mengetahui seberapa parah dampak dari tembakan itu. "Ini semua gara-gara lo. Kalo dulu lo nggak balas dendam dan nggak libatin Lintang, ini semua nggak akan terjadi." Penyesalan akan selalu datang terlambat, meskipun Wahyu sudah berubah itu nggak berarti Aisyah bisa memaafkan. Meskipun Ali tetap berhubungan baik dengan Wahyu setelah kejadian beberapa tahun lalu, itu nggak berarti Aisyah mau bertemu lagi dengan Wahyu. Si mata bening yang Aisyah dulu kenal sudah hilang, dan yang ada sekarang hanya kebencian yang semakin membesar. Matanya nanar menatap punggung Wahyu yang perlahan berbalik menghadapnya. Tanpa banyak bicara lagi dan tanpa Eza bisa menghalangi istrinya itu, Aisyah merebut formulir administrasi dari tangan Wahyu. "Ai ...," panggil Wahyu lirih. "Bawa Lintang pergi dari sini. Gue nggak mau Bang Al punya urusan lagi sama dia. Cukup lo kasih luka buat Bang Al, gue mohon." *** 

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD