When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Cold Prince’s POV “Ada beberapa hal yang harus aku ambil di rumah. Apa kita bisa mampir sebentar sebelum pulang ke tempatmu, Azrael?” Atas dasar permintaan dari Cecilia, aku menghentikan mobil di depan sebuah gedung rumah susun di pinggiran ibukota Windenburg. Terletak di kawasan industrial dimana pabrik semen milik Harrison Gerald hanya berjarak beberapa mil. Masih di dalam mobil pun, aku sudah tahu aku tidak ingin masuk ke sana. Bangunan itu tua, berwarna biru pudar yang sebagian besar dindingnya telah berjamur. Pagar-pagar balkon yang berjejer ke atas, semua sudah berkarat—beberapa unit bahkan ada yang menggunakan besi berkarat itu sebagai jemuran pakaian dalam. Menjijikkan. Aku yang pertama keluar dari mobil. Udara berpolusi bertiup di wajahku. Aku harus menahan nafas agar debu