9 - Gadis Muda

1055 Words
"Hmmm… Apa yang sedang terjadi disana?" Tepat ketika sampai dikaki gunung, Arthur yang saat ini masih menikmati sensasi terbang tinggi diatas langit menunggangi Bangau api, segera mengerutkan kening saat pandangan matanya melihat tiga lelaki dewasa bermuka bengis, saat ini sedang mengejar seorang wanita muda. *** (Kaki gunung) "Hahhaha… gadis muda, cepat berhenti! Itu akan percuma saja melarikan diri dari kami!" Teriak salah satu pria berwajah bengis. Perawakan pria ini, bertubuh kekar dengan wajah penuh bekas luka. "Hahhaha…! Itu benar! Jangan sampai kami terpaksa melukai tubuh berhargamu itu!" Teriak pria berwajah bengis lain, yang memiliki perwakan tubuh lebih kecil dari pria sebelumnnya. "Hmmmm… Dasar keras kepala! Jika saja pemimpin melarang kami melukaimu, dimana menyebabkan harga jual tubuhmu menjadi turun, aku sudah akan menghajarmu dari tadi!" Teriak pria bengis ketiga. Dengan nada dingin yang mencekam. Sementara itu, sang wanita muda yang tentu saja mendengar semua teriakan-teriakan dari arah belakang tersebut, kini tampak semakin panik. Dengan langkah tergesa tanpa menoleh kebelakang. Menambah kecepatan larinya. Namun sayangnya, penambahan kecepatan lari ini, tak diiringi dengan tingkat kewaspadaan. Wanita muda yang sangat panik, tak memperhatikan akar pohon melintang di depannya. Membuat nya berakhir terjatuh keras dengan kedua lutut berdarah. "Dasar bodoh!" *Plaaakkk….!!! Melihat wanita muda terjatuh dan terluka pada lututnya, pria berwajah bengis yang memaki terakhir, segera memberi tamparan keras begitu berhasil menyusul dan sampai di hadapan sang wanita. "Aaaakkkhhhh….!!!" Tamparan tersebut membuat wanita muda berteriak kesakitan sambil memegang pipi. Darah segar kini juga mulai mengalir dari bibirnya. "Senior! Kenapa memukulnya!" Kata Pria berwajah bengis yang memiliki perawakan kurus. Ekspresi wajah nya berubah panik seketika. "Hmmmm… apa bedanya! Dia sudah melukai dirinya sendiri! Lihat kedua lututnya itu!" Dengus pria yang menampar. "Hahahha, senior benar! Itu tak akan menjadi masalah bila kita menambah satu atau dua luka lagi di tubuhnya! Bilang saja karena ia secara tak sengaja terjatuh saat berusaha kabur!" Kata pria bengis berperawakan besar dengan wajah penuh luka. Memberi dukungan pada tindakan seniornya. "Hehehe… Senior, bukankah ia cukup cantik? Sudah sejauh ini, sekalian saja kita tambahi beberapa hal menyenangkan lainnya! Tubuh indahnya itu benar-benar tak tertahankan!" Tambah pria berwajah penuh luka. Sambil memasang seringai lebar di wajahnya. Menatap liar seluruh lekuk tubuh wanita di hadapannya. "Hmmm… ide yang bagus! Kau cukup pintar!" Jawab sang senior, kini ikut menatap wanita muda di hadapannya dengan liar. "Hehehe… sebagai junior, aku menurut saja lah, biar aku berjaga dan mengambil giliran terakhir! Kedua senior silahkan duluan!" Kata pria berperawakan kurus. Tatapannya tak lepas dari beberapa bagian tubuh sang wanita. Mendengar percakapan tiga orang di hadapannya, serta melihat ekspresi mengerikan yang ditunjukan ketiganya. Sang wanita muda kini mulai memasang ekspresi ngeri. Dengan panik mulai merapatkan kedua tangan kearah depan. "Apa yang ingin kalian lakukan!" Gumam sang wanita, dengan nada bergetar. Sangat ketakutan. "Hahhaha… memang apa lagi?" Kata Senior berwajah bengis, kini mulai maju satu langkah. "Tidak…! Kumohon jangan! Aku minta maaf! Bawa saja aku kembali ke perkemahan kalian! Kumohon maafkan aku!" Teriak sang wanita. Sambil mulai menangis sejadinya. Sama sekali tak menduga akan berakhir dalam situasi seperti ini. "Hahhahaha... Sudah terlambat! Bagaimana aku bisa menahan bendaku yang perkasa ini!" Teriak pria yang kini sudah berada tepat di hadapan sang wanita. Mulai menunduk kearahnya. Namun, sebelum sang pria menyentuh tubuh wanita muda… *Boooooommmmmm…..!!! Sebuah ledakan keras yang berasal dari pendaratan makhluk raksasa, menggoncang area sekitar. Membuat ketiga pria berwajah bengis, jatuh terduduk sambil memandang kearah sumber ledakan yang masih di selimuti kepulan debu. "Hmmmm… tiga orang pria kotor, berharap menyentuh sebuah bunga indah yang baru mekar! Tindakan kalian ini bagaikan seorang amatir yang dengan sembrono berniat menggores lukisan indah dalam sebuah pameran, benar-benar tak termaafkan!" Ketika kepulan debu belum sepenuhnya menghilang, suara seorang pria muda, terdengar dari dalam kepulan debu tersebut. *Woooshhhh….!!! Ketiga pria bengis masih memandangi kepulan debu dengan ragu setelah suara sang pemuda menggema, sampai tiba-tiba, semburan api hitam terlontar keluar dari dalam kepulan debu. "Apa itu?" Ketiga pria bengis segera terperangah dengan wajah terkejut saat melihat semburan api hitam ini. Merasa tak pernah melihat bentuk api semengerikan itu sebelumnya. Sampai tiba-tiba api hitam yang terlontar cepat. Membakar salah satu dari mereka. Pria yang tak beruntung ini, adalah anggota yang memiliki perawakan tubuh kurus. Ia mati seketika tanpa menyisahkan bagian tubuh apapun begitu api hitam melahapnya. Hanya abu dari sisa bakaran tubuhnya yang kini tersisa. Dimana kemudian segera hilang di terpa angin. Melihat kejadian itu, dua orang yang tersisa, kini segera menatap ngeri kearah kepulan debu yang mulai menghilang. Membuat pemandangan di baliknya tampak menjadi jelas. Dimana mereka saat ini bisa melihat, seorang pemuda sedang duduk santai diatas makhluk berbentuk tulang belulang yang sangat mengerikan. Pemuda ini, sedang menatap tajam kearah dua orang tersisa dengan seringai lebar di wajahnya. Bersama makhluk tunggangannya, pemuda tersebut tampak seperti iblis di mata dua orang yang tersisa. "Se… senior! Ampuni kami! Kami berjanji akan bertaubat setelah ini! Tak akan lagi bekerja sebagai bandit!" Seru pria berperawakan besar dengan wajah penuh luka. Kakinya bergetar hebat, mulai mengompol. Segera memohon ampunan saat merasa pemuda dengan makhluk mengerikan yang saat ini berada di hadapannya, bukanlah lawan yang bisa ia hadapi. "Itu benar! Ampuni kami! Aku akan memberikan semua hartaku padamu!" Pria lain segera mengikuti apa yang di lakukan kawannya. Sembari mengeluarkan semua harta miliknya. Mendengar kata-kata kedua orang di hadapannya, sang pemuda yang tak lain adalah Arthur bersama Bangau apinya, segera mengerutkan kening. "Memangnya aku peduli siapa kalian? Bodoh amat kalian itu bandit! Bodoh amat mau bertaubat atau tidak! Aku cuma tak suka melihat kalian berusaha mengotori wanita itu!" Kata Arthur. "Tapi ngomong-ngomong, masalah harta, aku cukup peduli!" Tambah Arthur, yang segera disambut dengan tatapan cerah oleh kedua orang dihadapannya. Mereka berdua mulai kembali mengeluarkan harta bendanya masing-masing. Sampai tak menyisahkan satupun. "Hehhhee… bagus! Aku suka sifat cepat tanggap kalian!" Kata Arthur, begitu melihat tumpukan harta di hadapannya. Namun, belum sempat kedua orang Bandit merasa lega, seringai lebar kembali tersunging di wajah Arthur. "Tapi, aku tak pernah bilang akan mengampuni kalian! Aku masih tetap bisa mengambil semua harta ini begitu menghabisi kalian berdua!" Kata Arthur. Seringai di wajahnya semakin melebar setelah mengatakan hal itu. "Mati!" *Woooshhhh….!!! Kedua Bandit tampak akan mengambil langkah kabur sampai Arthur dengan cepat kembali memerintahkan Bangau api menyemburkan api hitam. Membakar habis dua Bandit yang ada di hadapannya. "Hehhehe… gadis muda, sudah aman sekarang! Kita bisa membagi harta ini berdua!" Kata Arthur. Tanpa menoleh, tampak sibuk dengan mulai mengumpulkan harta kedua Bandit yang baru saja ia habisi. Namun, setelah beberapa saat, Arthur yang merasa aneh karena gadis muda yang di tolongnya tak memberi tanggapan apapun, segera menoleh kearahnya. "Ada apa denganmu? Aku sudah berbaik hati membagi harta ini, kenapa malah menatapku seperti itu?" Tanya Arthur, begitu melihat tatapan aneh sang gadis kearahnya. "Tuan muda! Itu benar kau?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD