Taktik 1

1394 Words
Dimulai dari hari dimana mobil Ali meledak  "Gue janji ini yang terakhir kali. Gue nggak akan berkelahi lagi setelah ini. Gue akan habisin lo, Saka Arya Putra atau Tuan Muda Yachio? Ah atau Bima Arya Putra? Kenapa banyak banget orang yang suka ganti nama, heran gue?" "Apa Bang Al nggak bisa lihat keadaannya sekarang? Siapa yang habisin siapa Bang? Tadi siang gue nggak bisa habisin lo di depan Kak Lintang, tapi sekarang gue pikir udah waktunya. Ada permintaan terakhir?" tanya Saka sembari mencabut paksa pecahan kaca yang menancap di lengannya saat tadi menyeret Ali keluar mobil. "Permintaan terakhir?" Ali tersenyum menyeka darah yang ada di sudut bibirnya. Ini nggak akan berhasil, Ali sendirian dan kondisinya sedang buruk. Dia nggak mungkin bisa melawan Saka sendirian. Tapi untuk kalah pun Ali nggak sudi. Ali harap Wahyu bisa menemukan pemimpin Yachio. Belum sempat Ali menjawab, tiba-tiba mobilnya yang tadi terbalik meledak. Api semakin membesar saat mobil itu meledak untuk kedua kalinya. Sebentar lagi polisi pasti akan menuju kesini. Saka harus segera membereskan Ali. Dan juga dia harus segera mendapatkan Gedung Tua, Saka nggak punya banyak waktu. Tanpa menunggu jawaban Ali, Saka memerintahkan anak buahnya untuk segera mengeksekusi Ali. Sedang dia sendiri langsung pergi menuju tempat Lintang untuk memancingnya. Tanpa Ali ada di samping Lintang, Saka pikir akan mudah menyelesaikan kepemilikan Gedung Tua. Dan inilah yang nggak diketahui Saka. Di saat dia pergi dan menyuruh anak buahnya untuk menghabisi Ali, Wahyu yang berada di tempat berbeda berhasil menemukan pemimpin Yachio. *** Miko cs membatalkan rencananya menuju rumah Ali untuk melindungi Lintang. Dia memutar balik mobilnya menuju gedung sekolah nggak terpakai yang pernah didatangi Lintang, Ali yang menyuruh mereka. Seperti dugaan, disanalah markas Saka berada. Miko memarkirkan mobilnya jauh dari gedung sekolah. Saat waktunya tepat Miko dibantu Angga, Aji, dan Marcel melumpuhkan empat anak buah Saka yang saat itu tengah berjaga di depan gedung sekolah. Seperti di film-film yang mereka lihat, diselingi dengan tingkah Aji yang konyol membuat proses penyamaran jadi memakan waktu lama. Mereka harus menyeret empat anak buah Saka itu menuju mobil untuk segera dibawa sopir Miko menuju markas Wahyu agar nantinya bisa diproses ke kantor polisi begitu urusan selesai. Sebelum itu, mereka harus melepas pakaian empat anak buah Saka. "Lo nyuruh gue pakai baju ini?" protes Aji nggak terima. Pasalnya baju yang harus mereka kenakan itu bekas orang lain dan bahkan sudah bau keringat. Ini beneran nggak keren. Angga memutar bola matanya malas, memukul kepala Aji geregetan. "Siapa yang punya ide ini? Lo kan?" "Ya gue nggak kepikiran kalo ternyata mereka bau!" elak Aji sambil menutup hidungnya masih ogah-ogahan memakai baju itu. Dia merasa jijik tapi juga nggak menyesal sudah menyesatkan sahabat-sahabatnya. Miko dan Marcel yang melihat itu hanya menghela napas segera memakai bajunya. Mereka nggak punya waktu lama lagi, kalau sampai Saka tahu ada anak buahnya yang hilang, bisa kacau rencana. "Makanya nggak usah sok sok an ngikutin film. Bawel lo pada, buruan. Satu menit nggak selesai gue tinggal!" perintah Miko memberi mereka peringatan. Yang pada akhirnya drama menyamar ini menghabiskan waktu hampir lebih dari 30 menit sampai mereka kembali ke gedung sekolah dan berdiri di posisi masing-masing. Bahkan Angga harus menepuk punggung Aji dengan ujung senapan saat dia hampir ketiduran. "Sampek kapan kita berdiri disini?" Rengek Aji mengerjapkan mata, menjaga kesadarannya yang tinggal setengah itu. "Sampai Saka datang membawa kita masuk ke markasnya, dan membuka jalan untuk Bang Al masuk ke dalam. Lo ada rencana yang lebih cepet, Ji?" tanya Miko langsung dapat cengiran dari Aji, membuat Angga dan Marcel langsung waspada mengacungkan ujung senapan mereka ke arah Aji yang kebetulan berdiri diantara mereka berdua. Aji mengerjapkan matanya berkali-kali, nampak berpikir seolah dia memang punya ide bagus, "Ada, kemarin gue nonton film dan ..." PLAKKK Hantaman ringan dari ujung senapan langsung mengenai kedua bahu Aji memberinya peringatan untuk diam saja. *** Dari awal ini nggak sekedar tentang cinta. Salah kalau Saka mulai mencampur adukkan urusan bisnis dengan perasaan. Pada kenyataannya, saat konflik ini dimulai, yang terlibat nggak cuma antara Saka dan Lintang yang dibantu Ali. Tapi jauh lebih besar lagi. Keluarga besar baik mafia atau bukan yang mempunyai kekuasaan tak terbatas, ternyata juga ikut turun tangan. Ali memang sendiri, bukan dari keluarga mafia seperti Elang atau keluarga besar penuh kekuasaan seperti Eza dan Wahyu. Dia hanya anak dari salah satu keluarga kaya yang sudah hancur karena perceraian. Di saat itulah kakek Erlangga memutuskan untuk meminta Ali mengambil kuliah jurusan hukum, supaya kelak saat menghadapi masalah besar, dia punya kekuatan sendiri selain dibantu oleh dua sahabatnya. Ali mempunyai taring sendiri untuk menyelesaikan masalah ini. Dia punya taktik sendiri untuk memanfaatkan dua sahabatnya seperti sekarang ini. "Apa yang akan kamu tawarkan?" suara berat itu terdengar menggema di seluruh ruangan. Gudang usang yang nggak jauh dari pelabuhan inilah yang menjadi salah satu markas Yachio Dragon. Suara itu milik pemimpin utama Yachio Dragon, Tuan Yachio. Tuan Yachio mengisyaratkan salah satu anak buahnya untuk melepas ikatan pada tangan Ali. "Seperti apa yang ditawarkan Wahyu Dirgantara." Jawab Ali singkat. Dua hari sebelum kecelakaan itu, Ali sudah meminta Wahyu untuk menyelidiki Yachio Dragon. Dan tentu meski sulit untuk menembus Yachio Dragon, kenyataannya pengaruh keluarga Wahyu Dirgantara sanggup membuat Yachio menyelamatkan Ali di detik terakhir. Helikopter dari Yachio datang beberapa menit setelah Saka pergi, membawa Ali kesini, tempat dimana semua serangan akan berbalik arah. Yachio mengangguk memainkan ujung pena yang ada di meja kerjanya. Meski ruangan ini dari luar nampak seperti gudang tak terpakai, tapi interior dalamnya disulap sedemikian rupa menjadi ruang kerja rahasia saat ada transaksi ilegal. "Polisi akan dengan mudah menemukan markas ini dari penyelidikan jasad anak anda. Bukankah dengan membunuhnya itu adalah kesalahan?" Ali memulai negosiasi. "Sepertinya Saka sengaja membuangnya di tempat umum untuk mengancam anda, tapi Saka tidak tahu kalau saya bisa membantu anda." "Meskipun saya mau, sekarang sudah terlambat untuk menghentikan Saka." Ali terkekeh, menyisir rambutnya yang berantakan dengan jari-jari tangan. Berjalan mendekat ke meja Yachio sembari membenarkan jas hitamnya yang sudah lusuh penuh noda darah. "Bagaimana kalau kita bertaruh? Eza akan melepas kasus ini, mengembalikan jasad anak anda. Keluarga Dirgantara juga akan memberikan satu wilayah kekuasaannya di Prancis. Beri saya waktu 48 jam untuk menemukan Saka. Kalau dalam waktu itu saya tidak bisa menemukan Saka, Gedung Tua akan menjadi milik Yachio Dragon dan kalian akan dengan mudah bebas keluar dari negara ini, Wahyu yang akan menjaminnya, tapi ...," "Tapi kalau kami berhasil menemukan Saka, kalian yang akan habis. Seluruh keluarga besar yang ada di negara ini bisa langsung mendepak Yachio Dragon." Timpal Eza, datang dengan dikawal Bumi. Eza mengerlingkan matanya saat Ali menoleh, lalu kembali beralih menatap Tuan Yachio, "Kalau anda berpikir untuk membunuh kami saat ini juga, saya juga akan meledakkan tempat ini saat ini juga." Eza menunjuk atas, terdengar suara helikopter yang tengah mengitari area gudang, bersiap melempar granat saat Eza memberi perintah. Eza menjadi pahlawan kesiangannya Ali sekarang. Tentu saja setelah melewati drama panjang dengan Wahyu. Eza mengamuk saat dirinya nggak diberitahu mengenai rencana Ali ini. Bahkan saat perjalanan kesini pun dia masih mengira kalau Ali memang benar-benar sudah tewas. Wahyu hanya terkekeh di seberang telepon saat Eza menelponnya meminta bantuan, tawanya lepas setelah memastikan Ali selamat dari ledakan mobil. Dia langsung meninggalkan kantor Eza malam itu begitu mendapat laporan tentang keberadaan Yachio dan memulai bernegosiasi. Itulah sebabnya, Ali berhasil selamat dan bisa menemui pemimpin Yachio secara langsung. Nggak ada ketegangan samasekali di wajah tua Tuan Yachio. Dia menarik napas dalam, lantas mengerjapkan mata. Hidupnya memang sudah nggak lama lagi, penyakit kanker yang menggerogoti tubuhnya bisa membunuhnya kapan saja. Tapi hal itu ternyata nggak menghentikan kerakusannya untuk memperlebar wilayah kekuasaan. Kondisi keuangan Yachio Dragon memburuk sejak lima tahun terakhir, apalagi setelah keluarga Erlangga menghentikan kerjasamanya. Tuan Yachio nggak bisa keluar dari negara ini dengan bebas meski mereka tetap tangguh setiap ada p*********n, seperti saat Elang berusaha menyingkirkan Yachio Dragon dari negara ini. Itulah sebabnya Tuan Yachio berusaha untuk mendapatkan Gedung Tua yang dulu menjadi pusat transaksi ilegal sukses di wilayah Asia Tenggara. Tapi sekarang keadaan berbalik, bukan hanya Erlangga yang berusaha mendepaknya, tapi keluarga Eza dan keluarga Dirgantara juga akan maju untuk mengusir mereka bahkan menghancurkan mereka. "Mau bagaimana lagi, orang tua ini juga akan mati sewaktu-waktu. Memang sudah saatnya aku pensiun kan? Kembalikan jasad anakku dan silakan tangkap Saka. Aku juga tidak tahu kenapa untuk mendapatkan Gedung Tua dia sampai harus membunuh darah dagingku. Tapi apa kalian tahu? Waktu kalian tidak banyak, sepertinya gadis itu akan segera menandatangani dokumen peralihan kepemilikan." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD