11 - Namaku Arthur Wild

1130 Words
(Markas Bandit) "Hmmm… Kenapa ketiga orang itu belum kembali juga? Bila terjadi sesuatu pada gadis itu, lihat saja! Akan ku jadikan mereka bertiga sebagai contoh bagi yang lain! Berani sekali bermain-main denganku!" Dengus seorang pria berperakawan besar dan berkulit gelap. Pria yang sedang duduk diatas kursi kayu yang di desain khusus menyerupai singgasana ini, tampak memasang ekspresi kesal. Perawakannya yang tinggi besar, dikombinasi dengan salah satu matanya yang memiliki bekas luka menyeramkan, membuat sang pria tampak sangat gahar. Sementara disamping sang pria, pada kanan kirinya. Terdapat dua orang gadis cantik yang mengenakan pakaian sangat minim, begitu minim sampai tak mampu menutupi beberapa bagian intim tubuhnya. Pada leher kedua gadis ini, juga terpasang rantai besi yang ujung-ujungnya terikat pada kaki singgasana sang pria gahar. Dua gadis ini tampak memasang ekspresi senyum yang sangat terpaksa, sambil terus mengipasi sang pria dengan kipas besar yang mereka pegang. Pria gahar tersebut tak lain adalah Ketua Bandit gunung yang menguasai pegunungan Kabut Hitam. *Braaakk…!!! "Apa masih belum ada kabar dari tiga cecunguk itu? Aku benar-benar tak suka di buat menunggu seperti ini!" Teriak Ketua Bandit. Sambil menghancurkan meja kayu di hadapannya dalam sekali pukul. Melihat ketuanya mulai tak sabar dan menjadi marah, beberapa wakil pemimpin Bandit yang dari tadi sibuk minum-minum di dalam ruangan. Segera menghentikan aktivitas nya masing-masing. Menatap penuh ketakutan kearah ketua mereka. "Ketua, mohon maaf! Sebelumnya aku sudah mengirim beberapa orang lagi untuk memeriksa! Tapi orang-orang yang ku kirim, sampai saat ini juga belum kembali!" Kata salah satu wakil pemimpin Bandit. Memberanikan diri memberi penjelasan pada ketuanya. "Hmmmm… Hanya mengejar seorang gadis muda, apakah begitu susah? Dan kalian menyebut diri kalian sebagai Bandit? Lihat saja! Begitu mereka kembali, akan kurebus hidup-hidup tiga orang tak berguna ini!" Dengus ketua Bandit, yang langsung disambut dengan tarikan nafas dingin setiap orang yang ada di dalam ruangan. Kedua gadis yang dari tadi memegang kipas bahkan mulai menghentikan tugasnya. Tangan dan kaki keduanya bergetar hebat. *Plaaakk….!!! Ketua Bandit yang sedang marah besar, segera memberi tamparan keras pada salah satu gadis ketika merasa hembusan angin sejuk yang berasal dari kipas kedua gadis di sebelahnya tiba-tiba terhenti. "Siapa yang menyuruhmu berhenti!" Dengus ketua Bandit, sambil memasang ekspresi menyeramkan. Melihat ekspresi menyeramkan sang ketua Bandit, pelayan wanita yang baru saja mendapat pukulan, segera berdiri dengan cepat, mengambil kipas yang sempat terjatuh dari tangannya, dan mulai kembali mengipasi sang ketua Bandit. Sambil memasang senyum di wajah berdarahnya. "Hmmmm… Membuat suasana hatiku semakin tak baik saja!" Dengus ketua Bandit. Sebelum kembali memandang para wakilnya. "Aku tak mau tau, bagaimanapun caranya, cepat bawa gadis itu kembali kesini sebelum malam tiba! Aku benar-benar tak suka ada barangku yang hilang!" "Bila sampai malam dia belum juga kembali, maka aku akan mulai merebus kalian satu persatu!" Kata Ketua Bandit. Menutup kata-katanya dengan ekspresi dingin. Mendengar itu, para wakil pemimpin Bandit yang ada di dalam ruangan, segera berdiri dari duduknya masing-masing. Berniat meninggalkan ruangan untuk mencari gadis tersebut secepat yang mereka bisa. Namun, belum sempat mereka keluar dari dalam ruangan. Seseorang tiba-tiba masuk dari arah pintu depan, orang ini berjalan gontai sambil menyeret kakinya. "Hmmmm… Bukankah kau adalah salah satu bawahan yang kuperintahkan untuk menyususul tiga orang sebelumnnya?" Kata salah satu wakil pemimpin Bandit saat menyadari siapa yang baru memasuki ruangan. "Wakil pemimpin, maafkan aku, aku….!" Sang bawahan segera memasang ekspresi wajah gugup saat mendapat pertanyaan dari pemimpinnya. "Kenapa memasang ekspresi seperti itu? Dimana tiga orang yang kuperintahkan untuk kau susul? Jangan bilang terjadi sesuatu pada gadis itu!" Kata wakil pemimpin Bandit lagi. Sambil mulai memasang ekspresi ngeri, sedikit melirik kearah ketuanya. "Ituu…." Sang bawahan terlihat akan memberi penjelasan, sampai tiba-tiba…. *Boooommmm….!!!! Ketua Bandit yang sudah mulai tak sabar, segera melompat dari singgasananya. Menerjang kearah sang bawahan, mendorong pria malang ini sambil mencekik lehernya sampai menabrak dinding ruangan. "Urrgggh….!" Si bawahan segera mengerang kesakitan, kesulitan bernafas. "Katakan padaku! Dengan ringkas dan jelas! Apa yang terjadi!" Gumam ketua Bandit, mengarahkan wajahnya tepat di pada wajah bawahannya. "Ketua, gadis itu… ada seseorang yang…" Si bawahan hendak menjelaskan, tapi sangat kesusahan karena tulang-tulang lehernya mulai remuk oleh cekikan ketua Bandit yang semakin lama semakin mengeras. *Kaboooommmm…..!!! Belum selesai bawahan tersebut memberi penjelasan, sebuah ledakan dahsyat menghancurkan atap ruangan. Dan bersamaan dengan ledakan ini, sesosok makhluk menerjang masuk dari arah atas. Mendarat di tengah ruangan dengan pendaratan keras yang juga menimbulkan ledakan dahsyat. Segera menghancurkan hampir separuh dari ruangan. "Hehehe… Kenapa harus menyiksa bawahanmu?" Saat kepulan debu hasil dari ledakan yang baru saja terjadi belum mereda, suara seorang pemuda terdengar dari dalamnya. "Lebih baik membunuhnya langsung seperti ini!" *Wooooshhhh…!!! Bersamaan kata-kata terakhir sang pemuda, api hitam pekat mulai menjalar keluar dari dalam kepulan debu. Menerjang tepat kearah bawahan Bandit yang masih di cekik oleh ketuanya. Melihat api hitam ini mendekati posisinya, sang ketua Bandit secara reflek segera melepaskan cekikannya, melompat menghindar dengan cepat. Membuat api hitam mendarat tepat pada tubuh bawahan yang sebelumnya ia cekik. Membakar tubuh pria malang itu sampai tak menyisahkan apapun selain tumpukan abu berserakan di lantai. "Kurang ajar! Siapa itu!" Bentak ketua Bandit marah, merasa hampir terkena serangan mengerikan barusan. Sementara ketika ketuanya bereaksi keras dengan segera memaki, para wakilnya yang saat ini masih berada di dalam ruangan, justru mulai memasang ekspresi ngeri. Mereka menatap tumpukan abu dari bawahannya untuk sesaat, sebelum ganti melihat kearah kepulan debu yang mulai menghilang. "Hehehe… Siapa aku? Karena kau bertanya, maka akan kujawab dengan senang hati! Namaku adalah Arthur Wild! Orang yang akan menaklukan seluruh Tartarus Land ini!" "Jadi kedepan, ingat baik-baik namaku itu! Karena aku telah memutuskan, bahwa kelompok Bandit kalian, akan menjadi pijakan pertamaku!" "Akan menjadi batu loncatan pertama dalam jalan panjang yang akan kutempuh membangun Legendaku!" Jawab sang pemuda, yang tak lain adalah Arthur. Saat ini, di balik kepulan debu yang mulai menghilang, ia sedang duduk santai diatas punggung Bangau apinya. "Pemuda sombong! Kau hanyalah Hunter yang baru membuka satu pintu pada gerbang putih! Kenapa begitu congkak!" Dengus ketua Bandit. Sambil memasang ekspresi menyeramkan. Ia juga mulai membocorkan auranya, dimana merupakan aura dari orang yang telah membuka 4 pintu dalam Gerbang putih. Mendengar pemuda yang ada di hadapannya ini adalah orang yang baru membuka satu pintu dalam Gerbang putih, seluruh wakil pemimpin Bandit segera memasang ekspresi geram. Mereka sebelumnya berfikir bahwa markas mereka sedang di serang oleh seorang ahli. Dan begitu mendengar kenyataannya, mereka segera ikut membocorkannya aura masing-masing, dimana setiap dari mereka adalah orang yang telah membuka 2 pintu pada Gerbang putihnya. Disisi lain, Arthur yang saat ini mendapat tekanan gabungan kuat dari puluhan orang yang ada disekitarnya. Bukannya merasa takut, tapi justru tampak mulai berfikir. "Hunter? Jadi begitu, bila di dunia lamaku para Kultivator di sebut sebagai Knight, di Tartarus Land ini, mereka di sebut Hunter!" Kata Arthur, sambil memasang ekspresi mengerti. Setelah tampak bergumam pada dirinya sendiri, tanpa menoleh kearah para kelompok Bandit yang sedang mengepungnya, Arthur mulai mengacungkan ujung jari telunjuk nya, kemudian segera mengalirkan Hell Fire kearah ujung jari tersebut. Aksi Arthur diakhiri dengan ia membuat gerakan memutar, menyebarkan Hell Fire nya kesegala arah. "Keluarlah para pengikutku!" Kata Arthur, setelah menyebarkan Hell Fire miliknya. Bersamaan dengan kata-kata Arthur, dari balik kobaran Hell Fire, mulai muncul makhluk-makhluk aneh menyeramkan berbentuk tulang belulang. "Grrrooooaaahhhh…..!!!!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD